Aisyah melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga, menyiapkan segala kebutuhan Farhan sebelum berangkat kerja. Urusan meja makan semua sudah selesai, Aisyah segera berpindah ke kamar untuk membereskan tempat tidur.
Ponsel Farhan tergeletak begitu saja di atas bantal, Aisyah segera memindahkannya ke atas meja di sebelah tempat tidur.
Drrttdrrtdrrrt
Sudut mata Aisyah sedikit melirik ke arah ponsel yang berdering, terlihat sebuah panggilan dengan nama Amelia. Aisyah mengerenyitkan dahinya, lantas timbul pertanyaan, untuk apa Amelia menelfon Farhan sepagi ini?
Ponselnya terus saja berbunyi, Aisyah tidak berani mengangkat atau membaca isi pesan yang masuk karena itu akan menganggu privasi suaminya sendiri.
Aisyah menghela napas berat dan memejamkan mata untuk beberapa detik. Kegelisahan dan ketakutan mulai merasuki pikiran Aisyah, namun ia meyakinkan hatinya jika Farhan tidak mungkin berbuat macam-macam.
"Ada apa, Aisyah? kenapa tidak di angkat?" Farhan mengambil ponsel itu dan segera melihat panggilan yang masuk.
"heuuhhhh." Dia tersenyum sinis, lalu duduk di atas tempat tidurnya dibarengi menatap isi pesan dan menjatuhkan ponselnya di atas tempat tidur.
"Aku sudah sangat lelah menerima pesan dari Amelia," ucap Farhan sambil menggosok rambutnya yang basah, karena dia baru saja selesai mandi.
Aisyah hanya terdiam dan mencerna semua kata-kata Farhan. Ternyata yang di pikirkan Aisyah tentang Fahri dan Amelia itu salah. Aisyah berpikir sejenak, ia merasa harus melakukan sesuatu agar semuannya kembali baik-baik saja.
"Mas, aku boleh minta nomor ponsel Amelia?" pinta Aisyah
"Untuk apa?"
"Aku ingin menyelesaikan kesalah pahaman ini. Aku takut!"
Aisyah tertunduk lesu, niatnya dalam hati sudah bulat untuk mengajak Amelia bertemu. Terlebih Aisyah tak tega melihat Farhan yang selalu di ganggu oleh pesan Amelia yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang perempuan.
"Boleh, tapi kamu takut kenapa, Aisyah?" Fahri mulai menggoda Aisyah dengan menatap istrinya itu penuh dengan keseriusan.
"Cemburu?"
"Emm...emm, bukan begitu." Aisyah mulai terlihat gelagapan dengan pertanyaan Farhan. Aisyah mulai meremas-remas ujung jilbabnya dan itu membuat suaminya terkekeh geli.
"Aisyah, kamu takut suamimu ini selingkuh, ya?"
Farhan menghampiri wanita itu yang mulai menunjukan ekspresi lucu dengan memainkan bibirnya, ia melebarkan kedua tangannya dan memberi senyuman manis ke arah Aisyah. Aisyah mengerti, dia mengangguk kecil dan mulai memeluk tubuh Farhan dengan sangat erat.
Farhan menciumi pucuk kepala Aisyah yang tertutup jilbab berwarna peach dengan motif kupu-kupu, jilbab itu membuat Aisyah terlihat sangat cantik.
"Aisyah, aku tidak akan mengkhianati pernikahan kita. Ijab kabulku di depan almarhum Ayahmu sudah menjadi janji yang tidak bisa di langgar, apapun itu alasannya."
Aisyah tersenyum kecil dan menutup matanya, mempererat pelukannya kepada Farhan.
"Bukankah laki-laki itu bisa mempunyai istri lebih dari satu?" Aisyah bertanya iseng kepada Farhan, tentunya ingin mengetahui jawaban Farhan sebagai laki-laki yang normal.
"Iya. Tapi tidak ada di kamus hidupku, Aisyah."
"Jika aku yang meminta?"
"Aku akan marah kepadamu." Farhan melepaskan pelukannya, dan mengusap kepala Aisyah dengan lembut. Mereka segera menuju ruang makan untuk sarapan, karena beberapa menit lagi Farhan harus melaksanakan rutinitasnya sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Surgaku [END][REVISI]
Teen FictionPindah ke aplikasi dreame dengan part yang lebih panjang. Jangan bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan hakmu, Allah sudah menetapkan takdirmu di dunia ini. Jika kamu memaksakannya itu akan membuatmu terluka. Ingat, apapun yang jadi milikmu wal...