Tepat setelah Iqbal meninggalkan rumah, Anum berjalan menuju dapur. Semula Arsa dan Bibi duduk di ruang tengah, membututi.
"Kalian gak usah ngikuti saya," ketus Anum. "Apalagi kamu, dokter kok kayak kakek cangkul suaminya nenek gayung."
Kalimat Anum cukup pesan. Membuat Arsa garuk-garuk kepala, menahan emosi.
"Kenapa garuk-garuk kepala? Niruin kembaran ya? Wajahmu itu kayak orang hutan. Tanpa menirukan semua sudah tahu kamu kembar seiris." Kosa kata Anum terlampau kejam. Sepertinya ia juga menyimak siaran kartun kembar dari negara tetangga.
"Begini juga ciptaan Allah. Dosa loh kalau mengejek," peringat Arsa langsung ditengahi Bibi.
"Sudahlah." Daripada Anum mengamuk, Arsa dan Bibi kembali berbincang di ruang tengah. Volume televisi disetel cukup keras supaya Anum tidak dapat mendengar pembincangan mereka.
"Bi, Arsa dengar mama-papa Syanum sudah sadar. Bahkan kata Prof Syarif, mereka hendak mengajak jalan-jalan Syanum ke luar negeri."
Bibi meletakan remote setelah menaikan volume televisi. "Majikan saya dari dulu memang begitu. Kelihatan mau baikin Non Syanum, tapi selalu ada udang di balik bakwan."
Kepala Arsa mangut-mangut.
"Dok, Bibi ke belakang dulu ya. Mau ngatur mesin cuci, belum sempat dibilas tadi," pamitnya.
"Oh iya, Bi."
Arsa menyapu pandangannya. Ada satu CCTV yang mengarah tempatnya berada. Syukurlah, kalau Anum ingin membakar dirinya hidup-hidup ada orang yang menolong. Insyra dan Anum sama-sama menakutkan.
Arsa mendesah, kenapa tidak Insyra dan Anum saja yang pergi? Feli kan mengemaskan. Herannya, tidak ada satupun kepribadian Syanum yang care kepadanya. Padahal ia hanya lelaki unyu menunggu cinta sejati.
Ketika ia berbalik, tiba-tiba Anum berdiri di belakangnya.
"Whaaa... Setan alas. Kaget gue!" Tubuh Iqbal tersentak hingga melompat dari sofa. "Mau apa lu? Berantem? Sini-sini." Gayanya sok berani, memasang kuda-kuda yang terlihat pada video youtube menampilkan bela diri asli Indonesia tersebut.
Gadis itu malah terkekeh. "Ini aku Syanum."
Mata Arsa yang tadinya terbelalak, memandang selow. "Gue kira Anum." Tangannya mengelus dada.
Syanum duduk beriringan dengan Arsa yang kembali ke posisi semula. Mata Syanum melihat ke sekitar. Tak ia jumpai sosok Iqbal ataupun dokter Syarif. "Kamu sendirian di sini?"
"Enggak dong sama kamu. Sama siapa lagi? Bibi lagi ke belakang."
Syanum memutar bola mata malas. Percuma memang bicara dengan Arsa. Tidak mengerti apa jawaban yang dia inginkan. "Seingatku aku lagi di acara Balai Desa bernyanyi sama Iqbal, terus habis itu tiba-tiba ada suara petasan. Dokter Syarif ngajak aku, di perjalanan aku ingat beberapa puzzle masa buruku. Yang mengherankan lagi, biasanya ketika karakter lain menguasai diriku, aku tidak ingat apa yang tubuhku perbuat, tapi kali ini beda. Aku ingat semua masa laluku masa kecilku, Arsa," ucapnya dengan wajah berbunga-bunga. "Oleh karena itu aju ingin membicarakan ini dengan kalian semua."
"Dokter Syarif pulang ada acara, Iqbal juga."
"Apa acara mereka bersamaan?"
"Hmm," jawab Arsa. "Gak tau."
Keduanya diam. Tercegang dengan sebuah berita.
***
Karena gak mau ganggu malam minggu kalian jadi pendek aja hehe
Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya bacaan
Mel~
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]
SpiritualKehidupan dokter muda Iqbal Danugraha awalnya lurus-lurus saja. Terlebih, dia menyukai seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak, Alanza Quianne. Namun, sejak pertemuan secara tidak sengaja dengan Syanum Fazila, kehidupa...