Amelia dan Dewi larut dalam canda dan tawa yang begitu hangat, sementara Aisyah hanya membeku di tempat dengan segala macam pikirannya.
Aisyah tak berkutik sedikitpun di tengah pembicaraan Amelia dan ibu mertuanya, padahal Aisyah berada tepat di depan mereka. Beberapa kalimat istighfar di ucapkan dalam hati, ia sedang berusaha menepis pikiran buruk yang sedang ia rasakan.
"Aisyah!"
Panggilan dari Dewi membuyarkan lamunannya, Aisyah segera mengangkat wajah dan memasang senyum untuk Ibu mertunya itu.
"Iya, Bu."
"Udah coba periksa ke Dokter Kandungan lagi belum? siapa tahu kan udah ada rezekinya?"
Kali ini tubuh Aisyah kaku mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya, ia menatap Amelia yang balik memandang dirinya dengan sangat serius.
"Aisyah, kamu udah nikah?" tanya Amelia.
"Katanya kamu temannya Aisyah, tapi ko gak tau!" sambung Dewi.
Aisyah hanya diam menyaksikan percakapan mereka, dia sudah pasrah kali ini. Aisyah menyerahkan semuanya kepada Allah, ini sudah harus diakhiri. Aisyah merasa jika Amelia sudah harus tau segalanya agar rumah tangganya bersama Farhan tidak terganggu oleh perasaan Amelia.
"Aku sudah menikah, Amelia," jawab Aisyah dengan sangat tenang.
"Mana suamimu?" Amelia melirik kanan dan kiri karena selama dia masuk, tidak menemukan siapa pun di rumah itu.
Dewi tertawa mendengar pertanyaan dari Amelia, menurutnya pertanyaan itu terdengar sangat janggal.
"Tentu saja Farhan, Amelia. Kamu ini lagi bercanda, ya?" jawab Dewi sembari terkekeh.
"hah?" Ekpresi gadis itu nyari berubah. Ia berharap apa yang dikatakan wanita paruh baya itu hanyalah sebuah candaan.
Amelia mengubah pandangannya kepada Aisyah yang tertunduk gugup. Seketika tubuhnyapun melemas, tatapannya begitu kosong. Dia berusaha mengatur napas yang mulai terasa sesak, hatinya bak ditusuk jarum yang begitu tajam. Sangat sakit, sakit yang bercampur dengan marah serta kecewa.
Dia seolah sedang dipermainkan oleh keluguan Aisyah. Pipinya kini terasa panas, keringat dingin yang mulai menjalar ke pelipis. Air mata yang sudah mulai jatuh pada permukaan pipinya berubah semakin deras. Badannya bergetar hebat, dia tetap memandang Aisyah dengan mata yang sudah sangat basah.
"Kenapa kamu melakukan ini, Aisyah?" tanya Amelia dengan terisak pelan.
Dewi tidak mengerti dengan apa yang dia saksikan saat ini. Dia berusaha memegang pundak gadis yang berada di sampingnya, tapi Amelia menepisnya dengan sangat cepat.
"A-aku bisa jelaskan, Amelia." Aisyah mencoba menghampiri Amelia yang tiba-tiba saja berdiri dan mengambil tasnya.
"Kalian semua jahat!" Suara serak terdengar jelas dari bibir Amelia.
Amelia mulai melangkahkan kakinya dengan cepat, berusaha melewati Aisyah yang menghadangnya dan akan meraih tangannya. Tetapi Amelia tetap menepis raihan tangan Aisyah itu, yang ada di pikirannya hanya ingin keluar dari rumah ini.
"Amelia, Amelia dengarkan aku dulu! tolong untuk beberapa menit saja, Amelia "
Amelia tetap berjalan menuju pintu sembari terisak, kini Amelia mulai kesal dengan Aisyah yang terus memohon kepada dirinya .
brrruukkkkk
"Awww..."
Tubuh Aisyah terpental ke bawah, kini dia tepat berada di depan pintu. Amelia mendorong tubuhnya sangat kuat. Amarah Amelia membantunya menjadi seseorang yang sangat kasar, kebencian dalam dirinya sudah tidak terbendung lagi pada wanita yang ada di hadapannya kini.
"Kamu sudah membohongiku, Aisyah. Kenapa kamu tidak mengatakan ini dari awal? apa kamu sengaja ingin menyakiti perasaanku Aisyah?" Suara Amelia sudah tidak beraturan lagi, ia berbicara masih dalam isaknya.
"A-aku-"
"Aku benci kamu, Aisyah!"
Belum sempat Aisyah berbicara , Amelia sudah memotongnya lagi dan memberi penekenan pada kata-katanya. Dia pergi dengan sedikit berlari meninggalkan Aisyah, Aisyah tidak bisa mengejar karena masih merasakan sakit pada bagian bokong dan kakinya, ia merasa kakinya seperti terkilir akibat dorongan yang sangat kuat dari Amelia.
Sementara Farhan baru keluar dari kamarnya dan melihat ibunya yang bulak-balik memutar langkahnya kesana dan kemari.
"Ada apa, Bu?"
"Farhan, itu Aisyah dan Amelia," ucap Dewi dengan menunjuk ke arah luar. Farhan mengerti dan langsung berlari menuju pintu keluar, ia menemukan istrinya yang sedang mengerang kesakitan.
"Aisyah...!" teriaknya.
Dewi yang terkejut dengan teriakan anaknya langsung menghampiri.
Farhan dengan segera membopong Aisyah untuk di dudukan di sofa yang tepat ada diruangan tersebut."Aku akan mengurut kakimu, Aisyah. Tahan sedikit!" Aisyah mengangguk pelan sembari menggit bibir bawahnya menahan sakit.
°°
Braaakkkk
Amelia membuka pintu dengan sangat kasar, dan itu membuat kedua orang tuanya terkejut. Amelia berlari menaiki anak tangga begitu cepat, sementara kedua orang tuanya berusaha mengejar karena khawatir melihat Amelia yang begitu datang sudah dalam keadaan menangis.
"Amelia, ada apa?" tanya ibunya
Amelia mengacuhkan panggilan itu, ia memilih masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam.
"Arrrgghh...." Amelia berteriak sekuat tenaga, ia menangis sejadi-jadinya dan melempar semua barang yang ada di hadapannya. Ketukan pintu sudah tak di anggap lagi.
Kini hatinya terasa sangat sakit, dia merasa sudah tak berguna lagi mengejar cinta seseorang yang dia pendam cukup lama. Amelia menjatuhkan tubuhnya, meremas sprai yang membalut kasur dan menariknya dengan kasar .
"Amelia buka, sayang. Jangan membuat ibu dan ayah khawatir." Suara samar-samar terderngar di balik pintu.
Tubuh Amelia terguncang lagi, napas semakin sesak dengan tangis yang mengeras tak bisa di cegah lagi. Dia membuka jilbabnya dengan paksa dan melemparnya ke daun pintu .
Dia merasa perubahan dalam dirinya sangat tidak berguna, kesakitan dalam hatinya benar-benar sudah memuncak . Perjalanan yang cukup panjang menahan cinta kepada seorang laki-laki yang menarik hatinya kini harus usai dengan keadaan yang harus ia terima dengan ikhlas.
Tangis Amelia terhenti seketika, dia menghapus air matanya dan segera bangkit untuk membuka pintu. Dalam hati Amelia sangat berharap jika kedua orang tuanya masih berada di balik pintu kamar.
Klik
Ia membuka pintu dan menatap kosong. Sesuai harapannya kini, orang tua Amelia masih berdiri untuk menunggu putri kesayangannya itu keluar .
"Sayang...." Ibunya menghampiri dan berniat memeluk tubuh putrinya, akan tetapi Amelia mengangkat tangan, memberi tanda agar wanita itu tidak melakukan hal yang demikian.
"Nikah kan aku segera dengan pria bernama Farhan, jika tidak aku akan mengakhiri hidupku," ucap Amelia dengan sangat datar dan ia kembali menutup pintu kamarnya dengan keras.
Sang ibu pun larut dalam tangis di pelukan suaminya. Batinnya begitu sakit melihat anak semata wayang yang begitu ia cintai berada dalam keadaan yang berbeda. Menurutnya, itu bukan seperti Amelia yang sangat dia sayangi. Kedua orang tua Amelia hanya bisa menatap pintu kamar yang hening tanpa suara sedikitpun.
Hallo, bagaimana cerita kali ini?
semoga kalian tidak bosan ya, karena banyak hal yang belum di ketahui dari cinta Amelia kepada Farhan yang sudah cukup lama menurutnya.
sejak kapan, ya?^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Surgaku [END][REVISI]
Fiksi RemajaPindah ke aplikasi dreame dengan part yang lebih panjang. Jangan bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan hakmu, Allah sudah menetapkan takdirmu di dunia ini. Jika kamu memaksakannya itu akan membuatmu terluka. Ingat, apapun yang jadi milikmu wal...