Aisyah, Farhan, dan Amelia kini sudah sampai di rumah . Sementara Annisa tadi meminta untuk turun di rumah saudaranya yang kebetulan jaraknya tidak jauh dari rumah Aisyah, ia memutuskan untuk menginap di sana karena ini sudah cukup malam .
"Amelia, aku sudah membereskan kamarmu. Di rumah ini hanya ada dua kamar, tapi maaf kamar yang kedua tidak cukup luas. Jika kamu tidak suka kamu bisa pindah ke kamarku."
"Ccckkk." Farhan berdecak, ia menggelangkan kepala dengan memasang senyum sinisnya. Lantas ia pergi ke kamar meninggalkan kedua istrinya itu. Farhan tak habis pikir dengan sikap Aisyah terhadap Amelia, kenapa dia bisa bersikap sebaik itu kepada orang yang sudah membuatnya berada pada pilihan yang sulit.
Aisyah dan Amelia hanya menatap punggung Farhan yang semakin lama menghilang, dan kecanggungan mulai terasa lagi di antara mereka.
"Aisyah. Itu kamarmu, Itu hakmu bersama Farhan. Aku bukan wanita dalam sinetron yang akan merebut segala hak dari istri pertamanya. Perlakukanlah aku seperti biasa, tidak usah berlebihan."
Aisyah menatap wajah Amelia dengan rasa tidak percaya, ternyata Amelia mempunyai sisi baik yang sudah mulai nampak. Aisyah hanya tersenyum kecil , lalu mengusap bahu Amelia dengan lembut.
"Istirahatlah Amelia, nanti Farhan akan menyusul." Aisyah akan beranjak melangkahkan kakinya namun Amelia menahan tangan Aisyah dengan cepat.
"Tidak. Jangan memaksakan Farhan untuk menghargaiku Aisyah, biarkan ini tumbuh dengan sendirinya."
Aisyah menurunkan tangan Amelia dengan perlahan, dia tetap memasang senyum terbaiknya kepada Amelia. Aisyah memaklumi semua perasaan Amelia saat ini, apa lagi Farhan bersikap sangat dingin kepada Amelia. Jangankan kepada Amelia, Aisyah pun merasa jika saat ini Farhan belum menyapanya sama sekali.
"Masuklah ke kamarmu Amelia!" Perintah Aisyah. Amelia hanya mengangguk kecil dan segera berlalu meninggalkan Aisyah . Sementara Aisyah masih terdiam di tempat, ia bingung harus memulai pembicaraan darimana dengan suaminya. Ada dua hati yang harus di jaga saat ini di dalam rumah yang sederhana ini, Aisyah mulai melupakan perasaannya sendiri. Dia malah sibuk memutar otaknya untuk menjaga hati yang akan retak seketika jika salah satunya melakukan kesalahan.
"Bismillah," ucap Aisyah yang sudah siap mengajak Farhan bicara dengan segala risiko yang ada. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Farhan yang sudah masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.
Ketika pintu dibuka, Aisyah melihat Farhan yang sedang duduk di atas ranjang sembari memijit keningnya dengan perlahan. Kini Aisyah di serang rasa cemas yang begitu hebat, tangannya dingin dan jantungnya mulai berdetak sangat cepat. Aisyah menepis kecemasan itu dan segera duduk di samping suaminya.
"Mas, apa kamu mau makan?" Aisyah membuka pertanyaan basa basinya, karena memang ia belum melihat Farhan makan.
"Tidak, terima kasih," jawab Farhan tanpa menoleh ke arah istrinya.
Aisyah menelan ludahnya yang terasa mengganjal di keronkongan, lantunan istighfar tetap ia ucapkan di dalam hati untuk melawan rasa takut yang sudah mulai menggebu. Dia menutup matanya untuk beberapa detik dan mengatur nafas yang terasa begitu sesak.
"Oke, kalo begitu istirahatlah Mas, temani Amelia."
Farhan mengangkat wajahnya seketika, ia menoleh ke arah Aisyah yang tertunduk dan sedang menggigit bawah bibirnya. Farhan tahu jika Aisyah sedang dalam keadaan gugup dan takut.
"Aisyah kamu...." Farhan tidak melanjutkan pembicaraannya, ia kembali menunduk dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Baiklah Aisyah. Aku akan melakukannya, jika ini memang yang kamu mau." Farhan berdiri dan melangkahkan kakinya, ia sangat berharap jika wanita yang ia cintai itu memanggil untuk kembali. Namun Aisyah tetaplah Aisyah , wanita yang sudah kekeh pada pendiriannya. Farhan sudah tidak ingin bicara lagi, ia membuka pintu dengan kasar dan menutupnya dengan cepat.
Dalam hati Aisyah ia sangat ingin berkata tetaplah bersamanya, namun lidahnya seolah kaku dan mulutnya membisu seketika.
°°°
Amelia merapihkan dirinya di cermin, ia menyisir rambutnya yang berwarna coklat dan terurai dengan indah . Hatinya begitu kalut saat ini , ini malam pertamanya dengan Farham. Namun ia harus menelan kekecewaan karena Farhan memilih tidur bersama Aisyah.
Amelia terkejut dengan suara knop pintu yang diputar. Tak butuh waktu lama, senyumnya kini tergambar jelas pada wajahnya yang cantik. Bagaimana tidak, laki-laki yang dia cintai sudah berada bersamanya dalam satu kamar.
"Farhan," panggil Amelia dengan senyum yang merekah.
Farhan menghampiri Amelia dan memegang bahunya, jaraknya kini sangat dekat hingga membuat jantung Amelia berdebar tak beraturan. Matanya saling pandang, Amelia sangat berharap jika Farhan melakukan sesuatu padanya.
Farhan menatap Amelia dengan saksama, ia mendekatkan wajahnya hingga jaraknya tinggal beberapa senti saja. Amelia menutup mata, kini di perutnya bagaikan ada kupu-kupu yang terbang dan merasuk kedalam hatinya.
Farhan menghela nafas dan memundurkan tubuhnya kembali, ia menurunkan tangannya dari bahu Amelia. Amelia membuka mata dan mengarahkannya pada sisi yang lain .
"Tidurlah Amelia, sementara aku akan tidur di bawah," ucap Farhan dengan nada lemah.
"Kenapa?" tanya Amelia sedikit serak menahan tangis.
"Aku tidak bisa, Aku tidak bisa mengkhianati Aisyah. Maaf , aku yakin kamu tahu itu." Lantas Farhan mengambil bantal dan menyimpannya di bawah ranjang. Ia memilih untuk tidak menoleh ke arah Amelia yang membeku di tempatnya.
Amelia hanya memandang Farhan yang sudah merebahkan dirinya tanpa beralaskan apa-apa. Amelia kini hanya bisa meneteskan air mata yang sudah ia tahan sedari tadi . Rasa sakit yang kini ia rasakan lebih sakit dari penolakan Farhan terhadap cintanya kemarin.
Bodoh, kenapa aku harus berharap lebih . Seharusnya aku sudah tahu ini akan terjadi.
Dia hanya bisa bergumam dengan hatinya sendiri .Amelia mengambil selimut yang ia bawa dari rumah, itu adalah selimut kesayanganya. Lalu ia berjalan ke arah Farhan dan menutupi badan Farhan dengan selimutnya. Amelia segera berjalan dan naik ke tempat tidur, ia memiringkan posisi tidurnya dengan membelakangi Farhan.
Air mata yang sedari tadi membasahi pipinya tidak akan di hapus, biarkan saja air mata itu menemani kesakitan hatinya.
Sementara Farhan yang pura-pura tidur membuka matanya perlahan dan menoleh ke arah Amelia, ia merasa marah dengan dirinya sendiri. Dia tidak bisa menjadi suami yang baik untuk Aisyah , dan sekarang ia sudah menyakiti perasaan wanita lain yang sudah dititipkan orang tuanya untuk ia jaga dengan baik .
°°°
Aisyah duduk di depan lemari tempatnya berhias, terdapat sebuah cermin yang lumayan besar di sana. Ia memandangi matanya yang terlihat sedikit sembab. Mungkin terlalu banyak air mata yang ia keluarkan hari ini.
Ia membuka laci kecil di bagian bawah, dan mengambil sebuah buku catatan yang isinya adalah puisi dan beberapa catatan keluh kesahnya selama ini. Lantas ia segera mengambil bulpoint dan menggoreskan isi hatinya lewat tinta hitam dan secarik kertas putih.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Surgaku [END][REVISI]
Roman pour AdolescentsPindah ke aplikasi dreame dengan part yang lebih panjang. Jangan bermimpi untuk memiliki sesuatu yang bukan hakmu, Allah sudah menetapkan takdirmu di dunia ini. Jika kamu memaksakannya itu akan membuatmu terluka. Ingat, apapun yang jadi milikmu wal...