Ketika kau mencintai yang bijaksana, puncaknya ada pada Allah sang Maha Bijaksana. Kalau kau mencintai yang baik, puncaknya juga pada Allah sang Maha Baik. Maka dari itu, cintamu pada apapun sudah seharusnya menuju kepada Allah.
***
Lukman mondar mandir di ruang tamu. Acara sudah disepakati keluarga pukul delapan malam. Nyatanya ngaret dikarenakan calon pemelai pria tak kunjung datang. Danu dan Alif bertatapan, saling meminta satu sama lain bergerak menenagkan hati abinya. Namun berakhir tetap duduk diam, tidak ada yang berani.
Aisya yang diketahui sedang hamil muda mendesah pelan. Payah kedua lelaki itu. Memang bagus takut dengan orang tua, tetapi dalam prihal kebaikan tidak ada salahnya mengingatkan. Aisya berdiri, mendekati sang mertua. Mengandalkan kakak beradik itu tidak akan usai.
"Abi, duduk dulu saja. Atas izin Allah, Iqbal akan datang. Aisya mengenal baik Iqbal. Dia bukan model lelaki yang tidak bertanggung jawab akan keputusannya."
Menyimak tuturan membuat hati Alif tetasa panas. Tidak bisa dilupakan kalau Iqbal pernah dekat dengan istrinya. Meskipun Aisya memilihnya, kenapa tetap sakit mengingat masa silam?
Lukman akhirnya mengikuti saran wanita bergamis coklat itu. Ia kembali duduk, meski begitu kakinya mengetuk-ngetuk lantai tak berirama.
Aminah datang dari belakang bersama Emi—salah satu santrinya. Keduanya membawa parsel berisi bingkisan. "Tolong kamu bawa yang lain ya, Em," pintanya.
Emi bolak balik mengambil parsel seperangkat alat salat, buah-buahan, alat make up, barang ke pesta, perlengkapan mandi, dan kotak berisi sepasang cincin dan uang tunai. Terakhir Emi membawa bingkai berisi uang yang ditata apik berbentuk masjid, pasti hanya uang palsu sebagai simbol.
"Adikmu belum bisa dihubungi?" bisik Aminah kepada Alif.
Alif menunjukan layar ponsel. "Chatnya centang satu, teleponnya tidak aktif."
"Astghfiruallahal adzim," Ia beristghfar. "Apa Iqbal ingin membatalkan lamaran ini?"
"Alif kurang tahu, Umi. Memang sepatutnya kita tidak memaksakan Iqbal." Alif menyuarakan pendapat. Langsung saja dibantah Lukman.
"Tidak ada yang memaksa. Dia mengiyakan! Awas saja kalau sampai tidak pulang. Tidak akan aku biayai administrasi kuliah," ancam Lukman.
Aminah mengusap punggung sang suami lembut. "Kalau sedang marah, tahan diri. Usahakan tidak mengatakan keburukan anak."
Banyak diluar sana orangtua memarahi anaknya dengan kalimat kasar. Anak kurang ajar, anak tidak pernah membaggakan orangtua, kurang ajar, tidak punya sopan santun, dan lain sebagainya. Ternyata kata-kata hidup. Bisa menjadi doa yang nyata. Anak bukan menjadi lebih baik malah semakin buruk karena kalimat yang keluar tanpa maksud mendoakan. Sudah sepatutnya orangtua memperbaiki cara mendidik anak-anaknya supaya menjadi anak yang shaleh-shalehah.
Mendapat wejangan dari sang istri Lukman terus beristghfar. Semantara di tempat Iqbal berada, lelaki itu masih terjebak macet yang disebabkan kecelakaan truk menghantam bus. Bukan karena macet, tetapi Iqbal juga telat berangkat. Lelaki itu hendak menghubungi salah satu anggota keluarga supaya tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi batrainya low bat.
Ia mencari charger di dashboard. Diingatnya Arsa meminjam barang tersebut. Sungguh kebiasaan buruk, meminjam tidak segera di kembalikan di tempat semula. Tidak ada yang bisa Iqbal lakukan selain pasrah. Pikiran yang tidak karuhan harus segera pergi supaya fokus menyetir.
Rencananya Iqbal akan membicarakan masa lalu Syanum kepada Syarif. Masa lampau yang juga membuat Syarif kesulitan mengumpulkan setiap puzzle. Dan ternyata pazzle itu terangkum pada kepribadian Anum. Anum bilang, datang tidak lama. Hanya ingin meluruskan kenangan masa kecil Syanum, karena ia mendukung kepribadian asli segera pulih. Satu permintaan Anum yang tidak bisa Iqbal tepati adalah ... menikah dengan Syanum. Tentu saja ia tidak kuasa menyakiti Anza. Menyakiti Anza sama saja mengoyak batin keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]
EspiritualKehidupan dokter muda Iqbal Danugraha awalnya lurus-lurus saja. Terlebih, dia menyukai seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak, Alanza Quianne. Namun, sejak pertemuan secara tidak sengaja dengan Syanum Fazila, kehidupa...