Alhamdulillah seneng banget bisa tembus viewers sebanyak ini, makasih ya buat kalian semua yang sudah setia dengan cerita ini . Terharu sekali wkwk (agak lebay yes ), pokonya makasih banyak buat kalian .
Ini sambungan dari part sebelumnya ya ^^ , happy reading !!!
****
Aisyah terperanjat, melihat Amelia masuk kamar dengan keadaan menangis. Ia segera menyusul, tapi pintu itu dikunci oleh Amelia dari dalam.
"Amelia ada apa?" tanya Aisyah sembari mengetuk pintu kamar dengan perlahan. Namun, tidak ada jawaban sedikitpun dari dalam.
Aisyah melirik Farhan yang baru datang melewati dirinya begitu saja, ia seolah-olah tidak melihat Aisyah yang menatapnya serius.
"Tunggu, Mas." Aisyah menarik tangan suaminya, Farhan hanya menatap lurus ke depan. Sudah cukup lama Farhan tidak bicara dengan istrinya, mungkin tegur sapa pun hanya seperlunya saja .
"Amelia kenapa?"
Farhan tetap diam dan tidak bergumam sedikit pun.
"Apa kamu menyakitinya? Jawab aku, Mas!"
Farhan menghela napas berat, ia menutup matanya untuk beberapa detik, seraya menyiapkan jawaban yang bisa diterima oleh istrinya.
"Aku rasa tidak. Aku hanya mengatakan sesuatu yang bisa membuatnya lebih berpikir dewasa," jawabnya dengan nada begitu dingin.
"Apa itu, Mas?" Aisyah menyipitkan matanya.
Farhan mulai menatap Aisyah yang masih memegang salah satu tangannya dengan erat. Pria itu merasakan perasaan yang begitu hangat dan nyaman, sudah sangat lama sekali ia tidak bertatapan dengan istri yang sangat dicintainya itu.
"Aku mengatakan, jika aku tidak bisa mengganti posisi kamu di hatiku dengan siapa pun. Aku mencintaimu Aisyah, sangat mencintaimu."
Ucapan Farhan terdengar begitu dalam di hati Aisyah, kini hatinya terasa dibuat terbang oleh laki-laki yang begitu dia rindukan. Kata-kata yang cukup lama tidak terdengar selama ini. Tubuh Aisyah terasa di buat kaku oleh kata cinta yang terasa tulus dari Farhan.
Masya Allah, aku merasa bahagia di atas penderitaan orang lain ya Allah.
Aisyah menepis segala kebahagiaan dalam hatinya. Ia merasa jika ini tidak cukup adil untuk Amelia, Amelia harus mendapatkan hak yang sama sebagai istri Farhan. Dengan perlahan Aisyah melepaskan genggaman tangannya. Sementara Farhan memandang istrinya yang mulai menunduk, membuang wajah yang tadi menatapnya dengan serius .
"Ada apa Aisyah, apa aku salah?" tanya Farhan.
Aisyah menutup matanya untuk beberapa detik, ia merasa sudah saatnya jika semuanya harus di bicarakan dengan serius. Ia kembali mengarahkan wajahnya untuk bertarapan langsung dengan Farhan.
"Seharusnya Amelia mendapat hak yang sama darimu, Mas."
Farhan membelalak seketika, ia tak percaya jika istri yang dia bela di depan Amelia tidak memikirkan perasaannya saat ini. Pria itu menggelengkan kepalanya, ia memasang wajah sinis ke arah Aisyah. Napasnya mulia tidak teratur, menahan amarah yang bisa menjadi bom waktu untuk beberapa detik saja.
"Kamu tidak pernah menempatkan hatimu sebagai aku Aisyah. Padahal aku adalah orang yang begitu mencintaimu. Sementara dia—" Farhan menunjuk ke kamar Amelia.
"Dia yang sudah menghancurkan pernikahan kita Aisyah!" teriak Farhan.
"Cukup! Istighfar kamu, Mas." Aisyah membalas teriakan suaminya, ia menggeleng dan segera beranjak dari sana. Namun, Farhan tidak ingin ini berakhir begitu saja, ia mengikuti langkah istrinya dan menarik tangan Aisyah dengan setengah mencengkeramnya.
"Aww, sakit. Aku mohon lepas!" Aisyah meringis kesakitan .
Amelia yang mendengarkan pembicaraan dari balik pintu segera keluar, ia menyaksikan Farhan yang bersikap kasar pada wanita yang begitu ia cintai.
"Dengarkan aku Aisyah, dalam pernikahan ini, bukan kamu atau dia yang tersakiti. Tapi Aku Aisyah, aku." Farhan menepuk-nepuk dadanya.
"Sakit!" Aisyah merintih, air mata mulai membasahi pipinya.
"Kamu tidak pernah sama sekali menghargai aku Aisyah, kamu tidak pernah menempatkan hatimu sebagai aku. Sementara yang kamu pikirkan hanya dia dan dia." Kini Farhan mengarahkan jarinya pada Amelia yang sudah berada di depan pintu. Amelia hanya menatap kejadian ini tanpa berkutik sedikit pun, ia terlalu takut untuk menghampiri Farhan yang terlihat begitu emosi.
Aisyah tak kuasa lagi membendung kesedihannya, rasa sakit di pergelangan tangannya tidak sebanding dengan sakit yang ada di hatinya. Farhan mulai menunjukan sifat lamanya sebagai seorang yang tempramental, padahal sifat itu hilang saat ia menikah dengan Aisyah. Tapi kali ini sifat itu muncul kembali, sosok yang dianggap Amelia sebagai orang lain, karena ia merasa tidak melihat Farhan yang begitu lemah lembut meskipun kerap bersikap dingin padanya.
Aisyah yang menangis di genggaman Farhan melirik Amelia yang membisu di tempat . Sebenarnya, ia tidak ingin jika Amelia menyaksikan kejadian ini, itu akan membuatnya merasa sangat bersalah.
"Lepaskan, Mas. Istighfar, ingat Allah Mas," ucap Aisyah yang masih berusaha melepaskan cengkeraman itu.
"Kamu tahu Aisyah, betapa sakitnya aku melihat kamu menangis saat aku mengucap ijab qabul bersama orang lain. Aku tahu kamu menangis saat ibuku mencabut semua kepecayaannya kepadamu Aisyah, dan kamu harus tau ... bukan kamu yang terluka Aisyah. Tapi, Aku. Aku yang lebih terluka menyaksikan istriku bersedih, Aku Aisyah!"
Farhan melepaskan cengkeraman tangannya, tubuh Aisyah ambruk perlahan ke lantai dengan tangisan yang semakin mengeras.
"Dan sekarang kamu tidak menghargaiku, kamu menyalahkanku."
Braaakkk!
Tinjuan Farhan melesat pada bingkai foto pernikahan mereka. Aisyah semakin tak kuasa menyaksikan suaminya yang hatinya sudah di rasuki amarah, semetara Amelia mengepal tangannya menahan ketakutan pada sosok lain dari Farhan.
Bingkai yang terbuat dari kaca itu pecah, menyisakan kepingan-kepingan kaca di lantai. Tangan Farhan mulai meneteskn darah, ia menatap tangannya sendiri yang terasa sakit, tapi tidak sesakit hatinya kini.
Aisyah segera berdiri dan meraih tangan yang berdarah itu, ia segera meniupnya, namun Farhan menepisnya dengan kasar.
"Tidak usah pedulikan aku Aisyah," ucap Farhan, dia mulai melangkah untuk pergi dari rumah itu. Entah kemana tujuannya, yang jelas ia tidak ingin menatap Aisyah yang sudah mengeluarkan air mata kesakitannya.
Farhan segera masuk ke mobil, dan segera berlalu meninggalkan kesedihan di dalam rumah itu.
Tubuh Aisyah mulai ambruk kembali, tubuhnya terguncang dan tangisnya mengeras. Ia menyimpan tangannya di dada, merasakan sesak yang begitu mendalam .
Sementara Amelia kembali masuk ke dalam kamar dan menutup rapat pintu kamarnya, tubunya ia sandarkan di balik pintu. Sekarang giliran tubuhnya yang ambruk di lantai. Air mata pun mengalir deras, tangis menyeruak seketika. Rasa bersalah berkecamuk dalam benaknya, ia merasa menjadi monster yang sudah menghancurkan kehidupan seseorang dengan begitu cepat.
Suara tangisan yang terdengar begitu sesak terdengar jelas dari dua wanita yang menaruh satu cinta pada orang yang sama, satu tujuan yang sama, dan sama-sama ingin mendapat cinta darinya.
Bagaimana part ini? Apa sudah mulai ngeselin? Hehe ...
Bagaimana ya nasib rumah tangga mereka ?
Saya kasih bocoran ya, akan ada salah satu orang yang bertahan. Entah itu Aisyah, atau Amelia.
Tunggu kelanjutannya !!
Byyyy ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Surgaku [END][REVISI]
Teen FictionPindah ke aplikasi dreame dengan part yang lebih panjang. Jangan bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan hakmu, Allah sudah menetapkan takdirmu di dunia ini. Jika kamu memaksakannya itu akan membuatmu terluka. Ingat, apapun yang jadi milikmu wal...