2..

212K 4.9K 29
                                    

Kesalahan ku adalah kau, tapi aku tidak pernah menyesal, sebab kau adalah kesalahan terindahku..

🌾🌾🌾


Sudah hampir dua minggu Alenta tinggal dengan keluarga Bigantara.
Alenta begitu dekat dengan Nilam, bahkan Alenta merasa Nilam sama seperti mamanya.
Hubungan Alenta dan Alvano juga semakin dekat.

Mereka sama sama menyukai musik, dan sama sama menyukai film horror kesukaan itulah yg membuat hubungan keduanya semakin akrab.

Setelah Rusdy dan Nilam berangkat untuk perjalanan bisnis merka, Alenta ditinggal seorang diri dirumah besar itu.

Bahkan bi Minah pembantu setia keluarga Bigantara pun sedang pulang kampung. Tapi bukannya takut ditinggal sendiri gadis itu justru asyik menonton film horror terbaru yg baru saja ia download.

Saat Alenta tengah asik menonton film horror paforitnya.
"Len" tapi yg dipanggil tidak bergeming.
"Alentaa" Alenta masih serius dengan filmnya.
"Alentaaa Ayuningtiassss" akhirnya Alvano berteriak tepat ditelinga Alenta.

"Apaan sih kamu Van? Kamu mau bunuh aku ya" Alenta menyentuh dadanya gadis itu kaget bukan main, wajar saja apalagi dia sedang menonton film horror.
Bukanya menjawab Alvano justru menjewer telinga Alenta.

"Ini jamur atau kuping sih" Alvano melepas jewerannya.
"Yaa kuping lah, kamu semakin lama semakin nyebelin, sakit tau" Alenta mengelus telinganya yg memerah.

"Makanya kalau dipanggil itu dengar" Alenta hanya mengecutkan bibirnya.
"Mana papa dan mama tumben gak keliatan?" Alvano melihat sekeliling.

"Kakek sama nenek, keluar kota ada urusan pekerjaan" jawab Alenta masih memanyunkan bibirnya.
Melihat itu membuat Alvano gemas, dan menarik bibir Alenta.
Alenta dengan cepat menepis tangan Alano.

"Van kamu itu ya kebiasaan, dasar menyebalkan mandi sana bau" Alenta menutup hidungnya. "kamu pasti habis pacaran kan, mana ada orang kuliah pulang jam segini" tidak memberi kesempatan Alvano memotong ucapanya, Alenta melihat jam dinding sudah menunjuk angka 9 malam.

"Astaga Len, ngomongnya gak usah digas juga kali" Alvano segera pergi sebelum Alenta mengamuk.
"Alvanooo" Mendengar teriakan Alenta malah membuat Alvano semakin tertawa.
Alvano segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah selesai dia ingin mengecek apakah Alenta sudah tidur. Tapi Alenta masih setia didepan tv.

"Alenta Alentaa, katanya penakut tapi berani nonton film horror jam segini sendirian pula" Alvano hanya menggeleng melihat kelakuan keponakanya itu.
Alvano mendekati Alenta tanpa membuat suara.

"Doorrrr"
Bukanya berteriak Alenta justru reflek berdiri, membuat kepalanya beradu dengan dagu Alvano.

"Awwwww" Alenta menatap laki laki itu tajam.
"Van kamu gila ya, ini udah kedua kalinya, aku bisa mati muda kalau begini terus" Alenta mengelus kepalanya benar benar sakit.
"Astaga Len, gitu aja marah" Alenta melotot tidak percaya Laki laki itu tidak ada rasa menyesal sedikit pun.

"Iya marahlah sakit tau, ditambah jantung aku hampir copot tadi"
"Sama Len aku juga sakit, rusak sudah wajahku yg tampan ini" jawab Alvano sambil mengelus dagunya.

Alenta tidak habis pikir bisa punya om lebay seperti Alvano.
"Sudahlah aku udah gak mood buat nonton lagi" Alenta melangkah menuju kamarnya.
"Len gak mau bobo bareng?" Mendengar pertanyaan Alvano membuat Alenta berdidik ngeri.
"Aku masih waras, gak doyan anak kecil" Alenta segera masuk kedalam kamarnya tanpa menunggu jawaban Alvano.

.....

Alenta sudah mendaftarkan dirinya dikampus pilihanya.
Semuanya sudah beres tinggal mengikuti ospeknya saja.
"Alenta barang barang buat persiapan ospek udah semua"
"Udah nek" Alenta sangat disayang oleh Nilam, semua kebutuhan Alenta akan dipenuhinya.
"Gak usah terlalu manjain Alen ma, bisa ngelunjak nanti" itu suara Alvano yg baru pulang.

ALENTA(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang