Kehadiran Amelia

3.4K 150 2
                                    

Aisyah terdiam di kursi sofanya, menatap kosong ke arah televisi yang masih menyala. Suara bising dari tayangan di televisi tak ia hiraukan, dia masih mengingat bayangan tentang kemarahan Amelia di cafe tadi.

"Astagfirullah. Amelia bisa semarah itu." Aisyah bicara pada dirinya sendiri, rasa tidak percaya menyelimuti hati dan pikirannya saat ini.

Tadinya ia hanya berharap ada pembicaraan yang baik dengan Amelia, tapi pada kenyataannya sifat Amelia berbanding terbalik dengan apa yang Aisyah pikirkan.

"Ada apa, Aisyah?" Suara bariton memanggil Aisyah dari belakang, ia langsung menoleh dan tersenyum berat ke arah Farhan.

"Amelia, Mas." Suara Aisyah terdengar parau. Hatinya diselimuti rasa gelisah yang begitu dalam.

"Kenapa?"

Farhan langsung menghampiri Aisyah dan duduk di sebelahnya, dia merasa jika obrolan istrinya kini akan sangat serius.

"Dia marah saat aku bilang kamu sudah menikah. Lebih mirisnya lagi dia menyangka aku hanya cemburu jika kakakku, yaitu kamu berhubungan dengan wanita lain," jelas Aisyah sembari menunjuka wajah cemas.

"Hmmmmm." Farhan hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar cerita yang di sampaikan Aisyah.

"Dia sudah berjilbab loh, Mas!"

"Lalu?"

"Masya Allah, dia cantik." Aisyah begitu antusias menceritakan perubahan pada diri Amelia, sementara Farhan hanya memasang muka datar seolah tidak ada rasa peduli sedikitpun pada wanita yang baginya hanya menganggu kehidupannya saja.

"ya, Alhamdulillah jika memang dia berubah dengan memakai jilbab, itu memang suatu kewajiban. Semoga hatinya juga terbuka melihat kebenaran dari apa yang dia obsesikan."

Aisyah hanya tersenyum lalu ia mengusap lembut punggung suaminya, rasanya dia sudah tak ingin lagi membuka suara tentan Amelia. Aisyah merasa tidak enak hati bercerita panjang lebar tentang wanita yang membuat Farhan merasa tidak nyaman selama ini.

"Ibu akan berkunjung ke sini besok, kamu tidak keberatan jika memasak untuk menyambut Ibu?" Sengaja, Farhan memotong perbicaraannya tentang gadis itu. Ia tak ingin jika Aisyah terus mengingat tentang kejadian yang baru saja dialaminya.

Aisyah langsung memasang senyum tercantik mendengar kabar jika ibu mertuanya akan datang untuk menemuinya.

"Tentu saja, aku akan menyiapkan menu spesial khusus untuk Ibu." Farhan tersenyum dengan kata-kata yang begitu tulus dari Aisyah.
Aisyah memang sangat dekat sekali dengan ibunya Farhan, ia sudah tak sungkan lagi menganggap ibu mertuanya itu sebagai ibu kandungnya sendiri.

Ada yang belum orang ketahui, jika Aisyah adalah seorang anak yatim piatu. Ibunya meninggal karena penyakit kanker payudara yang di deritanya. Tidak lama kemudian di susul oleh ayahnya, tapi Aisyah beruntung pernikahannya masih sempat di saksikan oleh Almarhum ayahnya. Maka dari itu Aisyah menitipkan dirinya kepada keluarga Farhan dengan cara menjadi menantu dan istri yang baik. Ibu Farhan sangat menyayangi Aisyah karena sopan santun dan tutur kata Aisyah yang selalu beradab, belum lagi sikap penyayang Aisyah yang teramat besar kepada keluarga Farhan. Ketika Ibu Farhan sakit, Aisyah lah yang merawat beliau sampai beliau sembuh dan itu yang menjadikan keluarganya memberikan semua perhatian kepada Aisyah.

°°°

"Ibu makan yang banyak ya, Aisyah sudah menyiapkan masakan spesial buat Ibu," Tutur Aisyah kepada ibu mertuanya yang sudah berada di meja makan sedari tadi.
 
Ya. Kedatangan Dewi—ibu Farhan disambut begitu hangat oleh Aisyah. Pagi-pagi sekali Aisyah sudah memasak dengan sangat bersemangat, tak lupa menu ikan kuah kuning yang jadi menu favorit ibu mertuanya di masukan ke dalam piring yang sudah berisikan nasi terlebih dahulu.

"Ibu kangen sekali dengan masakanmu, Aisyah. Masakanmu enak, percis masakan ibu." Dewi tersenyum dengan sembringah melihat masakan Aisyah yang sudah cukup lama ia rindukan.

"Aisyahkan belajar dari Ibu."

Suasana meja makan begitu hangat dengan obrolan dan candaan dari kedua wanita ini, mereka belum memulai makan karena menunggu Fahri yang sedang mandi terlebih dahulu. Selipan-selipan nasehat dari Ibu Farhan disimak Aisyah dengan sangat serius. Aisyah percaya jika ibu mertuanya memberi wejangan untuk kebahagiaan keluarganya, tentu saja ini di manfaatkan sebaik mungkin oleh Aisyah karena ia tahu jika Ibu mertuanya sudah jauh lebih berpengalaman dalam membina rumah tangga.

Toktoktok

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam," jawab mereka kompak.

Di tengah perbincangan mereka terdengar suara ketukan pintu, belum sempat Aisyah beranjak Farhan keluar dari arah pintu kamar.
"Duduk Aisyah, biar aku yang membukanya." Aisyahpun kembali duduk di kursi makannya.

Tak butuh waktu lama untuk melihat siapa yang datang, mata Aisyah seketika membelalak melihat tamu yang kini ada di hadapannya. Senyum dari gadis yang secara tiba-tiba datang menemui keluarganya membuat ia begitu terkejut. Ya, Amelia lah yang kini ada di hadapannya.

"Temanmu, Aisyah?"

Aisyah menoleh ke arah ibu mertuanya yang melemparkan pertanyaan, ia tidak langsung menjawab. Aisyah hanya menelan ludah dan tak berani lagi menoleh ke arah Amelia, bayangan-bayangan kejadian sesudah ini sudah tergambar jelas di pikiran Aisyah. Ia hanya takut Amelia kecewa. ya, hanya itu saja.

"Duduk Amelia! di situ ada Aisyah dan Ibuku." Amelia memasang senyum manis dengan rasa percaya diri yang tinggi, dia bahagia karena hanya bukan Farhan yang dia temui tapi ada ibunya juga.

  Amelia langsung duduk di sebelah ibu Farhan tanpa menghiraukan kehadiran Aisyah di sana. Disusul dengan Farhan yang kini berada di sebelah Aisyah.

"Maaf! aku tidak sopan jika harus mengusirnya," ucap Farhan dengan setengah berbisik kepada istrinya.

Aisyah hanya terdiam, bukan itu yang di permasalahkan. Tapi kenyataan yang akan Amelia lihat di rumah ini, tapi di sisi lain Amelia memang harus tahu ini lebih cepat. Ini bukan masalah tentang pemikiran orang yang terlalu berlebihan dengan masalah semacam ini, Aisyah hanya menempatkan dirinya di posisi Amelia sebagai gadis yang sedang jatuh cinta dan pasti akan kecewa karena cinta itu sendiri.

"Siapa ini? cantiknya." Dewi memecah kesunyian di meja makan dengan bertanya kepada Amelia.

"Aku Amelia, Tante. Teman kampusnya Farhan." Amelia menyalami Dewi dengan segera.

"Teman Aisyah juga, 'kan?"

"Iya." Amelia menoleh sedikit ke arah Aisyah dan kembali menatap Dewi dengan sangat percaya diri.

"Ya udah kita makan, yu! masakan anak perempuan tante ini enak, loh."

  Jantung  Aisyah semakin tak karuan, detaknya sudah tak beraturan lagi. Napasnya serasa sesak. Farhan hanya memandang istrinya yang sedang memainkan bibir bawah, Farhan tahu jika sikap Aisyah seperti itu maka dia sedang dalam keadaan gelisah.

Mereka akhirnya memutuskan untuk makan dahulu sebelum berbincang-bincang kembali.

Sementara perasaan Aisyah diliputi rasa takut. Ia takut, jika rumah tangganya kini terancam, mengingat Amelia adalah seorang yang nekat dalam menggapai apa yang ia inginkan.

Ya Allah, bagaimana ini?

Terimakasih ya , semoga kalian masih menunggu cerita ini ^^

Bukan Surgaku [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang