24..

97.6K 3K 39
                                    

"Vano, Alen turun makan malam dulu. Apa perlu mama naik buat seret kalian berdua" terik Nilam dari meja makan karna Alvano dan Alenta tidak kunjung turun.

Alenta yg mendengar teriakan Nilam panik bukan main.
"Van bangun, balik kekamar kamu sana" Alenta mencoba membangunkan Alvano yg masih terlelap diatas ranjangnya.

"Van bangun, kalau nenek naik keatas nanti bahaya, kita bisa ketahuan" Alenta benar benar heran dengan Alvano, jika dulu Alvano tidak pernah tidur dikamarnya dan tidak pernah menyentuhnya lebih dari satu kali dalam satu malam.

Tapi hari ini laki laki itu bahkan menghabiskan tiga ronde berturut turut dan lebih parahnya lagi siang bolong. Mengingat hal itu membuat pipi Alenta memerah.

"Alvano Bigantara" bisik Alenta tepat ditelinga Alvano dan hal itu berhasil.

"Alen jangan membuatku ingin menerkammu lagi" balas Alvano masih dengan mata tertutup.

"Van bangun nenek tunggu diruang makan, apa kamu mau mereka tau apa yg kita lakukan?" Tenggorokan Alenta terasa tercekat mengatakan hal itu.

"Biar aja mereka tau".

"Aaaawww" Alenta mencubir lengan kekar Alvano dengan sedikit tenaga.

"Makanya kalau ngomong itu dipikir dulu, udah keluar sana" usir Alenta.

"Len gak sempat gitu satu kali lagi" Alenta membulatkan matanya tidak percaya dengan yg baru saja Alvano katakan. Bahkan senyum tidak lepas dari wajah tampannya.

"Dasar mesum, minta sama calon istri kamu sana" Alenta sangat emosi dengan tingkah kekanak kanakkan Alvano.

Alenta melihat Alvano dengan tatapan membunuh. Alvano keluar dari selimut tebal yg membungkus tubuh telanjangnya dan mengambil seluruh pakaiannya dilantai.

"Apa kamu tidak malu menunjukan itu padaku Vano" Alenta menutup matanya dengan kedua tangan.

"Buat apa malu kamu udah liat semuanya begitu juga aku, aku sudah melihat setiap inci tubuh indahmu itu" Alenta memerah.

"Sudahlah cepat pakai bajumu, lalu pergi" jawab Alenta tanpa mau menatap Alvano.

Setelah selesai memakai semua bajunya Alvano menatap Alenta yg masih tidak bergeming diatas ranjang bahkan tatapan wanita itu kosong.

"Len" pangil Alvano dan melangkah mendekati Alenta.

"Keluar Van" balas Alenta datar. Alvano bingung dengan sikap Alenta yg tiba tiba dingin padahal tadi baik baik saja. Alenta tidak ingin menatapnya sedikit pun, tatapan matanya menuju jendela yg masih terbuka.

Sangat mustahil Alenta akan berbicara padanya disaat wanita itu tengah memikirkan sesuatu. Jadi Alvano lebih memilih meninggalkan Alenta sendiri. Alvano melangkah keluar dari kamar Alenta dengan sangat berat.

Setelah Alvano pergi Alenta membalik tubuhnya dan menangis diatas bantal agar tidak terdengar oleh Alvano.

"Apa yg sudah aku lakukan? Aku mengulang kembali kesalahanku. Aku dan dia tidak mungkin bisa bersatu. Dia akan segera menikah dan aku, bagimana kalau aku hamil lagi".

"Alenta makan dulu sayang" Tangis Alenta terhenti karna Nilam lagi lagi memanggilnya.

Alenta melangkah kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri tidak mungkin dia keluar dalam keadaan kacau. Alenta memakai bedak dan lipstik sedikit agar tidak terlihat terlalu pucat.

Alvano sudah lebih dulu berada dimeja makan. Alenta menatap tidak percaya saat melihat Shirina yg berada dipangkuan Alvano dan gadis kecil itu tampak sangat manja pada Alvano.

ALENTA(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang