Keputusan Sepihak

3.3K 136 8
                                    

Farhan masih terdiam tak berkutik sedikitpun, rasanya ia masih tak ingin menoleh ke belakang. Farhan merasa sudah lelah dengan semua drama yang dilakukan Amelia.

Astagfirullah. ya Allah, aku yakin jika semua hanya ujian untuk menguji kesabaranku. Ucap Farhan dalam hati .

Amelia tetap dalam isaknya, ia memandang punggung Farhan dan berharap jika pria yang ia cintai itu akan membalas perasaannya, meskipun itu dengan keterpaksaan.

"Lakukan semaumu, Amelia! aku tidak peduli." Dia bergegas meninggalkan Amelia. Sementara Amelia hanya terdiam membisu, ia sungguh tidak menyangka jika Farhan bisa berkata seperti itu kepadanya. Tubuhnya kini ambruk ke lantai dengan gunting yang masih ia genggam.

"Farhan!" teriak Amelia dengan tangisan yang histeris.

'Sreeetttt'

Gunting yang digenggamnya kini menggores tangan Amelia dan mengeluarkan banyak darah. Ratna yang menyaksikan tindakan nekat putrinya berlari meraih gunting dan melempar kesembarang tempat, ia memeluk Amelia dengan tangisan yang tak kalah histeris .

"Farhan, Bu. Kejar dia! aku mencintainya, Bu ... Aku mencintainya," ucap Amelia dengan suara seraknya.

Ratna hanya mengangguk dan memeluk putrinya lebih erat lagi. Bagaimana dengan Aisyah?
Aisyah hanya terdiam bertarung dengan kegundahan hatinya. Pikiran wanita itu terasa melayang dibarengi rasa bimbang yang cukup besar bak menggeliat dalam sanubarinya. Siapa yang harus ia kuatkan kali ini? Aisyah merasa jadi istri yang tak berguna.

Perang batin Aisyah kini bertambah besar ketika melihat kedua orang tua itu memeluk putri yang sedang terluka hati dan fisiknya. Namun, Farhan di luar sana sama terlukanya karena mati-matian membela hak dan kewajibannya sebagai suami.

Tiba-tiba saja Ratna menghampiri Aisyah dan berlutut di kaki Aisyah. Aisyah dengan sigap meraih bahu Ratna agar sejajar dengannya .

"Tolong ibu, Nak! Sekali ini saja. Tak perlu kamu melihat Amelia! tapi lihat ibu, aku seorang ibu yang begitu terluka melihat anak yang di sayanginya dalam keadaan seperti ini."

Hati Aisyah terasa di tusuk-tusuk oleh jarum yang sangat tajam, air mata yang kini keluar berubah menjadi sebuah kerinduan kepada ibu yang sudah tiada. Ibu Amelia balik memegang bahu Aisyah dan menatap Aisyah tajam .

"Aisyah ikhlaskan Farhan, ikhlaskan dia untuk menikahi Amelia." kini tubuh Aisyah bergetar hebat. Ratna mengguncangkan tubuh Aisyah seperti memaksa Aisyah untuk bicara .
"Mohon, ibu mohon!" suara Ratna mulai merintih, menahan sakit yang menyeruak dalam hatinya.

Aisyah menepis tangan yang ada di bahunya dengan kasar, ia berlari dengan menutup mulut ke arah luar. Aisyah menangis sejadi-jadinya dengan kalimat-kalimat istighfar yang tak pernah ia lepaskan sedari tadi .

Tak berselang lama, Aisyah menghapus air mata itu dan berlari ke arah gerbang untuk menemui suaminya. Benar saja dugaan Aisyah, jika Farhan sudah berada di dalam mobil. Aisyah membuka pintu dan segera masuk ke dalam, ia duduk bersampingan dengan suaminya.

Farhan melirik Aisyah dan memberi sebuah senyuman, ia tak ingin berkomentar tentang mata Aisyah yang terlihat sembab. Farhan hanya percaya jika hati istrinya sedang sangat terluka. Mereka terdiam cukup lama, saling bermain dengan pikiran masing-masing. Farhan masih belum berani menjalankan mobilnya, karena ia takut mengemudi dalam keadaan tidak baik.

"Mas, boleh aku meminta sesuatu?" Pertanyaan Aisyah memecah keheningan di antara keduanya.

"Apa?"

Aisyah terdiam beberapa saat, mengatur napas yang mulai terasa berat.

"Menikahlah dengan Amelia!"

Pernyataan Aisyah seolah menggelegar di telinga Farhan, ia menatap istrinya dengan tajam. Namun, Aisyah hanya memandang lurus ke depan, ia tak ingin membalas tatapan Farhan.

"Kamu sadar Aisyah, jika aku ini suamimu?" tanya Farhan dengan melakukan penekanan pada kata-katanya.

Sebenarnya Aisyah sangat ingin menangis tapi ia tahan sekuat yang ia bisa.

"Aku sadar dan aku ikhlas," jawab Aisyah tegas .

"Tidak, kamu tidak ikhlas."

"Aku ikhlas, Mas."

"Kamu tidak ikhlas, Aisyah."

"Aku ikhlas, mas!" Teriak Aisyah dengan menatap tajam.

"Tidak, kamu--"

"Aku tidak bisa memberimu anak, Farhan," pungkas Aisyah yang memotong ucapan Farhan. Dada Aisyah terlihat naik turun, sementara Farhan memalingkan wajahnya ke jendela, ia merasa tidak mampu jika melihat cintanya terluka seperti ini.

"Demi aku, Mas. Demi rasa kemanusiaan," ucap Aisyah dengan nada lirih.

Aisyah tertunduk dan menangis tersedu-sedu. Farhan menoleh ke arah Aisyah dengan perlahan, ia merasa sangat bersalah melihat kesedihan Aisyah yang begitu dalam. Lantas Farhan menarik tubuh Aisyah dan memeluknya dengan erat, ia menciumi pucuk kepala Aisyah dan ikut larut dalam kesedihan tersebut.

"Aku tak ingin mengkhianati pernikahan kita, Aisyah. Aku mencintaimu," ucap Farhan yang mendekap tubuh Aisyah dengan sangat kuat. Aisah larut dalam dekapan prianya dan menumpahkan semua kesakitan itu dalam hangat dekapan cinta yang sedang berada dalam ujian.

'Toktok'

Ketukan kaca mobil terdengar dari luar, Ayah Amelia terlihat sangat panik. Aisyah segera membuka kaca mobil dari dalam.
"Ada apa, Ayah?" tanya Aisyah.

"Amelia pingsan, sepertinya dia kehilangan banyak darah. Tolong bawa dia ke rumah sakit! aku akan menyusul."

"Baik, Ayah." Kedua insan itu segera berlari. Benar saja, Amelia pingsan dalam dekapan Ibunya. Tanpa berkata apa-apa lagi Farhan membopong tubuh Amelia ke dalam mobil disusul oleh Aisyah dan Ratna, mereka segera melaju menuju rumah sakit terdekat.

Bagaimana cerita di part ini?
Maaf ya jika part ini pendek, setidaknya aku berusaha tetap update untuk kalian ya hhe .
Terimakasih, kita bertemu di part selanjutnya ya .

Bukan Surgaku [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang