Bab 22 - Mencoba Pergi

47.3K 5.4K 360
                                    

Dibalik kemarahan seorang ibu ada doa. Dibalik ketidakpedulian seorang ayah ada cinta. Mereka menyembunyikan luka dengan senyuman untuk kebahagiaan anaknya.

~Pangeran Hati~

***

Iqbal tidak bisa tinggal diam. Ia harus mengambil tindakan. Sebelum beranjak dari tidur Iqbal melihat ponsel. Tadi usai video call dengan Syanum, ia terlelap tidur selama 6 menit. Notifikasi 3 panggilan tidak terjawab dari Arsa. Begitu membuka aplikasi chat online, 186 lebih chat menunggu dibalas. Kebanyakan dari grup himpunan mahasiswa maupun grup koas.

Iqbal membuka pesan dari Anza.

Anza
Assalamualaikum. Tadi aku ke rumahmu. Kamu masih tidur. Maaf hari ini tidak bisa ke sana ada skill lab.

Sungguh masalah yang ia hadapi saat ini membuatnya enggan membalas pesan dari gadis ini. Ia dipojokan, merasa hidupnya diatur oleh orang lain. Rasanya Iqbal ingin melaporkan abinya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia, tapi tidak mungkin.

Di sore hari biasanya Lukman sedang merawat burung peliharaannya, oleh karena itu Iqbal menuju samping rumah. Dulu tempat itu adalah tempat kardus bekas—saksi Aisya dipinjami ponsel oleh Danu— sekarang dirompak menjadi kandang burung.

Lukman menurunkan sangkar burung parkit Australia berwarna putih kekuningan dengan jambul kuning. Ia berhenti menyemprotkan air saat Iqbal duduk di kursi plastik tidak jauh darinya. "Sudah sembuh?"

Alih-alih menjawab, Iqbal malah menanyakan prihal hari pernikahan. "Apa Abi main-main sama pernikahan Iqbal?"

Lukman meneruskan aktivitasnya. Ia menjawab pertanyaan Iqbal seraya terkekeh. Suami Aminah termasuk tipe bapak selow, suka bercanda, tapi sekali berkata ya harus berlaku ya. Keputusannya sulit diganggu gugat dengan alasan apapun. Iqbal sendiri sebenarnya pesimis. Kalau tidak kena semprot alias amarah paling-paling perkatannya dianggap bercanda. Kecil kemungkinan pendapat Iqbal diterima. "Kalimat Abi apa terlihat bercanda?"

Iqbal masih berhati-hati. "Kenapa Abi tidak membicarakan kepada Iqbal terlebih dahulu?" Memang lelaki itu kesal bagaimana bisa ada perjodohan yang ia tidak tahu apapun sebelum hari persetujuan.

"Untuk apa? Abi tahu Anza cocok sama kamu. Dia keibuan, shalehah, cantik, profesinya juga dokter. Kalau abi lihat karakter Anza mirip sekali dengan umimu."

"Kalau Iqbal punya istri dokter, gimana kalau dia gak bisa ngerawat anak-anakku, Bi? Dokter itu sibuk. Takutnya anak Iqbal kelak malah kurang kasih sayang," alibi Iqbal. Padahal dulu Iqbal ingin memiliki pasangan profesi sama supaya satu pandangan.

"Alasan saja kamu," jawab Lukman santai. Ia menaiki kursi kayu untuk mengantungkan sangkar burung. Kemudian melintasi Iqbal menuju ruang tengah. Lelaki berkaus putih itu mengikuti langkah sang abi.

"Abi Iqbal belum siap menjadi seorang suami."

Tangan Lukman menekan tombol merah guna menyalakan televisi. Bukannya menjawab lelaki itu malah menonton berita.

Sore pemirsa, kembali lagi dengan saya Affa di liputan 8.
Presiden nomor urut 3, bapak Satoto berkampanye dari desa ke desa. Jas warna terang sesuai lambang partai Maju Indonesia Merdeka membuat beliau tampil karismatik.

Capres nomor urut 3 ini menjanjikan tidak akan mengimpor beras. Justru beliau akan mengekspor beras. Dari salah satu sumber di interner, Satoto akan membentu kabinet baru dengan adanya mentri Pertanian yang akan memuliakan petani. Di mana petani akan mendapat penghasilan dua kali lipat UMR daerah.

Prihal berita istri simpanannya, Pak Satoto sudah mengutus penasehat hukumnya mengusut penyebar hoax.

Di balik itu, anak kedua Pak Satoto menjadi pandangan publik. Kemunculannya selalu dinantikan masyarakat. Banyak warganet mengeluh tidak menemukan media sosial asli Syanum Fazila.

Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang