Firasat

5.6K 221 22
                                    

Aisyah menutup buku Diary-nya dengan sangat rapi, seperti biasa, dia menumpahkan segela isi hatinya di sana. Entah kenapa perasaannya begitu gelisah, kejadian semalam membuat Farhan pergi dan belum kembali sampai sepagi ini. Aisyah sudah mencoba menghubungi Farhan, tapi tak pernah ada jawaban sedikit pun.

Ia hanya bergeming, menyandarkan punggunnya di kursi dan merasa hari ini seperti ada yang berbeda. Wanita itu merasakan tubuhnya begitu dingin, dan wajah sang suami selalu terbayang.

"Astagfirullah, kenapa jantungku begitu bedebar. Ya Allah, jaga suamiku dimana pun dia berada." Aisyah bicara pada dirinya sendiri. Ada perasaan yang kian menyeruak. Namun, entah apa itu, perasaan yang sulit di jelaskan dengan kata-kata.

Aisyah kembali memasukan buku diary-nya ke dalam laci, lalu bergegas keluar dari kamar untuk melihat keadaan Amelia yang belum terlihat keluar dari kamarnya.

Baru saja ia keluar dari balik pintu, amelia pun keluar dari kamarnya dengan berpakaian sangat rapi. Dia menengteng tas kecil berwarna biru yang senada dengan pakaiannya.

"Amelia, mau ke mana?" tanya Aisyah menatap Amelia dari ujung kaki hingga kepala.

Amelia tersenyum kecil ke arah Aisyah dan menunggu Aisyah yang berjalan ke arahnya.

"Aku mau ke rumah orangtuaku Aisyah," ucap Amelia, mencoba bersikap biasa saja di depan Aisyah. Padahal, perasaannya begitu hancur dan rapuh.

"Sepagi ini?" Aisyah melirik jam dinding, waktu baru saja menunjukan pukul 06.00 pagi.

Amelia hanya mengangguk. Sementara Aisyah sangat takut jika Amelia pergi karena kejadian tadi malam. Aisyah mengusap bahu Amelia dengan lembut, ia menatap Amelia dengan sendu.

"Amelia, tolong jangan adukan keadaan rumah tangga kita pada orangtuamu. Aku takut mereka akan sedih."

Amelia tertunduk lesu untuk beberapa detik, ia kembali mengangkat wajahnya dan menatap Aisyah dengan sedikit tersenyum.

"Tidak Aisyah, tenang saja. Aku tidak akan membuka aib suamiku, bahkan itu kepada orang tuaku sendiri," ucap Amelia. Ia memegang pundak Aisyah dan memberi senyuman termanisnya, seolah ingin memberi kekuatan tersendiri untuk Aisyah.

"Aku akan kembali Aisyah, aku hanya ingin mengobati kerinduanku kepada Ayah dan Ibu. Kamu tidak usah khawatir ya!"

Aisyah membalas senyuman Amelia.  Kini kecemasannya terhadap Amelia sudah sedikit mereda.

"Amelia, atas nama Farhan, aku minta maaf. Dia belum bisa memberikan kebahagiaan untukmu." Suara Aisyah terdengar sangat pelan.

"Aisyah ...." Amelia merangkul tubuh Aisyah, keduanya saling berpelukan. Amelia merasa samakin bersalah, ia sudah menyakiti wanita yang begitu baik kepadanya.

Beberapa detik kemudian, Amelia melepaskan pelukannya. Ia segera berpamitan untuk pergi ke rumah orangtuanya.

"Aku pamit ya Aisyah, mungkin aku akan menginap di sana."

Aisyah hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Amelia. Aisyah pikir itu cara terbaik agar Amelia bisa menenangkan hatinya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam, hati-hati ya!"

Amelia pun beranjak dari sana , Aisyah memandang punggung Amelia yang samakin menghilang dari pandangannya.

Entah kenpa Aisyah juga begitu rindu kepada kedua orang tuanya, lantas ia menelepon Annisa untuk mengantarnya ke suatu tempat untuk mengobati kerinduan itu.

Aisyah menulis sebuah memo untuk Farhan, berharap jika Farhan pulang nanti ia akan membacanya. Memo itu ia letakan di kamar, tepat di atas meja riasnya.

Bukan Surgaku [END][REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang