Pukul 10:30 PM.Kruukk kruuuk~
Suara perut yang tengah kelaparan. Junhyo menekan-nekan perutnya agar rasa sakitnya hilang. Ya, dia sangat lapar, sejak tadi pagi ia belum makan apapun, saat ditawari makan dengan sang kakak tadipun dia tidak segera turun. Karena Junhyo tahu kalau kehadirannya kemungkinan akan membuat napsu makan hyung-nya hilang.
Dia berjalan ke depan cermin besar di kamarnya, maniknya tertuju pada pantulan dirinya di dalam cermin. Dirinya yang pucat dan sedikit kurus terlihat jelas akibat belum makan dan latihan ketat, terlebih lagi dia baru saja kehujanan. Meski begitu, para hyung-nya benar-benar tidak memperdulikanya. Apa keadaan fisiknya yang sekarang tidak terlihat oleh mereka? Atau mereka memang tidak bisa melihat itu. Karna memang sejak awal mereka tidak pernah melihat, jangan kan melihat, melirik pun rasanya tak pernah.
"Huuft." Junhyo menghela nafasnya kasar dan dia berbaring di atas tempat tidurnya. Dengan perlahan dirinya memejamkan mata yang terlihat sedikit sembab.
~]][[~
"Hyung, aku tidak melihat Junhyo di meja makan tadi," ucap Daeho seraya menatap ke arah sang kakak tertua.
"Kenapa memangnya? Biarkan saja dia," jawab Seokmin dengan malas.
"Tapi hyung dia sepertinya belum makan sejak pagi tadi," ucap Hoseok lagi.
"Itu bukan urusanku, kan? Aku tidak memaksanya untuk makan atau tidak," jawab Seokmin seraya menekan-nekan tombol pada remot televisi untuk mengganti channel.
"Hmm hyung, sebaiknya jangan terlalu menyiksa anak itu, kurasa dia anak yang baik hyung," ucap Daeho. Hal itu membuat aktivitas Seokmin terhenti dan beralih menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kenapa? Kau menyukainya Daeho-ah? Dia sudah mencuci otak mu kah? Aku penasaran Detergen apa yang dipakainya?" tanya Seokmin bertubi-tubi.
"Tidak hyung, jangan mengatakan itu, aku hanya merasa dia anak yang baik hyung. Tidak sepantasnya kita memperlakukan dia seperti ini terus. Terlebih dengan apa yang sudah dia lakukan pada kita, lagi pula dia magnae kita," balas Daeho dengan menatap balik wajah Seokmin yang sekarang memerah karena kesal akan dirinya yang terus-menerus membela Junhyo.
"Sudah aku sedang malas membahas ini," ucap Seokmin. Dia bangkit dari sofa dan pergi meninggalkan Daeho sendirian.
Daeho hanya terdiam melihat hyung nya. Dia menghela nafasnya kasar dan menyandarkan kepalanya dibahu sofa. Tatapannya tertuju pada langit-langit ruangan itu. Tak lama kemudian Yeonu keluar dari kamarnya setelah puas berhibernasi (tidur berkepanjangan).
Yeonu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Ketika dirinya sedang minum maniknya tertuju pada sepiring penuh kimbab yang masih utuh. "Hmm ... Anak itu tidak makan," gumam Yeonu pelan. Dia berniat membawa kimbab itu ke kamar Junhyo. Entah ada angin apa sepertinya beberapa hyung-nya mulai sedikit memperhatikannya.
Tuk
Tuk
Tuk
Suara ketukan pintu kamar terdengar saat Yeonu beberapa kali mengetuknya. "Junhyo-ah, buka pintunya," ucapnya dingin.
"... ." Hening, tidak ada jawaban sama sekali.
Tuk
Tuk
Tuk
Yeonu mengetuk pintu lagi setelah merasa tak ada jawaban apapun. "Kemana dia?" gumamnya yang terdengar sedikit khawatir. Yeonu perlahan memutar handle pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERSHIP [Book 1]✔
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Judul : BROTHERSHIP Jeon Junhyo seorang remaja berusia 17 tahun, menetapkan diri nya menjadi seorang idol dalam sebuah grup boyband korea. Dengan harapan dapat bertemu keluarganya. Namun, sesuatu yang membuatnya terluka...