Kebohongan

4.7K 154 15
                                    

Pagi sekali Aisyah dan Farhan sudah berada di meja makan, suara piring dan sendok menemani kesunyian di antara mereka berdua. Farhan dan Aisyah tak membuka suara sedikit pun, mereka bingung harus memulai semuanya dari mana.

"Assalamualaikum, selamat pagi," ucap Amelia yang baru keluar dari kamarnya. Amelia terlihat menggosok rambutnya yang basah dengan handuk, entah kenapa pemandangan itu membuat Aisyah menjadi kurang nyaman . Dia melirik ke arah Farhan yang sibuk dengan makanannya, Aisyah hanya bisa menghela nafas berat. Dia lupa jika memang pada kenyataannya Amelia adalah istri Farhan, jadi apa pun yang dilakukan suaminya tadi malam memang sudah jadi kewajibannya .

"Waalaikumsallam, duduk Amelia ! , ikut sarapan bersama kami," ajak Aisyah .

Amelia pun mengangguk dan ikut makan bersama Aisyah dan Farhan. Lagi-lagi hanya ada keheningan di antara mereka bertiga, entah sampai kapan sikap diam ini akan berakhir .

"Bagaimana tidurmu, nyenyak ?" tanya Aisyah .

Masya Allah , kenapa Aku bertanya seperti itu. Pasti Amelia dan Fahri berpikir jika aku ingin mengorek privasi mereka. Astagfirullah ....

Aisya bergumam dalam hati, ia merasa bersalah sudah bertanya hal bodoh semacam itu kepada Amelia.

Namun, berbalik dengan Amelia , sikap santai Amelia seolah menutup rapat kepedihan hatinya yang tak bisa memiliki Farhan seperti yang ia harapkan .

"Ya, malam yang menyenangkan," Jawab Amelia dengan memasang senyum di wajahnya.

Uhukuhuk

Pernyataan Amelia membuat Farhan terbatuk-batuk, Aisyah langsung memberikan segelas air kepada Farhan dan menepuk pundaknya secara perlahan. Ketika batuk itu sudah reda Farhan menatap Amelia yang duduk di hadapannya, ia tak habis pikir jika Amelia bisa berucap dengan nada datar seperti itu.

Sementara dalam hatinya, dua wanita itu saling mengumpat. Amelia dengan rasa sakitnya, sementara Aisyah dengan rasa sedihnya . Mereka terlalu pintar menyembunyikan luka dalam hatinya antara satu sama lain.

Heuh, menyenangkan kamu bilang?
Suamimu saja enggan menatapmu, apalagi menyentuh tubuhmu. Kamu terlalu munafik Amelia , bisa-bisanya kamu berlindung di balik senyummu itu.

Gerutu Amelia dalam hati, dia yakin pasti Aisyah sedang gelisah memikirkan dirinya dan Farhan sudah melakukan kewajibannya. Padahal seharusnya Aisyah tau jika itu terlalu tabu untuk di lakukan.

"Amelia ..., "panggil Farhan.

"'Hemm ....," jawab Amelia dengan malas .

"Pakailah jilbabmu kembali, meskipun di dalam rumah."

Amelia berpikir sejenak, kenapa Farhan bisa seperhatian itu kepadanya. Tapi itu tidak mungkin pikirnya, wajar saja karena kini dia sudah menjadi istri Farhan

"Aku belum siap. Aku belum bisa menjadi muslimah yang baik," jawab Amelia dengan nada datar.

"Jangan pernah mengaitkan sikap dan jilbab . Jilbab itu kewajiban , sikap itu perilaku masing-masing individu. Terlepas dari sikap buruk seorang perempuan tetap saja ada kewajiban yang harus ia laksanakan," tutur Farhan yang kali ini bersikap lebih serius .

Amelia tersenyum semringah, bukan karena memahami ucapan Farhan. Tapi dia bahagia karena baru kali ini Farhan berbicara panjang lebar kepadanya. Tentu saja dengan kata-kata yang baik, ia berpikir tidak ada salahnya jika mematuhi perintah suaminya itu. Siapa tahu dengan cara ini hati Farhan bisa sedikit terbuka untuknya.

"Iya, insya Allah," jawab Amelia.

"Kamu mau kuliah hari ini? Biar aku antar."

Mata Amelia membulat seketika, ia seperti mimpi mendengar Farhan menawarinya mengantar ke kampus. Sementara Aisyah hanya fokus mengocek-ngocok makanan di dalam piringnya tanpa memakannya sedikitpun, Aisyah benar-benar tidak menyimak pembicaraan di meja makan itu .

"Aisyah."

Lamunan Aisyah buyar seketika oleh panggilan Amelia.

"Iya ...."

"Aku akan berangkat kuliah bersama Farhan."

"Oh, baiklah. Maaf barusan aku melamun."

Kini ada dua rasa yang berkecambuk dalam hati Aisyah . Antara bahagia dan sedih, bahagia melihat Farhan yang mulai bisa menerima Amelia , dan sedih melihat Farhan yang masih bersikap dingin kepadanya. Bahkan saat Amelia belum berada di meja makan tidak ada sapaan sama sekali dari Farhan untuk Aisyah .

°°°

Amelia sudah sampai di kampusnya, langkahnya ia buat sepelan mungkin. Dia masih kesal dengan sikap acuh Farhan di sepanjang perjalanan dari rumah ke kampus. Amelia pikir saat Fahri mengajaknya berangkat bersama itu adalah titik awal dimana sikap Fahri berubah, tapi kenyataannya itu hanya sebatas acting di depan Aisyah.

"Hey ...."

Tubuh Amelia terperanjat ketika seseorang mengagetkannya dari belakang, suara itu sudah tidak asing lagi di telinganya.

"Astagfirullah, Icha!" teriak Amelia.

"Ngelamun aja sih, eh iya pengantin baru. Ciee!"

Amelia tersipu malu,  wajahnya kini mulai memerah. Tingkahnya terlihat gugup, sesekali ia memainkan rambutnya untuk di selipkan di balik telinganya. Icha dibuat terkekeh geli dengan tingkah Amelia yang seperti itu.

Tangan Icha ia lingkarkan di pundak sahabatnya itu . Ia mulai melirik kanan kiri agar tak ada yang mendengar sesuatu yang akan ia bisikan pada Amelia.

"Apa sih?" tanya Amelia

"Sssthhh." Icha menyimpan jari di bibirnya .

Amelia semaki bingung dengan apa yang di lakukan Icha kepadanya.

"Gue cuman pengen tanya, gimana malam pertama lo sama Farhan?" tanya Icha dengan nada nakal.

Mata Amelia membelalak, tenggorokannya seakan mengering mendengar pertanyaan yang di lontarkan Icha. Dia bingung harus menjawab apa, jika ia berkata jujur sudah di pastikan Icha akan mentertawakannya dengan sangat puas.

"Heh malah ngelamun lagi, cepetan jawab! Jangan-jangan lo belum ngelakuin apa-apa lagi," sindir Icha.

Amelia kembali menelan ludahnya , ia berusaha bersikap tenang agar Icha tidak mencercanya dengan segala macam pertanyaan konyolnya yang bisa membuat aib rumah tangganya terbongkar.

"Ya eng-enggak lah. Pokoknya malam tadi menjadi malam terindah buat gue sama Farhan, dan rasanya hemm ...." Amelia mengedipkan mata nakalnya dan memasang wajah dengan ekspresi sensual.

"Keterlaluan lo, ya," ucap Icha dengan kesal dan sedikit menjitak kepala Amelia .

"Aww, apaan sih lo?"

"Gue kan jadi pengen," jawab Icha dengan memajukan bibirnya beberapa centi.

"Sialan ...!"

Akhirnya merekapun tertawa bersama.

Mengenaskan , aku harus berbohong lagi untuk menutupi keadaan hatiku yang terluka. Setidaknya aku sudah bisa menjaga aib suamiku sendiri. sungguh menyedihkan hidupmu Amelia.

Di tengah tawanya bersama Icha, Amelia masih menggerutu tentang dirinya sendiri. Padahal jika sedang keadaan sepi dan sendiri rasanya ia ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan semua amarah yang tersimpan dalam hatinya. Tapi jauh dari itu Amelia sudah tahu ini semua akan terjadi, maka dia anggap ini hanya ujian cinta dalam memenangkan hati Farhan.

Hai para pembaca Bukan Surgaku, maaf jika kemarin author bilang akan up catatan tangan Aisyah. Ternyata jalan cerita tidak sesuai kenyataan. Ide itu hilang seketika, tapi Author berusaha untuk tetap mengikuti alur cerita. Maaf ya jangan marah dan jangan sedih!
Hehe...
Salam cinta untuk kalian semua, jangan bosen baca cerita ini. ^^

Bukan Surgaku [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang