Sebuah Penghinaan

4.7K 228 35
                                    

Malam semakin larut, hawa dingin mulai merasuk ke dalam ruangan. Kini hanya tinggal Farhan dan Amelia, sementara Annisa sudah berpamitan pulang.

Amelia dan Farhan masih menunggu di luar ruangan.  Tidak ada pembicaraan sedikit pun dari keduanya, yang ada hanya rasa canggung satu sama lain.

Amelia mulai mengusap-ngusap tangannya yang mulai terasa dingin, kebetulan dia tidak memakai jaket karena terburu-buru pergi ke rumah sakit . Farhan mulai melirik ke arah Amelia, lantas ia membuka jaketnya dan menyodorkannya ke Arah istrinya itu yang tepat duduk di sampingnya.

"Pakailah!"

"Tidak usah." Amelia menepisnya dengan perlahan.

"Pakai!"

"Tidak Farhan."

Tanpa basa-basi lagi Farhan menutupi tubuh Amelia dengan jaketnya dari belakang. Amelia merasa melayang dengan perlakuan yang begitu perhatian kepadanya, baru kali ini suaminya itu bersikap manis.

Amelia menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman kecil dengan menatap Farhan yang memandang lurus ke depan.

"Jangan salah sangka. Aku hanya tidak ingin repot jika kamu sakit," ucap Farhan dengan nada dinginnya.

Seyuman Amelia hilang seketika. Rasanya ia ingin mentertawakan dirinya sendiri, ia merasa salah besar mengharapkan hati Farhan yang sudah terlanjur beku untuknya. Apalagi dalam keadaan seperti ini, jangankan hatinya, pikirannya pun sudah jelas ditujukan untuk siapa.

Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa menghampiri mereka berdua. Ternyata ibu dan ayah Farhan datang di malam yang sudah sangat larut itu.

"Farhan, bagaimana keadaan Aisyah? Maaf, ibu baru datang," ucap Bu Dewi dengan raut wajah yang begitu cemas.

Pria yang sudah berdiri itu mencium tangan ibu dan ayahnya. Namun, ketika Amelia mengulurkan tangan, Bu Dewi memalingkan wajahnya dengan segera. Amelia hanya bisa tertunduk lesu dengan keadaan di sekitarnya ini.

"Aisyah masih belum sadar, Bu. Ayah, kapan Ayah pulang dari luar kota?" tanya Farhan.

"Baru saja, ayah langsung ke sini karena khawatir dengan keadaan Aisyah."

Farhan hanya mengangguk, dia sudah yakin jika orang tuanya memang sangat menyanyangi Aisyah seperti anaknya sediri.

"Ini semua gara-gara kamu Amelia."

Kata-kata Bu Dewi mengejutkan semua orang, termasuk Amelia yang tertunduk sedari tadi. Ia menatap ibu mertuanya itu dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kalo saja kamu tidak jadi benalu dalam kehidupan anakku, ini semua tidak akan terjadi," ucap Bu Dewi dengan penuh kemarahan.

"A-aku."

"Bu, sudah Bu." Farhan mencoba menenangkan ibunya.

"Jangan cegah ibu, Farhan."

Tatapan kemarahan dan kebencian tergambar jelas dari sosok seorang ibu, ibu yang tidak menginginkan rumah tangga anaknya hancur karena orang yang sudah mementingkan dirinya sendiri.

"Amelia, awalnya aku berpikir jika Aisyah yang salah. Aisyah terlalu polos dalam hal ini, tapi lama kelamaan aku baru sadar jika kamu yang tidak tahu diri."  Bu Dewi mengarahkan telunjuknya ke arah wajah Amelia yang sudah meneteskan air mata.

Bu Dewi mulai menyimpan kedua tangannya di bahu Amelia. Napasnya kini mulai naik turun menahan amarahnya pada wanita itu.

Sementara Farhan mulai berjalan ke arah ibunya dan mengusap lembut bahu ibunya,  berharap jika ibunya mau melepas cengkraman tangannya pada Amelia.

Bukan Surgaku [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang