Di kamar Junhyo, dia menaruh jatah makannya di atas meja, jujur saja sekarang napsu makannya sudah menghilang. Dia juga sudah sangat kenyang dengan rasa sakit di hatinya. Rasa sakit di perutnya karena lapar kalah dengan rasa sakit di hatinya. Junhyo terduduk di tepi tempat tidurnya dengan kepala yang tertunduk. Dia selalu memikirkan kapan semua ini akan berakhir. Dia sudah cukup lelah melewatinya sendirian.
"Aku lelah," gumamnya seraya berbaring di tempat tidur nya dengan kaki yang masih tertekuk di sisi tempat tidur.
Junhyo memejamkan matanya dan berharap saat dia bangun nanti semua nya sudah berubah dan semua hal yang dia harapkan tercapai. Meskipun dia tahu itu hanyalah sebuah harapan yang tidak mungkin, dia tetap berharap tanpa henti.
Kasih sayang, kebehagiaan dan kebersamaan, dia sangat menginginkan nya. Di saat orang-orang lebih menginginkan harga, dia justru hanya menginginkan tiga point itu.
Meski Junhyo tidak tahu kalau keenam namja yang berada dalam satu grup dengannya adalah kakak kandungnya, Junhyo sangat berharap dia dapat merasakan kasih sayang seorang kakak.
Dia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya disayangi. Sebab, rasa itu sudah tertutup dan tergantikan oleh rasa sakit.
Tes
Tanpa aba-aba, liquid bening menetes di pipi chubby lelaki tampan bergigi kelinci itu. Junhyo menahan sakit di perutnya dan juga sakit pada hatinya.
Mengapa? Mengapa harus dia? Mengapa harus dia yang merasakan semua ini? Mengapa kehidupannya begitu rumit?
"Hiks ... Appa ... Eomma ... Bogoshipoyeo," ucap Junhyo di sela-sela tangis nya. Dia menangis dengan posisi terlentang dengan menahan sakit yang teramat sakit. Bahkan jika kalian tahu, ini lebih menyakitkan dibandingkan luka luar.
Dia merasa telah kehilangan segalanya, dulu saat dia pertama kali masuk ke dalam grup Boy TZ, dia sangat antusias karena akan bertemu dengan teman-teman baru. Dan juga harapan dia bisa menemukan saudaranya lebih besar dengan menjadi seorang idol. Namun, ternyata semuanya tidak semudah yang dia dan ayahnya pikirkan.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak terpisahnya mereka, membuat anak kecil dengan panggilan Juni itu merasa rindu dan khawatir secara bersamaan tiap harinya.
Junhyo kini melupakan makan nya, karena napsu makannya juga sudah hilang dengan rasa sesak dan sakit di dadanya.
Beberapa menit kemudian, setelah menangis, Junhyo tak sadar sampai dia tertidur dengan air mata yang tersisa di sudut matanya. Dia beranjak dari tempat tidurnya untuk membasuh wajahnya di kamar mandi.
Di ruang tengah, Taemin tengah bermain game bersama saudara kembarnya, Kim Taeyul. Mereka berdua sangat berisik, padahal jarak di antara mereka tidak jauh, hanya terpaut satu jengkal, tapi mereka berteriak seolah jarak mereka sangatlah jauh.
Yeonu yang hendak menaruh piring kotornya, menoleh sekilas untuk melihat kedua adiknya yang sangat berisik.
"Yak aishh, kau curang Taemin-ah," ucap Taeyul geram karena Taemin berbuat curang padanya.
"Aku tidak curang, kau saja yang tak pandai memainkan game nya," ledek Taemin.
"Sedari tadi kau curang, kau terus menggangguku, rasakan ini!!" ucap Taeyul yang sedang fokus memainkan gamenya untuk mengalahkan Taemin. Sedangkan Taemin tengah berusaha agar tidak dikalahkan Taeyul.
"Hey, apa yang kalian mainkan?" tanya Daeho yang baru saja datang dan duduk di antara Taemin dan Taeyul. Tentu saja hal itu dapat membuat kefokusan keduanya menghilang.
Daeho hanya terkekeh memerhatikan keduanya yang kesal karena merasa terganggu dengan keberadaannya, dia beralih melihat Seokmin yang tengah memakai mantel dengan pakaiannya yang rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERSHIP [Book 1]✔
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Judul : BROTHERSHIP Jeon Junhyo seorang remaja berusia 17 tahun, menetapkan diri nya menjadi seorang idol dalam sebuah grup boyband korea. Dengan harapan dapat bertemu keluarganya. Namun, sesuatu yang membuatnya terluka...