Bab 32 - Senja Merindu

46.5K 5.9K 486
                                    

Perpisahan dan pertemuan ibarat puzzle. Apabila disatukan membentuk pelajaran hidup yang indah. Tak perlu risau, sebab semua ada sesuai garis takdir-Nya.

~Pangeran Hati~

***

[Ada lagu silakan diputar]
Cakra Khan - Mencari Cinta Sejati

Mata Syanum mengamati setiap inchi buku diary berwarna hitam polos dengan tulisan Syanum's diary. Di bawahnya ada quotes 'Allah sebaik-baiknya tempat curhat. Tidak ada sandaran terkokoh selain Allah.' Tangan kiri Syanum memutar butiran tasbih. Bibirnya mengucap dzikir beriringan dengan air mata.

Di meja tempatnya menulis buku harian ia teringat kenangan bersama lelaki bernama lengkap Iqbal Danugraha.

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." Iqbal melafazkan Quran Surat Ali Imron ayat 139.

Kehadiran Iqbal membuat Syanum tersenyum. Iqbal duduk di samping gadis itu, meskipun tidak terlalu jauh mereka harus mengeraskan suara sebab angin berhempus keras, memecah suara masing-masing.

"Siapa yang gak sedih diasingkan, sendiri, tidak punya siapa-siapa."

"Kamu gak sendiri. Kamu sama aku di sini." Iqbal diam. "Dan mungkin setan hehe..."

"Siang-Siang ada setan?" Tiba-tiba Syanum meremang. Di film horor kebanyakan setan muncul tengah malam, bukan menjelang maghrib.

Kedua bibir Iqbal tertarik menciptakan garis lengkung menawan. Matanya menjelajahi hamparan sawah. "Ketika dua orang lelaki dan perempuan bersama, yang ketiganya itu setan."

"Yaudah sana kamu pergi," usir anak kedua Satoto.

Iqbal terkekeh, mengambil posisi berdiri. Sebelum pergi, ia memberikan kantong plastik berwarna hitam.

Syanum menyipitkan mata. "Apa ini?"

"Buku sama tasbih. Kalau kamu butuh teman curhat, curhatlah dengan Allah tapi kalau belum lega tulis saja di buku ini. Tasbih untuk mengiringi setiap langkahmu supaya selalu berdzikir kepada Allah. Dzikir itu pekerjaan mudah yang berlimpah berkah. Tetep saja sih susah bagi manusia tetap istiqomah. Meskipun susah bukan berarti harus ditinggalkan."

Tangan kanan Syanun menerima barang tersebut. Ia membuka ada namanya pada sampul. Berarti Iqbal sengaja mendesignnya untuk dirinya. Keindahan senja semakin dipercantik oleh nasehat bijak Iqbal. "Pandanglah manusia dari kaca mata khusnudzon. Bukan seperti iblis."

Sungguh diksi pilihan Iqbal sulit untuk ia cerna. "Aku gak ngerti," ucapnya seraya memandang langit yang kian menua.

"Iblis itu memandang adam hanya dari lumpur dan air. Tidak tahu kalau di dalam lumpur ada kebaikan yang mengagumkan. Kebanyakan orang zaman sekarang seperti itu. Memandang berdasarkan seudzon."

Syanum memeluk erat buku tersebut. Baiklah, dia harus paham kalau Iqbal memang tidak ada rasa terhadapnya. Semua perhatian Iqbal hanya hubungan pasien dengan dokter. Dia saja yang terlalu percaya diri membangun tinggi harapan sendiri, hingga menara harapan itu ambruk menimpanya.

Sesak, hatinya bagai tidak diizinkan Allah dipenuhi oksigen. Entah seberapa banyak air mata yang sudah bercucuran. Ya Allah, sakit sekali ...

Tangan meraih pena, menulis pada bagian terakhir buku tersebut.

Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang