Setelah selesai sholat, aku langsung turun ke bawah, ah lebih tepatnya ke dapur untuk membuat sarapan.
Aku mulai mengambil bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Memotongnya secara rapi dan hati-hati agar tanganku tak tergores pisau yang tajam.
Disaat aku sedang membuat sarapan, aku terkejut karena tiba tiba bunda sudah berada disamping ku.
"Kamu sedang apa Dira?" ucap bunda tersenyum menatapku.
Aku menoleh, lalu terjingkat kaget, sampai sampai pisau tadi terlepas. "Eh? Astagfirullah, bunda! Bunda mengagetkan ku tahu." ucap ku sambil mengusap usap dada karena kaget.
Bunda terkekeh, "maafkan bunda sayang. oh ya kamu sedang apa?" tanya bunda seraya menatap bahan-bahan yang tengah aku iris.
"Ah, ini. Aku sedang membuat nasi goreng untuk sarapan bun." jawabku tersenyum, lalu kembali memegang pisau yang terlepas tadi.
"Ouh membuat nasi goreng toh. Sini bunda bantuin." ucap bunda lalu mengambil alih pisau yang sedang ku pegang.
Aku megangguk, lalu memundurkan diri agar bunda dapat melanjutkan memotong bawang dan cabai. "Makasih bunda." kataku.
"Sama sama sayang," jawab bunda, lalu mulai memotong dengan telaten.
Aku mengambil wajan untuk memasak, lalu menuangkan minyak untuk dipanaskan.
Setelah selesai acara masak bersama bunda, akhirnya sarapan yang di buat pun jadi.
"Heum... aromanya enak banget bunda." ucap ku sambil mencium aroma nasi goreng yang sudah ditaruh kewadah berukuran sedang, diatas pantry.
"Iyah dong siapa dulu yang bikin bunda gitu loh." ucap bunda sambil membanggakan diri, lalu mengambil wadah itu dan berjalan kearah meja makan.
"Ih bunda tadikan aku juga bantuin masak" ucap ku merajuk, sambil melipat tangan didada, menatap bunda dengan wajah yang cemberut.
Bunda tertawa, "iya sayang iya. Sudah sana bangun kan Faisal lalu kita makan bersama. Bunda juga ingin membangunkan ayah." ucap bunda
"iyah bunda." ucap ku patuh, dan kembali memasang senyuman. lalu melenggang ke arah tangga.
Setelah sampai di depan pintu kamar ku, aku langsung mengetuk pintu sebelum aku masuk ke dalam.
Tok! Tok!
"Mas Faisal, ayo bangun. ini udah waktunya untuk sarapan." ucap ku sambil mengetuk pintu kamarku.
Tak berselang lama pintu kamarku terbuka dan menampakkan Faisal yang terlihat baru selesai mandi. dengan mengenakan kaos pendek dan celana training.
"Hm." Faisal hanya membalas ucapan ku dengan deheman dan langsung melenggang ke arah ruang makan tampa mengajak ku.
aku menghela nafas. Menatap punggung Faisal yang tengah menuruni anak tangga. Tak ingin berlalut dalam kesedihan, aku pun melangkahkan kaki menyusul Faisal menuju meja makan.
Setelah sampai di meja makan, aku langsung duduk di samping Faisal dan langsung mengambilkan nasi untuknya. Ayah dan Bunda sudah ada di meja. Mereka sudah lebih dahulu menyantap sarapan. Tersenyum kearah kami berdua.
Kami pun makan dengan hening. sampai suara ayah menghancurkan keheningan ini.
"Faisal." panggil ayah.
"Hmmm iyah ayah" jawab Faisal lalu mendongak menatap ayah yang kini tengah menatapnya.
Ayah menaruh tissue yang tadi ia kenakan untuk mengelap noda disudut bibirnya. Lalu berlalih menatap Faisal, "Ayah dan daddy kamu sudah membelikan kamu rumah. jadi nanti kalian bisa berkemas untuk pindah kerumah baru kalian." ucap ayah, lalu melirikku sambil tersenyum tipis. Membuat aku ikut tersenyum.
"baik Ayah." jawab Faisal. Lalu kembali menyantap sarapan nya.
Dan kami pun menghabis kan sarapan kembali dengan tenang.
****
Saat ini aku sedang berada di ruang tamu, rumah baru Faisal dan aku.
Rumah ini cukup besar untuk kami berdua. rumah ini memiliki 2 lantai, diatas ada kamar tidur dan dua kamar mandi di setiap kamar nya. Dilantai bawah terdapat dapur, ruang makan, ruang tamu, dan ada juga kamar tamu.
Disaat aku sedang mengagumi rumah ini aku dikaget kan dengan Faisal yang sudah berada disampingku.
"Aku tidak ingin satu kamar dengan mu. Terserah kau mau tidur dikamar tamu atau dimanapun itu. aku tak perduli yang penting aku tak ingin tidur sekamar dengan mu." ucap Faisal dengan penuh penegasan.
"Iyah mas." jawabku gugup. Lalu berjalan ke arah kamar yang berada di sebelah kamar Faisal.
Saat aku di dalam kamar, aku langsung merapikan pakaianku kedalam lemari. Setelah selesai aku turun kebawah menuju dapur untuk membuatkan Faisal makan siang.
"Akhirnya selesai juga." ucap ku tersenyum senang. sambil meletakkan masakan ku ke atas meja makan. Lalu aku mengelap keringat dipelipisku sambil menghela nafas karena lelah.
Aku berniat untuk menuju kamar Faisal untuk mengajak nya makan siang. Tetapi aku sudah melihatnya turun dengan pakaian rapi. Senyum ku semakin mengembang karena Faisal akan ikut makan siang bersama.
"Mas Faisal apa kamu mau___" ucapan iu terpotong oleh ucapan Faisal dan itu membuat senyum ku yang tadi nya mengembang jadi hilang seketika.
"Aku tidak akan pernah sudi memakan masakan mu itu! Karna sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau menjadikan mu istri ku." ucap Faisal datar dengan nada bicara yang sedikit meninggi, yang membuat ku tertunduk merasa sedih dan takut.
"terserah mau kau apakan makanan itu, intinya aku tidak akan mau memakan masakan mu itu." ucap Faisal sambil melenggang pergi.
"Mas Faisal kamu mau ....kemana?" tanyaku ragu-ragu, takut Faisal marah.
"Jangan ikut campur urusan ku dan lebih baik kamu diam!" bentak faisal yang membuat aku takut.
"Ma__Maaf Mas. bukan maksud ku ikut campur." ucap ku sambil menunduk karena takut.
Faisal tak memperdulikan ucapan ku, dan langsung pergi keluar rumah begitu saja tanpa berpamitan.
Aku pun menatap nanar punggung Faisal yang lama kelamaan tak terlihat.
aku menghela nafas kecewa, menghilangkan beban ku sejenak. dan aku memilih untuk makan siang karna perut ku sedang lapar.******
Sudah direvisi
Jika masih ada kesalahan pengetikan dan penempatan titik, koma, dll, tolong dikoreksi yaThanks for reading
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Wedding [Complete ✓] Tahap Revisi
ChickLit"Aku ... hamil," lirihku. Aku menunduk, tak berani untuk menatap matanya yang memandangku dengan tajam dan menusuk. Hening. Rasanya, suasana di ruang makan kini terasa semakin mencekam. Aku memberanikan diri untuk mendongak menatapnya secara perlaha...