Aisyah dan Fahran sudah berdiri di depan rumah yang cukup mewah, keduanya saling memandang satu sama lain. Aisyah kembali memalingkan wajah dari hadapan Farhan, ia tak ingin jika rasa gugup dan khawatir yang menghantui di ketahui oleh suaminya itu.
"Ayo masuk, Nak!" ajakan Ratna memecah keheningan di antara mereka. Farhan dan Aisyah pun bergegas masuk ke dalam rumah yang sangat indah itu. Tatanan furniture yang sangat rapi dan elegan membuat suasana samakin nyaman .
"Bu, Ibu dari mana? Ayah khawatir, Bu. Ibukan lagi sakit."
Jantung Aisyah terasa di tusuk kembali ketika seorang pria berperawakan sedang itu berkata demikian. Aisyah benar-benar menyaksikan betapa sempurnanya pengorbanan seorang Ibu. Ia sudah mengira dari awal jika Ratna dalam keadaan sakit, bisa terlihat dari wajahnya yang pucat pasih.
"Assalamualaikum, Pak." Sapa Farhan sembari meraih tangan ayah Amelia dan menciumnya dengan segera, lalu diikuti oleh salam dari Aisyah.
"Waalaikumsallam," jawab Nazar, ayah Amelia.
"Ibu menyusul mereka?" tanya Ayah Amelia yang sedari tadi memegang bahu istrinya, Ratna hanya mengangguk kecil. Nazar menghela napas berat, terlihat begitu banyak beban yang kini ia rasakan.
"Maaf, Bu, Pak. Dimana kamar Amelia?" tanya Aisyah. Ke khawatirannya terhadap Amelia sudah tak bisa ia sembunyikan lagi. Farhan hanya bisa memandang wanita disampingnya itu. Kali ini ia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Aisyah. Farhan hanya berharap, jika istrinya mampu menjadi wanita yang tegar dalam menghadapi masalah ini.
"Mari ikut kami, Nak," jawab Nazar.
Mereka berjalan menyusuri anak tangga menuju lantai dua. Kamar Amelia berada paling pojok di antara kamar yang lain. Kini mereka tepat berada di depan pintu kamar yang dituju. Aisyah mencoba menenangkan hati dengan ditemani ucapan takbir dan basmallah yang ia kumandangkan dalam hati.
Sementara Nazar mulai memutar knop pintu.
Click
Ia mulai membuka pintu dengan perlahan, tetapi yang mereka saksikan hanyalah ruangan gelap tanpa cahaya sedikitpun.
"Assalamualaikum, Amelia. Ada yang ingin bertemu," ucap Ratna dengan lembut, tetapi tak terdengar jawaban sedikitpun. Ratna memutar tubuhnya menghadap Farhan dan Aisyah, ia menganggukan kepala memberi tanda jika mereka dipersilahkan untuk masuk kedalam. Kedua suami istri itu saling bertatapan sejenak sebelum memutuskan untuk masuk. Farhan pun mengedipkan kedua matanya, Aisyah mengerti dan membalasnya dengan sebuah anggukan kecil.
Aisyah memijit saklar di belakang pintu dan seketika lampupun menyala. Pemandangan dalam kamar terlihat sangat jelas, pandangan Aisyah tertuju pada sosok gadis yang kini duduk di atas kasur dengan tatapan kosong lurus ke depan. Kedatangannya dengan Farhan tak di gubris sama sekali, ia hanya duduk dengan posisi kaki di tekuk dan di dekap dengan erat .
"Amelia," panggil Aisyah dengan lembut.
Gadis itu masih enggan menoleh, dia tetap pada pandangan lurus dan dingin. Farhan melirik Aisyah dan kembali menatap Amelia.
"Assalamualaikum, Amelia." Kini Farhan yang membuka suara dan memanggil Amelia dengan suara baritonnya.
Amelia mulai merespon dengan memejamkan matanya dan menunduk dengan perlahan.
"Untuk apa kamu melakukan ini Amelia? menarik perhatianku?" tanya Farhan sinis.
"Bodoh!" bentak pria yang sudah mulai terlihat marah.
Pernyataan Farhan membuat Aisyah terkejut, Aisyah menatap suaminya dengan mengrenyitkan dahi dan mulut sedikit terbuka. Rasa tak percaya menyelimuti benak Aisyah, dan pertanyan demi pertanyaan mulai timbul. Bagaimana bisa Farhan berucap kasar pada situasi seperti ini?
"Kamu tidak lihat, Amelia, betapa tersiksanya orang tuamu melihatmu seperti ini. Bahkan Ibumu yang sakit rela datang untuk bersujud di kakiku, Amelia. Untuk apa? Hanya untuk putrinya yang bersikap bodoh macam ini, cih." Nada bicara Farhan semakin meninggi kali ini. Aisyah terlihat bingung, napasnya mulai tidak teratur.
Sementara tubuh Amelia mulai terguncang perlahan menahan tangis yang mulai keluar dengan rintih dari bibirnya.
"Aku milik orang lain, Amelia. Milik orang lain!" Farhan berteriak, "Hilangkan obsesimu ini."
"Istighfar, Farhan!" bentak Aisyah.
"Biarkan aku bicara padanya, Aisyah. Aku sudah muak dengan ke adaan ini."
"Aarrrgghhhh!" tangis Amelia mulai pecah, dia menutup kedua telinganya seolah tak ingin mendengar ucapan Farhan yang begitu menancap di hatinya. Tubuh Amelia terguncang hebat, isak tangis yang terdengar samakin keras. Ia seperti meluapkan seluruh kesakitan hatinya lewat air mata yang membanjiri pipi.
Sementara Aisyah dan Farhan sedang berdebat, Amelia turun dari tempat tidur dan berlari ke arah Farhan. Dia memeluk tubuh Farhan. Aisyah yang langsung terdiam memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Kini ia menyaksikan kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di depan matanya ada seorang wanita yang memeluk pelabuhan hatinya dengan sangat erat. Air mata Aisyah mulai memaksa keluar dari tempatnya. Kesal, marah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Amelia, lepaskan aku!" Farhan berusaha melepaskan lilitan tangan Amelia pada tubuhnya.
"Istighfar, Amelia!" teriak Farhan sembari melepas paksa pelukan gadis itu. Tubuh Amelia ambruk ke lantai, ia tidak bisa menyeimbangi dorongan Farhan yang sangat kuat. Farhan membuka pintu dengan paksa dan berlalu pergi, sementara Aisyah meraih tubuh Amelia dengan segera. Kini Amelia menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Aisyah.
Dalam tekadnya Amelia tak ingin kehilangan Farhan lagi, lantas ia segera mendorong tubuh Aisyah sampai tersungkur beberapa langkah kebelakang. Masih dalam tangisnya Amelia segera berdiri meraih gunting yang ada di meja belajar dan berlari mengejar pria yang sangat ia cintai itu.
"Amelia!" teriak Aisyah yang berusaha berdiri untuk mengejar.
"Amelia!" pekik Ratna. Sang ibu yang menunggu di depan pintu menangis histeris di pelukan suaminya.
"Farhan! selangkah lagi kamu maju aku tak segan melukai diriku sendiri," ancam Amelia.
Farhan yang sudah berada di ujung pintu seketika menghentikan langkahnya.
Amelia mengatur napas yang terengah-engah karena menyusuri anak tangga dengan setengah berlari. Sementara tangannya masih terlihat memegang gunting dengan sangat kuat.
Aisyah hanya menyaksikan adegan ini dari balik punggung Amelia. Wajahnya kini memucat, rasa dilema berkecambuk begitu kuat dalam dirinya. Aisyah hanya bisa berdoa dalam hati, berharap ada petunjuk dalam segala masalah yang kini menerpa pernikahan mereka.
Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?
Kini dua perasaan sedang ku pertaruhkan. Jalan mana yang harus ku tempuh, ya Allah? keputusan apa yang harus ku ambil untuk menyelamatkan keduanya? tunjukan kekuasaanmu, ya Rabb. Jangan sampai masalah ini melunturkan keimanan kami kepada Engkau. Tapi kuatkanlah iman dan taqwa kami, kami percaya pertolongan Engkau sangatlah dekat jaraknya. Amin ya robbal alamin.Segini dulu ya, kita lanjut di part selanjutnya besok . semoga kalian suka
Makasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Surgaku [END][REVISI]
Novela JuvenilPindah ke aplikasi dreame dengan part yang lebih panjang. Jangan bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan hakmu, Allah sudah menetapkan takdirmu di dunia ini. Jika kamu memaksakannya itu akan membuatmu terluka. Ingat, apapun yang jadi milikmu wal...