7..

154K 3.3K 8
                                    

Bisakah kita berhubungan tanpa adanya perasaan..
Sebab perasaan
Hanya akan membuat
Kita terluka

Alvano Bigantara




🌾🌾🌾

Alenta mengira setelah kejadian tadi malam akan membuat Alvano menjauhinya.
Tapi dugaanya salah, Alvano justru sangat senang meledeknya.

Hari ini keluarga Bigantara kedatangan tamu, dia adalah sepupunya Alvano.
Namanya Agnes Ariasta, perempuan berusia dua puluh tahun. Dia cantik, tinggi, tapi sama seperti Alenta badannya sedikit kurus. Menjadikannya sedikit tidak menarik. Jadi Alenta merasa bersyukur tubuhnya pendek, tidak terlalu terlihat jika dirinya kurus.

"Tumben papa sama mama suruh Agnes nginap?" Alvano membuka suara setelah mereka semua berkumpul diruang keluarga.

"Papa sama mama mau keluar kota selama dua minggu" jawab Rusdy.

"Jadi Agnes akan menemani kalian berdua" timpal Nilam.

"Dasar pengganggu, aku jadi tidak bisa bebas berduaan dengan Alen" Alvano menatap Agnes benci.

"Aku sama Alen bisa kok ditinggal sendiri" nada tidak suka dalam suara Alvano tidak bisa iya sembunyikan lagi.

"Mama cuma takut kalau kalian cuma berdua"

Mendengar ucapan Nilam, Alvano tidak lagi protes tapi lebih memilih masuk kedalam kamarnya.

"Iya mama benar tapi aku cuma hanya ingin satu macam bukan macam macam" tentu saja itu hanya ada dalam hati tanpa berani Alvano ucapkan, bisa bisa dia digantung oleh Nilam nanti.

"Ahh memikirkannya saja membuatku merinding"

"Kamu kenapa Vano?"

"Aahh gak kenapa kenapa kok ma" Alvano sedikit panik saat Nilam tiba tiba bertanya. Semua tingkah Alvano tidak lepas dari pengawasan Alenta.

"Vano kenapa ya, kayak gak suka gitu sama Agnes, padahal Agnes cantik" Alenta berkomentar dalam hati.

"Alen sayang, Agnes tidur sama kamu ya, soalnya dia takut tidur sendiri" perkataan Nilam membuat Alenta sadar dari pemikiranya tentang Alvano.

"Oh iya nek, ayo Nes aku antar keatas"
Alenta membawa Agnes memasuki kamarnya.

"Masukin aja baju kamu dilemari yg itu" Alenta menunjuk lemari kosong.

"Len kamu dekat sama Vano?" Setelah terdiam beberapa saat justru pertanyaan itu yg keluar dari mulut Agnes.

Alenta pov

Aku tidak mengerti mengapa dia mempertanyakan kedekatan ku dengan Vano.

"Lumayan dekat sih, namanya juga keponakan sama om nya, masak gak dekat" jawabku tanpa mengurangi keramahan.

Aku tidak ingin dia berpikiran yg tidak tidak. Belum sempat Agnes menyahut ada suara ketukan pintu.

"Alen turun, mama sama papa mau jalan" itu suara Vano jadi dia juga ikut naik keatas. Tapi tumben dia mengetuk pintu biasanya dia langsung masuk saja.

"Iyaaa" jawabku sebelum dia mengulang kata katanya bisa habis aku diceramahinya.

"Ayo Nes" dia hanya mengangguk.
Aku keluar lebih dulu, ternyata Vano masih ditepan kamarku, otomatis aku menabrak tubuh kekarnya.

"Astaga Van, kenapa masih berdiri disini bukanya turun, tapi buat apa kamu ikut naik keatas" aku mengomel itu adalah sebuah kebiasaan.

"Marah mulu Len, cepat tua loh, aku cuma ngambil ponsel" dia malah menggodaku.

ALENTA(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang