Pagi hari
Pukul 05.00 AMHari konser sudah hampir di depan mata. Tapi Junhyo masih belum sadar dari koma. Dia masih tetap berada di posisinya. Berbaring. Dengan jarum infus yang tertancap di tangannya. Mungkin dosis obat yang dia minum terlalu banyak. Ya memang banyak.
Pagi ini, Daeho bangun dengan cepat, karena dia ingin mencuri waktu untuk menjenguk sang adik yang menginap di rumah sakit. Dia sempat tidak bisa percaya dengan Yeonu yang tidak mengekang ucapan Seokmin. Melainkan menyetujui ucapan Seokmin-hyung.
Sesaat ketika Daeho ingin melangkahkan kakinya keluar dengan di antarkan supir. Seorang staff bertanya padanya tentang kemana dia akan pergi.
"Daeho-ssi. Kau mau pergi kemana? Ini masih sangat pagi untuk keluar," tanya seorang staff pada Daeho. Membuat lelaki yang penuh akan kehangatan itu sedikit bingung untuk menjawabnya.
"Eum ... Aku ... Aku harus menemui seseorang ... Karena aku yakin jika aku menunggu waktu siang nanti, pasti tidak bisa karena harus latihan," jawabnya sedikit terbata-bata.
"Iya, oh ya ... Sudah 3 hari ini aku hampir tidak melihat keberadaan Jeon Junhyo-ssi. Apa dia baik-baik saja? Para staff yang lain juga ingin menanyakan hal itu, tapi mereka berpikir tak akan sopan jika menanyakannya," ucap staff itu di sertai pertanyaan. Daeho hanya terdiam, ia bingung dan tidak tahu ingin menjawab apa atas pertanyaan yang diajukan seorang staff padanya.
Setelah beberapa detik terdiam, ia menjawab bahwa Junhyo ada, dan dia baik-baik saja. Sungguh. Dia sebenarnya tidak ingin berbohong. Tapi dia tidak ingin hyung-nya dan yang lain kecewa. Lagi pula Daeho sadar. Junhyo berbaring di kasur rumah sakit itu karena ulahnya dan ulah yang lainnya. Untung saja staff itu dengan mudah mempercayai ucapannya, sehingga Daeho tidak perlu memberikan alasan yang lain lagi.
Daeho segera pergi setelah waktu miliknya terbuang beberapa menit hanya untuk menjawab pertanyaan seorang staff yang mengharuskan dia berbohong.
Selama di perjalanan, Daeho beberapa kali melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia berharap Seokmin belum terbangun.
Sesampainya di rumah sakit. Daeho langsung bergegas menuju kamar rawat inap Junhyo.
Claakkk
Suara handle pintu terdengar ketika Daeho memutarnya. Pintu kamar itu terbuka. Suhu ruangan yang dingin dan aroma obat menerpa wajah tampan milik lelaki bernama Jung Daeho dan berhasil menyengat indra penciumannya. Suasana yang begitu sunyi.
Daeho melihat ke arah sang adik yang masih berbaring dengan mata terpejam. Terpejam dengan amat lekat.
Claakkk
Daeho terkejut ketika tiba-tiba pintu kembali terbuka. Seorang perawat masuk ke dalam dan tersenyum ramah pada Daeho. Mau tidak mau dirinya harus membalas senyuman itu tak kalah ramah.
Perawat itu memeriksa keadaan Junhyo. Daeho yang berada di sana hanya memperhatikan secara detail bagaimana perawat itu memeriksa adiknya dengan telaten.
"Apa dia sudah membaik?" satu pertanyaan itu refleks terlontar dari mulut Daeho. "Iya ... Keadaan nya sudah membaik, dia sudah berhasil melewati masa kritisnya dan sekarang kita hanya perlu menunggunya siuman," jawab perawat. Daeho mengangguk mengerti. Perasaannya sangat melegakan.
"Jika terjadi sesuatu tekan saja tombolnya," ucap perawat itu seraya pergi keluar meninggalkan Daeho bersama dengan adiknya yang tengah terbaring. Daeho menghela nafasnya berat. Tangannya tergerak menyentuh jari jemari sang adik dengan perasaan sakit yang mengganjal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERSHIP [Book 1]✔
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Judul : BROTHERSHIP Jeon Junhyo seorang remaja berusia 17 tahun, menetapkan diri nya menjadi seorang idol dalam sebuah grup boyband korea. Dengan harapan dapat bertemu keluarganya. Namun, sesuatu yang membuatnya terluka...