10..

121K 2.9K 47
                                    

Mungkin aku bisa disebuat bajingan..
Tapi aku tidak pernah menyesal menjadi yg pertama bagimu..

Alvano Bigantara









🌾🌾🌾




Alenta dan Andin sedang sibuk dengan pikiran masing masing. Entah apa yg ada dipikiran Andin hingga membuat wanita itu diam sejak tadi.

Perasaan Alenta masih sama, dia masih menghawatirkan Alvano. "Din aku ketoilet sebenar" Andin hanya mengangguk.

Alenta ingin menghubungi Vano. Meskipun dia ingin menghindar dari Alvano tapi tetap saja rasa khawatir tidak mau pergi darinya.

Tuttt tuuutt

Bahkan nada tunggu diponselnya pun mampun manambah kecepatan detak jantungnya. Wajar saja ini sudah hampir satu bulan dia tidak bertemu bahkan berbicara dengan Alvano lagi.

Akhirnya panggilan Alenta diangat.
"Haloo" Alenta sangat senang bisa mendengar suara yg sangat dia rindukan lagi.

"Van kamu gak mau pulang?" hening hanya ada suara nafas lelah dari Alvano.

"Van dengan kamu pergi dari rumah itu gak akan selesain masalah, ini masih bisa kamu bicarain baik baik. Pulang yaa" bujuk Alenta.

"Kamu gak tau gimana kerasnya mama sama papa Len, apa pun keputusan mereka itu harus dituruti"

"Jadi kamu tetap gak mau pulang?" Alenta menghembuskan nafas lelah.

"Gak aku gak akan pulang"
"Van coba kamu pikirin lagi baik baik"
"Cukup Alenta, gak usah ikut campur urusan aku. Ini hidup aku kamu gak punya hak ngatur hidup aku" Alenta merasa sesak mendengar kata kata Alvano. Itu sangat menyakitinya.

"Terserah kamu Van" Alenta memilih mengakhiri panggilannya sebelum Alvano mendengar isakannya.
Air matanya kembali jatuh tanpa bisa iya cegah.

"Aku perduli salah, gak perduli lebih salah lagi. Yang apa ini cara kamu membuangku Van, aku hanya barang bekas untukmu, benarkan" Alenta menutupi mulutnya dengan tangan agar isakannya tidak terlalu terdengar dari luar toilet.

"Ini akan menjadi air mata terakhirku untukmu Van, aku tidak ingin menangisi orang yg bahkan tidak pernah perduli dengan perasaanku" Alenta mengusap kasar airmatanya dan menghembuskan nafasnya secara perlahan.

Setelah tenang Alenta melihat dirinya didepan cermin. Sunguh berantakan. Tidak mungkin dia kembali kekelas dengan keadaan seperti ini.

Alenta mengambil ponselnya.
"Din aku pulang duluan, aku gak enak badan" kirim.
Setelah mengirim pesan Alenta segera pulang. Dia hanya ingin mengurung diri dan menangis sepuasnya.


🌾🌾🌾


Dering ponsel membangunkan Alvano dari tidur nyenyaknya.
"Hallo" jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Vano pulang, mama sama papa sangat khawatir sama kamu" Alvano menghembuskan nafas lelah.
"Kalau mama sama papa peduli sama aku, batalkan perjodohan itu"
"Gak bisa Vano, itu yg terbaik buat kamu, mama capek liat kamu selalu bawa perempuan gak jelas kerumah"
"Kalau begitu aku tetap tinggal diapartemen ku" Alvano memutuskan sambungan telpon sebelum Nilam kembali memprotesnya.

Alvano pov

Sudah hampir satu bulan aku tidak pulang kerumah, dan selama itu pula mama selalu menghubungiku. Hanya satu yg aku minta apa itu terlalu sulit. Aaah aku sangat pusing memikirkan semua ini. Aku harus segera mandi, ada mata kuliah pagi. Setelah siap aku segera meraih kunci mobil dan menuju kampus.

ALENTA(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang