Hendaklah engkau senantiasa beristghfar, karena engkau tidak pernah tahu dosa apa yang engkau lakukan dalam ketidaksengajaan.
~Pangeran Hati~
***
"Malam," sapa puluhan wartawan saat Syanum memasuki ruangan.
Tangan Margaretta mengenggam tangan Syanum kuat, mengisyaratkan supaya gadis itu balik menyapa.
"Malam," balas Syanum dengan senyum tipis.
Tepat pukul 8 malam acara dimulai. Wartawan bergantian mewawancarai Syanum, Margaretta, dan Anetta.
Pertanyaan pertama muncul dari wartawan wanita yang ada dibaris paling ujung. "Pertanyaan untuk Syanum. Apakah benar Anda dikucilkan dari keluarga besar Pak Satoto karena dianggap aib keluarga?" Pertanyaan barusan merupakan tanda tanya besar ribuan bahkan ratusan juta pasang mata yang menyaksikan acara itu.
Butuh waktu tiga detik untuk Syanum membuka mulut. Wanita di samping Syanum dengan dandanan glamor tersenyum, menutupi kekhawatiran kalau Syanum berkata yang tidak-tidak. Satu kata keluar tidak bisa dipotong karena banyak stasiun televisi menyiarkan jumpa pers ini secara langsung.
"Pemberitaan dari berbagai media tidak ada yang benar. Saya tidak pernah merasa dikucilkan."
Gumpalan kegelisahan di dada Margaretta keluar, sangat lega. Syanum bisa diajak kerja sama. Dari kejauhan Syarif mengamati seksama. Ada kelegaan, meski berbohong setidaknya Syanum bisa mengontrol emosi, perkembangan menakjubkan.
"Lalu kenapa Anda berpisah dari orang tua dan saudara Anda?" tanya yang lain.
"Sejak kecil saya suka menyendiri. Suasana sejuk pedesaan akan membuat pikiran saya tenang. Saya juga sedang proses menghafal Al-Qur'an, jadi suasana pedesaan akan mendukung memperbaiki fokus saya."
"Apa Anda setuju dan mendukung Ayah Anda maju sebagai calon presiden?"
"Tentu saja."
Praduga buruk media mulai luntur. Hingga seorang wartawan yang baru datang membuat suasana tegang.
"Apa mungkin Syanum mengidap suatu penyakit yang aneh?"
Anetta angkat suara. "Adik saya sehat, bisa tanyakan kepada dokter Syarif selaku dokter keluarga kami yang kebetulan menghadiri konfersi pers kali ini."
Puluhan kamera menyoroh kepada Syarif. Ia duduk tegap, tersenyum, lalu mengatakan penuh keyakinan. "Syanum sehat. Saya membawa rekam medis yang bisa diperlihatkan ke media.
Berbohong demi kebaikan, memang diperbolehkan dalam beberapa hal. Seperti dalam keadaan perang, ketika si A mencari keberadaan si B karena hendak membunuhnya, maka si C yang ditanyai keberadaan B boleh berbohong, meskipun B tahu keberadaan C. Berbohong juga diperbolehkan untuk mendamikan kedua orang yang tengah berkelahi. Berbohongnya seorang suami dan isteri juga diperbolehkan dalam hal kebaikan, seperti ketika memuji pilihan pakaian isteri bagus padahal sebaliknya menurut sang suami. Sekalipun bohongnya diperbolehkan, Syarif tetap beristighfar karena manusia tidak pernah tahu dosa apa yang ia perbuat dalam ketidaksengajaan.
Pertanyaan demi pertanyaan mampu dijawab dengan baik oleh Syanum. Lantas konfersi pun ditutup pukul 9. Ketiganya masuk ke mobil yang sama untuk memanipulasi publik tentang kerukunan. Bahkan Anetta selalu merangkul Syanum seolah keakraban memang ada diantara mereka.
Syarif mengikuti sampai rumah. Ia memutuskan untuk bicara kepada Margaretta.
"Ada apa Anda menemui saya? Apa ada perkembangan kesehatan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]
SpiritualKehidupan dokter muda Iqbal Danugraha awalnya lurus-lurus saja. Terlebih, dia menyukai seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak, Alanza Quianne. Namun, sejak pertemuan secara tidak sengaja dengan Syanum Fazila, kehidupa...