Bab 17 - Menuju Baik

51.9K 5.6K 127
                                    

Aku akan datang. Kamu jangan pergi.
Karena kita tak akan bertemu jika semakin jauh.

~Pangeran Hati~

***

Bagi masyarakat desa Gua mendung tidak menjadi alasan untuk tidak ke kebun ataupun sawah. Bahkan ba'da subuh, biasanya bapak-bapak sudah berangkat, nanti kalau matahari mulai naik istrinya datang. Di sore harinya para lelaki mencarikan rumput guna pakan ternak. Kalau dulu binatang ternak digiring ke padang rumput, sekarang tidak lagi dikarenakan tidak ada jalan menuju sana. Semua ditutup. Ada kabar baik dari pemerintah, dana desa akan bertambah supaya dapat membangung insfrastruktur.

"Bi, villanya dokter Iqbal itu di dekat puskesmas?"

Bibi mencium bau aneh. "Ada apa tanya tentang dokter Iqbal?"

Beruntung Syanum memiliki jawaban yang cukup realistis. "Ya gak papa, Bibi. Kepo kan manusiawi."

Bibi senyum-senyum seraya melirik Syanum dengan nada mengoda. "Oh bagitu."

"Jadi deket puskesmas atau enggak?" tanya Syanum lagi karena pertanyaannya belum terjawab.

"Agak jauh. Deketnya lewat kebun buah naga. Tadi pagi Dokter Iqbal ke sini, pamit mau ke kota. Non Syanum masih tidur sih, jadi Dokter Iqbal gak tega bangunin."

"Yah...""ll

"Ada yang nyesel," goda Bibi.

Pipi Syanum bersemu merah sangking malunya. Syanum tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah yoga. Membaca buku? Menonton televisi? Menonton film? Rasanya tidak selera. Hidup dalam kesendirian memang tidak bisa bertahan lama, bagaimanapun Syanum adalah mahluk sosial. Dalam ketidak badmoodan, Syanum membuka sosial media yang ia buat semalam untuk stlaking Iqbal.

Terungkap!

Calon presiden nomor urut dua ternyata punya isteri 2

Syanum membulatkan kedua mata begitu melihat salah satu postingan akun gosip instagram. Posting tersebut membuat ia berpikir kalau selama ini Margaretta bukanlah mama kandung. Apa mungkin dia anak salah satu istri Satoto yang dimaksud akun gosip tersebut? Sebab kelakuan Margaretta selalu tidak adil. Persis ibu tiri.

Baru Syanum ingin menelepon sang papa, seorang lelaki mengenakan jas dokter menyambel telepon. Dan... Ponsel Syanum malah jatuh ke lantai. Jantung Syanum berdetak cepat, hampir saja ia jantungan sedekat itu dengan ... Arsa? Loh kok Arsa? Di mana Iqbal?

Arsa mengambil ponsel Syanum yang alhamdulillah tidak lecet, tidak terbayang kalau dia harus menganti rugi ponsel Syanum. Harganya belasan juta, bisa-bisa gaji selama intership tidak bisa menganti rugi. "Maaf, tadi mau niruin drama Korea, tapi gagal."

Tangan Syanum menerima ponsel lantas duduk di sofa.

"Gue, maksudnya, aku mau priksa kondisi kamu." Tanpa menunggu persetujuan Syanum, Arsa duduk di samping mengeluarkan tensimeter. "Sudah minum obat?"

"Udah," ketus Syanum. Sungguh daripada dirawat Arsa, ia lebih baik dirawat dudu tua seperti dokter Syarif.

Selesai memeriksa, Arsa mencatat dilembar kemudian ia memfoto catatan untuk dikirimkan kepada Syarif. "Sudah minum teh?"

Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang