SPAM LOPE LOPE DULU YUK!
SENENG GAK UPDATE CEPET? KARENA SABTU GAK UP, HARI INI 2 PART SEKALIGUS.
***
"Perempuan adalah perhiasan sekaligus boomerang. Oleh karenanya berhati-hatilah."
~Pangeran Hati~
***
"Tarik paksa saja," saran lelaki dari balik kemudi. Keluarlah dua laki-laki, satu dari mobil sebelah kanan dan satu dari mobil sebelah kiri. Mereka berbadan kekar. Siapa lagi kalau bukan suruhan, supaya Syanum tidak kabur.
"Lepasin gue!" gadis itu meronta, namun kekuatannya kalah dari kedua lelaki tersebut. "Ketika seorang lelaki menyentuh kulit wanita bukan mahram, maka lebih baik disentuhkan dengan timah besi."
"Jangan sok-sokan suci! Kamu saja jual dirimu!"
"Gue Syanum, bukan Insyra."
"Sudah angkut saja dia. Bawa ke markas rahasia. Kalau sampai dia muncul di media, gawat kondisi bos."
Malam semakin terasa mencekam bagi Syanum. Tidak ada harapan setitik pun seperti bintang yang mulai redup. Tidak ada cinta. Tidak ada kebahagiaan yang ia berikan maupun orang lain diberikan kepadanya. Syanum akan segera kembali ke penjara.
***
Pancaran mantari pagi membuat Iqbal tersenyum, di Desa Gua lelaki 24 tahun itu bisa menghirup udara segar, walaupun sudah banyak penduduk memiliki kendaraan berasap, setidaknya lebih sedikit dibanding kota Jakarta. Diliriknya jam tangan, pukul 06.31. Jadwal berikutnya adalah mandi, sarapan, salat dhuha, lalu ke puskesmas.
Selama di Desa Gua, Iqbal tinggal di villa kecil milik Pak Lurah. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pemukiman warga. Tujuannya supaya ia lebih mudah menjangkau mereka. Karena bagaimanapun tidak sedikit warga lebih percaya penyakit gaib yang kemudian lari ke dukun ketimbang penyakit medis. Hal ini yang membuat Iqbal sedih, pergi ke dukun sama dengan menyekutukan Allah sebab meminta bantuan jin. Dimana menyekutukan Allah adalah dosa besar.
"Dokter Iqbal."
Merasa namanya dipanggil, Iqbal yang hendak masuk rumah membalik badan.
"Istri saya pingsan lagi."
"Baik. Saya segera ke sana, Pak."
"Saya bonceng saja dokter."
"Boleh. Boleh. Sebentar saya ambil peralatan kesehatan dulu." Beruntung bapak itu menunggu, kalau tidak Iqbal harus jalan jauh menuju bukit yang menutupi villa megah yang dijaga si bapak.
"Pak isterinya harus dibawa ke rumah sakit," ucap Iqbal setelah memeriksa.
"Pakai apa, Pak?"
"Bukannya rumah ini ada banyak mobil."
Bapak itu tidak langsung menjawab. "Punya majikan saya. Saya tidak berani. Apalagi kalau Nona Insyra muncu-" Dia tidak melengkapi kalimat.
Iqbal semakin yakin kalau gadis pemilik villa megah ini memiliki penyakit mental. "Biar saya yang bicara."
"Tapi dokter," katanya berusaha menghalangi.
"Bapak tidak ingin istrinya kenapa-napa kan?" Akhirnya si bapak menurut ketika Iqbal melemahkan melalu pertanyaan.
Entah siapa yang kini Iqbal temui, pastinya gadis itu sedang menyirami bunga sambil sesekali memainkan air. Pembawaannya tampak tenang. Kalau Felisia pasti sudah jingkrak-jingkar berlarian selayaknya anak kecil, kalau Insyra mungkin hanya duduk kaku. Apakah dia Syanum?
Mata gadis itu mengintimidasi.
"Permisi. Maaf menggangu, kamu masih ingat aku, Insyra?"
Matanya terbelalak kaget.
"Yang waktu itu ketemu di klub."
Dia tak juga menanggapi.
"Apa ini Syanum?" Ketika Iqbal berkata demikian gadis itu terkejut, hampir saja menjatuhkan wadah plastik guna menyiram tanaman. Dari perkataan itu Syanum dapat menyimpulkan kalau lelaki di depannya mengenal kepribadian lainnya. Apakah Insyra dan Feli pernah bertemu Iqbal? Syanum tidak tahu. Syanum tidak pernah sadar jika kedua kepribadiannya muncul.
"Ka, kamu siapa?"
"Perkenalkan aku Iqbal."
"Ada perlu apa di sini?" tanyanya cepat. Dia tampak ketakutan.
"Tenang, tidak usah takut. Aku di sini cuma memeriksa pegawaimu. Dia kritis, harus dibawa ke rumah sakit. Mobilmu nganggur. Boleh dipinjam?"
Gadis itu tidak segera menjawab. Diamnya membuat Iqbal yakin kalau gadis di depannya bukanlah Insyra, melainkan Syanum. Diamnya Insyra itu terlihat dingin dan cuek, sedangkan diamnya Syanum lebih terliat kalem.
"Boleh. Supir saya ada di depan."
Villa mewah ini punya banyak karyawan. Namun tetap saja atsmofer sekitar terasa sepi.
Setelah mobil pergi membawa asisten rumah tangga Syanum, Iqbal mengambil tas untuk segera pulang. Baru sampai gerbang, Syanum keluar dari arah belakang membawa sepeda.
"Aaaa... Halo dokter ganteng." Matanya berkedip-kedip menggoda. Ralat, ini bukan Syanum, melainkan Felisia. Yang membuat Iqbal heran, identitas asli gadis ini itu siapa? Syanum yang pendiam dan tenang, Insyra yang diam dan dingin, atau Felisia yang kekanak-kanakan?
"Dokter mau ke mana? Ayo main dulu sama Feli," renggeknya setelah menstandarkan sepeda. "Kita main dokter-dokteran aja yuk! Boleh Feli pinjam suntiknya?"
Iqbal buka suara, ia merasa terpanggil untuk memngetahui lebih jauh kepribadian Felisia. "Gak boleh dong kalau buat mainan. Gimana kalau Feli main berbie? Nanti dokter temani."
Di ruang tengah Iqbal duduk dengan Feli. "Feli suka main boneka ya."
"Sukaaaa banget. Kalau ke sini beliin ya dok."
"Feli umur berapa sih?"
"Tiga belas tahun."
Dokter muda itu menggangguk samar. "Feli kenal Kak Syanum atau Kak Insyra?"
"Kenapa tanya itu? Dokter gak sayang sama Feli. Kalau ada mereka, Feli itu gak ada dokter. Dokter harus tahu kalau pemilik tubuh ini Feli, bukan Syanum ataupun Insyra." Mulut Feli mengerujut hingga beberapa senti. Dia berjalan seraya menghentak-hentakan kaki. Tiba-tiba ia terpeleset.
Dengan gerakan cepat Iqbal mendekati Feli. Ingin menolong namun urung ketika gadis itu bangkit.
"Syanum?"
Dia tidak mengubris. Memanggil satpam supaya lelaki ini pergi lalu menaiki anak tangga menuju kamar.
"Saya ingatkan. Jangan dekat-dekat dengan nona muda!!!" Suara satpam membentak Iqbal. "Rumah ini banyak CCTV, sekali lagi kamu mendekati dia, kamu bisa terbunuh!!!"
Benar. Iqbal juga sadar kalau selama ia di villa itu, terasa sekali sedang diintai. Yang membuat Iqbal heran, kenapa ia dilarang mendekati gadis itu? Padahal gadis tersebut sangat membutuhkan dukungan dari orang sekitar.
Gimana ceritanya?
Masih ada yang nunggu? spam next yuk!
Jangan lupa vote, komentar, dan ajak teman kalian baca ini ya 😊
Mel~
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]
EspiritualKehidupan dokter muda Iqbal Danugraha awalnya lurus-lurus saja. Terlebih, dia menyukai seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak, Alanza Quianne. Namun, sejak pertemuan secara tidak sengaja dengan Syanum Fazila, kehidupa...