Bab 31 - Kabar Buruk (part 2)

40.4K 4.9K 299
                                    

Makhluk bisa berkendak, tetapi Allahlah yang berkuasa.

~Pangeran Hati~

***

Anak pertama calpres nomor 3, Anetta Putri Satoto ditangkap atas kasus kepemilikan narkoba. Anetta diamankan polisi atas dugaan kepemilikan narkoba jenis kokain dalam jumlah 100 kg.

Saat ini, berkas perkara narkoba milik tersangka Anetta sudah dinyatakan lengkap. Selanjutnya, Polres Jakarta Selatan menyerahkan tersangka dan barang bukti ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan. Anetta terancam hukuman paling lama 20 tahun bahkan hingga hukuman mati.

Layar televisi yang tadinya menampiljan penangkapan Anetta. Sekarang berubah wajah Margaretta. Ia dengan tegap mengatakan. "Ancaman hukumannya, pada Pasal 114 ayat 2, pelaku dipidana dengan hukuman mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 tahun dan paling lama 20 tahun tidak akan menjerat anak saya. Karena dia hanya difitnah "

Polisi menduga wanita berusisa 30 tahun ini menyeludupkan barang terlarang tersebut dari Belanda. Rencananya barang itu akan ia jual kepada temannya di Surabaya. Adanya kasus ini tim calpres nomor satu dan dua menyerang dengan berbagai argumen yang akan menurunkan suara ketika pemilu beberapa bulan mendatang. Sementara tim sukses Satoto tetap teguh kalau Satoto bisa memenangkan pemilu kali ini.

Ketika tim Hallo Hello Pemilu menemui Pak Satoto di pengadilan, beliau memilih dian sambil menunjukan jari berjumlah 3 yang menjadi nomornya.

Liana Anugrah, melaporkan langsung dari tempat kejadian perkara.

"Kakak," lirih Syanum lemas.

Sejahat apapun Anetta adalah kakaknya. Tidak ada anggota keluarga yang bahagian saat salah satu dari bagiannya menderita. Syanum tahu Margeretta akan melakukan apapun untuk anak tersayangnya, tetapi kasus Anetta tidak main-main. Pasti banyak pihak bertepuk tangan terhadap kekalahan Satoto.

Rasanya ia ingin bertemu mereka, memeluk untuk memberi energi semangat serta dukungan.

Arsa menatap Syanum pilu. Kasihan sekali gadis tersebut. "Sabar ya, Num. Badai cobaan pasti berlalu. Selalu ada hadian indah untuk mereka yang bersabar."

Syanum memilih mencurahkan hati kepada Arsa, sangking tidak kuat menahannya sendiri. Allah memang sebaik-baiknya tempat mencurahkan perasaan, namun ia butuh manusia sebagai tangan bantuan Allah. Untuk hal-hal berat seperti ini, ia tidak cukup dengan menulis di buku harian.

"Dulu waktu aku kecil, aku dipisahkan dengan ibu kandungku oleh Margaretta. Aku ingat malam itu adalah malam ulang tahunku. Aku dan ibu merayakannya di rumah. Hanya berdua, karena Papa mencampakan kamu. Dia memilih Margaretta yang kaya raya. Ada suara tembakan. Orang suruhan mama tariku menembak sadis ibuku, beliau meninggal di tempat. Sedangkan aku ... " tangis Syanum sudah tidak tertahan.

Berhati-hati, Arsa memberanikan diri menepuk bahu Syanum. Bukan maksud melecehkan, hanya menberi sedikit ketenangan.

"Diperkosa oleh papaku sendiri. Sejak itulah penyakit ini muncul hiks... Hiks ... Hiks..." Gadis itu memberi jeda, setelah tangisnya mulai reda, ia meneruskan cerita. "Takut kasus ini merembah ke media massa, Margaretta membuatkanku hidup dikurung dan dikucilkan. Meskipun begitu aku tetap bersyukur karena mereka mengirimkan dokter sebaik dokter Syarif. Pengorbanan dokter Syarif selama bertahun-tahun tidak bisa aku balas."

Mata Arsa berkaca-kaca. Hampir saja ia memeluk Syanum, tetapi langsung ingat nasehat Iqbal.

Syanum menghapus air mata, lantas menarik napas pandang, membuangnya perlahan. "Itu sudah masa lalu. Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Kalau aku dicoba berarti aku kuat. Semakin berat cobaan seperti membuktikan kalau aku semakin kuat. Aku sudah bisa memaafkan mereka. Jujur saja ini butuh waktu yang tidak sebentar. Sekarang saja kalau ingat menyebalkan mereka, aku masih sedih. Mengenal Iqbal memberi banyak arti kehidupan bagiku. Diantaranya memaafkan."

Dikala mengatakan memaafkan Syanum memaksakan diri tersenyum, meskipun hatinya terbalut luka. Arsa tidak membayangkan bagaimana kalau Syanum tahu Iqbal akan menikah bulan depan. Tampaknya gadis itu memiliki harapan besar terhadap teman seperjuangannya.

"Masya Allah dokter Arsa. Non Syanum." Bibi histeris berlari dari dapur menuju keduanya. Ia membawa ponsel salah satu penjaga. "Ternyata Dokter Iqbal pulang disebabkan ada acara pertunangan dengan anak dokter Syarif. Lihat deh, serasi banget mereka. Jari mereka terpasang cincin kembar." Bibi memerkan foto kepada Arsa dan Syanum secara bergantian.

"Anza?" tanya Syanum.

"Iya." Senyum bibi sumpringah.

Hanya Arsa yang binggung harus merespon apa. Kakinya mendadak lemas. Gawat! Syanum tahu sekarang!

"Bagus," puji Syanum. Kakinya berlari menuju kamar. Pundaknya bergetar. Dia menangis.

"Loh loh loh... Kok Non Syanum malah nangis." Bibi kebingungan.

Arsa memukul keras meja sampai-sampai nyali Bibu mengkerut. "Kan saya sudah bilang sama Bibi jangan sampai Syanum tahu berita pertunangan ini."

"Bibi lupa. Maaf, Dok."

Lelaki tersebut membuang napas kasar. Sudahlah, pasrah saja. Kalau Allah berhendak Syanum tahu. Mau disembunyikan dengan cara apapun akan tetap tahu. Makhluk bisa berkendak, tetapi Allahlah yang berkuasa.

***

Yang tabah ya, Num.

Al-Qur'an sebaik-baiknya bacaan

Mel~

Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang