Happy reading
Jangan lupa vote dan coment*****
Dira pov
Aku terkejut saat Bagas tiba-tiba menggenggam tangan ku.
'ingin rasa nya melelepas kan genggaman ini' - batin ku, menatap tanganku yang digenggam.
"Dira. Jujur, sebenarnya selama ini aku berusaha mencari keberadaan mu setelah aku kembali dari luar negeri, tapi nihil aku sama sekali tak bisa menemukan mu Dira." ucap Bagas sambil menunduk lesu.
Apa yang dikatakan Bagas benar, saat itu hubungan kami memang harus berpisah karena papah nya Bagas harus dinas keluar negeri.
dan aku tidak ingin berpacaran jarak jauh dan memutuskan untuk berpisah.dan masalah aku pindah rumah, saat itu ayah memang harus pindah dinas dan aku pun mau tak mau mengikuti permintaan ayah dan pindah rumah.
"Maafkan aku Bagas, saat itu ayah harus pindah dinas." kataku pelan sambil menatapnya.
"Tak apa aku memaklumi nya." ucap Bagas tersenyum lalu mendongak seraya mengelus tangan ku yang digenggamnya.
"Tapi, sebenarnya bukan itu yg ingin aku katakan Dira." lanjut Bagas dengan nada yang lebih serius membuat ku bingung.
Aku mengernyitkan dahi karena bingung. "Apa itu bagas?" tanya ku
''Sebenarnya tujuan ku saat itu ingin melamarmu, tapi kau sudah tidak ada di sana. jadi aku ingin melamar mu disini, maaf jika ini mendadak Dira"
Ucap Bagas yang membuat ku semakin terkejut."A__apa?" aku membeo dengan gugup. lalu menggeleng pelan, memahami ucapan Bagas.
Bagas terkekeh."kamu gausah gugup gitu Dira," ucap Bagas lalu kembali tersenyum.
Aku hanya diam menanggapi ucapannya, lalu bagas melepaskan genggaman tanganku dan merogoh saku celana nya.
Aku melihat ia mengeluarkan kotak berwarna merah, lalu membukanya. "So, will you marry me?" ucap Bagas seraya menyodorkan kotak itu, dan ada cincin emas sederhana namun elegan didalamnya, yang membuat ku syok.
'Bagaimana ini? Aku tak ingin mengecewakan Bagas namun.'-batin ku tak enak jika harus menolaknya, meskipun aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padanya, tetap saja ia adalah mantan kekasihku, mungkin aku masih menganguminya hingga kini.
"Hey mengapa melamun? Apa aku membuat mu syok?" tanya Bagas menggenggam kembali tanganku dengan satu tangan. dan satunya lagi masih memegang kotak cincin itu.
Bukankah ia bertemu di minimarket? Kenapa Bagas membawa cincin perhiasan?
''kau benar Bagas, tapi maaf aku tak bisa menerima mu, karena..." ucap ku pelan menatap matanya yang penuh harap padaku.
"Karena apa?" tanya Bagas lembut.
"... Karena aku sudah menikah." ucap ku terdengar lirih seraya menunduk, tak berani menatap wajahnya.
"A..apa? Hahaha kau sedang bercanda Dira?'' tanya Bagas tak percaya seraya melepaskan genggaman tangan ku dan menaruh kotak cincin itu keatas meja.
"Aku tidak bercanda Bagas, aku benar sudah menikah. aku terpaksa menikah karna ayah menjodoh kan ku." ucapku yang mulai terisak.
Bagas beranjak dari duduknya dan mulai menghampiriku dan mensejajarkan tubuhnya denganku yang masih duduk di kursi.
''maafkan aku Bagas..."tangisan ku semakin pecah saat Bagas memelukku, dan membuat kami berdua jadi pusat perhatian.
"Tak apa Dira aku mengerti." ucap Bagas dengan nada sedikit bergetar menahan sakit dihatinya, Siapa yang tidak sakit jika akan melamar sang pujaan hati namun orang itu sudah memiliki pendamping hidup? Pasti itu sangat menyakitkan, dan membuatku semakin merasa tak enak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Wedding [Complete ✓] Tahap Revisi
ChickLit"Aku ... hamil," lirihku. Aku menunduk, tak berani untuk menatap matanya yang memandangku dengan tajam dan menusuk. Hening. Rasanya, suasana di ruang makan kini terasa semakin mencekam. Aku memberanikan diri untuk mendongak menatapnya secara perlaha...