"Aku ... hamil, Mas. A--anakmu," lirihku. Aku menunduk, menghindari untuk tidak menatap matanya. Tubuhku terasa kaku dan tegang, aku ... takut ia marah padaku.
Hening melanda dalam beberapa saat. Aku memberanikan diri untuk mendongak dan menatapnya. Tatapan kami bertemu. Dari matanya, tersirat tatapan terkejut, tak percaya, dan juga ... bahagia.
Mas Faisal mengalihkan pandangannya untuk sesaat, menghentikan kontak mata denganku. Terdengar tawa hambar dari mulutnya yang kini sudah kembali menatapku dengan tajam dan menusuk.
"Apa katamu? Kau bilang ... kau hamil anakku? Hey! Kau pikir aku percaya? Tidak!" bentaknya dengan menatapku seolah aku ini sangatlah menjijikkan.
Aku tak percaya apa yang baru saja ia katakan. A--apa katanya? Ia tak percaya dan secara tak langsung, ia tak menerima kehadiran darah dagingnya sendiri? Kejam! Brengsek! Sialan! Biadab kamu, Faisal!
Mataku berkaca-kaca. Aku masih memberanikan diri untuk tetap menatapnya. Aku membuat pertahanan dalam diriku sendiri. "Kenapa, Mas? Kenapa kamu tidak mempercayai ku? Aku istrimu. Dan aku hanya melakukannya sekali denganmu, denganmu, Mas Faisal!"
Mas Faisal berdecih. Semakin menatapku dengan tajam, benci, dan muak. "Kenapa aku harus mempercayai jalang sepertimu? Kau hanyalah parasit dalam hidupku. Kau lah yang telah memisahkanku dengan kekasihku, kau memisahkan ku dengan Fika! Kau tahu itu, bukan?!" Ia menjeda ucapannya sesaat.
"Dan juga, aku berhak untuk tidak mempercayai siapa anak yang ada di dalam kandunganmu itu. Bukankah ... kau sendiri memiliki seorang kekasih? Ah, maksudku ... pria simpananmu di belakangku." Ia memandangku remeh.
Plak!
Aku marah, aku benci. Teganya ia menghinaku seperti itu. Aku mana mungkin berselingkuh di belakangnya, aku tak mungkin sekejam itu untuk bermain di belakangnya. Untuk apa aku melakukan itu ... jika aku, telah mencintai suamiku. Suami sah secara hukum dan agama, ia adalah suamiku dan aku mencintainya, meskipun itu hanya sepihak ....
"Beraninya kau menamparku?!" Ia tampak semakin marah padaku, memegangi pipi kirinya yang memerah akibat perbuatanku.
Aku menghapus air mataku yang menetes secara kasar. "Aku tidak pernah bermain di belakangmu, Mas. Kau sendiri yang telah selingkuh dari ku!"
Ia tersulut emosi, rahangnya mengeras. Ia mencengkram daguku dengan kuat, ia tak lagi memegang pipinya yang memerah. "Kau bilang ... aku selingkuh darimu? Sadarlah, Dira. Kau hanya menyandang status sebagai istriku, bukan menjadi istriku yang sesungguhnya karena aku mencintaimu---"
"--- kau sendiri yang telah hadir dalam kehidupanku dan mengganggu hubunganku dengan Fika. Sadarlah posisimu Dira, sampai kapan pun, aku tak akan pernah mencintai perempuan licik sepertimu. Kau berusaha memperdayaku? Dengan mengaku hamil anakku agar aku luluh kepadamu? Bodoh! Aku tidak akan percaya kepada manusia ular sepertimu Dira. Tidak akan pernah!"
Daguku terasa sakit karena cengkeramannya yang kuat. Pertahananku runtuh, air mataku kembali menetes tak dapat lagi ku bendung. Faisal menghempaskan kasar wajahku hingga aku tersungkur ke lantai.
"Pergilah bersama pria simpanan mu. Karena aku, tidak pernah sedikitpun menerimamu dalam hidupku. Kau ... hanyalah parasit dalam kehidupanku."
****
Revisi ulang.
07-02-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Wedding [Complete ✓] Tahap Revisi
Romanzi rosa / ChickLit"Aku ... hamil," lirihku. Aku menunduk, tak berani untuk menatap matanya yang memandangku dengan tajam dan menusuk. Hening. Rasanya, suasana di ruang makan kini terasa semakin mencekam. Aku memberanikan diri untuk mendongak menatapnya secara perlaha...