Semakin sering menghubungi manusia, ia akan bosan lalu menjauh. Namun semakin sering menghubungi Allah, maka Ia semakin dekat lalu sayang.
~Pangeran Hati~
By Mellyana***
Sebelum adzan subuh berkumandang, Iqbal membuka mata. Hal pertama yang ia lakukan melihat ponsel yang ada di nakas samping kanan ranjang. Kebiasaan buruk sebenarnya, sebab aktifitas pertama yang dilakukan setelah bangun bukanlah berdzikir atau bergegas wudhu. Iqbal justru mengecek notifikasi ponsel. Padahal Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah padanya, maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya: Pertama, kebingungan yang tiada putusnya. Kedua, kesibukan yang tidak ada ujungnya. Tiga, kebutuhan yang tidak terpenuhi. Dan keempat keinginan yang tidak tercapai.
Sadar akan prilaku yang menyimpang, Iqbal melempar ponsel ke kasur. Ia mengucap istghfar lantas berdoa. Wujud kecintaan terhadap Rasulullah yaitu dengan mengamalkan sunahnya. Sungguh Iqbal ingin digolongkan pecinta nabi. Kelak di akhirat akan dikumpulkan dengan orang yang dicintai. Maka Rosulullah lah yang patut dicintai, bukan artis pengubar aurat. Iqbal tidak mau berkumpul di neraka mersama idola semacam itu.
"Alhamdulillaahilladhi ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wa ilaihin nusyuur. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati (membangunkan kami dari tidur) dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan," doa Iqbal dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Sejak kecil uminya membiasakan membaca doa serta artinya supaya tahu maksud doa yang diucapkan hingga lebih menghayati.
Iqbal bergegas keluar dari kamar. Sebelum masuk kamar mandi Iqbal sempat melihat Anza di dapur, tapi ia enggan menyapa. Melakukan sunah lebih utama daripada berduaan dengan perempuan yang bukan mahram.
Saat berwudhu Iqbal istinsyaq dan istintsar atau memasukan dan mengeluarkan air ke dalam rongga hidung dengan cara menyedotnya. Sesuai anjuran nabi Iqbal melakukannya tiga kali guna membersihkan rongga hidung dari setan yang mengendap di hidung selama manusia tidur.
Bertepatan saat Iqbal membasuh kaki, Anza masuk ke ruang wudhu yang terletak sebelum kamar mandi. Ia terkejut hingga mundur satu langkah. Ternyata Anza tidak menyadari kalau Iqbal lewat dapur.
Melihat wajah Iqbal basah air wudhu membuat jantung gadis itu bertingkah nakal.
"Anza," panggil Iqbal menyadari kehadiran Anza.
"Lanjutkan saja wudhunya."
Tunggu, Iqbal mencerna kalimat Anza. Lanjutkan saja wudhunya, memang setelah membaca doa wudhu ada sunah wudhu lain? "Sudah selesai kok."
Tidak hanya Iqbal yang memikirkan kalimat tersebut, Anza pun masih mencerna. Tentu saja pipinya memerah, sadar kalimat konyolnya. "Oh..."
"Sudah adzan. Saya ke masjid dulu ya kamu salat di rumah saja. Nanti aku salat sunah dhuha di rumah."
Kenapa harus pamit? Anza berubah jadi jelly. Terbawa perasaan. Bayangannya saja langsung kemana-mana. Suasana seperti ini layak disemogakan. Seorang suami yang pamitan kepada istrinya.
"Jangan benggong, Anza. Gak bagus di dekat kamar mandi ngelamun," nasehat Iqbal diakhiri dengan senyuman.
Lesung pipit Iqbal semakin membuat jantung Anza berdebar.
"Profesor mana?"
"A, anu, papa udah nunggu di bawah kok. Beliau tadi tahajutan."
Sepeninggal Iqbal, Anza mengelus dada dan membuang napas lega. Semantara itu, Iqbal berjalan menuju Syarif. Keistiqomahan Syarif dalam melaksanakan salat malam sering membuat Iqbal iri. Sayang sekali, ia belum kuat iman hingga melaksanakan salat malam kapan pun, dimana pun, bagaimana pun keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Hati [Sudah diSerieskan]
SpiritualKehidupan dokter muda Iqbal Danugraha awalnya lurus-lurus saja. Terlebih, dia menyukai seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak, Alanza Quianne. Namun, sejak pertemuan secara tidak sengaja dengan Syanum Fazila, kehidupa...