Tengah malam pukul 01.45 AM
Junhyo terbangun karena dia merasa tubuhnya menggigil, padahal suhu AC sudah dinaikkan, bahkan sudah dia matikan. Tetapi dia merasa tubuhnya benar-benar dingin dan seperti mati rasa. Dia mengepal tangannya kuat-kuat, wajahnya memerah karena dia terserang demam. Junhyo pergi ke dapur dengan selimut yang membalut di seluruh tubuhnya.Junhyo mencari kotak obat, seperti biasa. Dia tidak pernah tidak bangun jika merasakan hal yang aneh pada tubuhnya. Dia selalu bangun dan selalu pergi ke dapur saat tengah malam.
Dia meminum obat untuk meredakan demamnya, setidaknya sekarang dia masih bisa bertahan. Untung saja daya tahan tubuhnya kuat, meskipun sering terkena demam, namun tidak sampai parah yang membuatnya harus berbaring terus.
Bayangkan, selama 2 tahun lebih dia hanya diperlakukan seperti ini.
Benar-benar tidak adil, kan? Kalau orang lain pasti sudah menyerah dan memilih pergi memulai hidup baru yang lebih menyenangkan.Junhyo kembali ke kamarnya, dia melihat ke ruang tamu sekilas, hanya ada kue di atas meja.
Pukul 02.00 AM
Yeonu terbangun dari tidurnya, dia hendak pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, namun saat melewati kamar Junhyo dirinya melihat pintu kamar Junhyo terbuka. Awalnya Yeonu tidak peduli, namun lelaki berkulit seputih salju itu cukup penasaran mengapa pintu kamar Junhyo dibiarkan terbuka seperti itu.
Yeonu berjalan perlahan ke arah kamar Junhyo, berjalan perlahan seperti maling di dormnya sendiri. Saat Yeonu berdiri di samping tembok, dia sedikit mengintip ke dalam, dia melihat Junhyo yang tengah duduk di atas ranjangnya sambil melihat bingkai foto di atas nakas kecil yang berada di samping tempat tidurnya.
Bibir Junhyo tergerak seperti sedang mengatakan sesuatu. Jujur saja, Yeonu hanya bisa mendengar sedikit, karena itu Yeonu sedikit mendekatkan diri lagi tetapi tetap sambil bersembunyi.
"... Jinjja bogoshipo," ucap Junhyo. Kalimat itu baru bisa terdengar oleh Yeonu.
"Kapan kita bertemu lagi hyung?" tanya Junhyo pada sebuah foto yang berada di dalam bingkai berwarna cokelat itu. Junhyo mengulas senyum sendunya seraya berbicara sendirian.
"Hyung kalian tahu? Sekarang aku baik-baik saja ... Tahu tidak? Aku di sini ditemani ke-6 orang hyung, yang juga masuk ke dalam grup ini hyung," ucap Junhyo dengan bibir yang sudah mulai bergetar.
"Gwaenchana ... Mereka menjagaku ... Hiks," ucap Junhyo yang kini sudah tak bisa lagi menahan tangisnya.
"Aku yakin mereka menjagaku, walau ... tidak bisa dirasakan dan di lihat oleh ku," ucap Junhyo dengan nada gemetar.
Yeonu memerhatikan sang adik dengan raut wajah yang sedih, dia terus menguping apa yang Junhyo utarakan pada gambar tersebut.
"Hiks ... Aku merindukan kalian ... Sangat," ucap Junhyo. Dia menghapus air matanya kasar dan terus melihat gambar itu.
"Kalian tidak perlu khawatir hyung, aku ... Akan terus mencari kalian sampai kita berkumpul lagi ... Aku sangat rindu kebersamaan kita seperti dulu hyung ... Appa ... Eomma ... Mereka mencari kalian ... Mereka juga sangat merindukan kalian," ucapnya lagi.
Mata Yeonu memerah mendengarnya, Yeonu berusaha membendung liquid itu agar tidak menetes.
"Jeongmal saranghae ... Hyungdeul ... Juni ... Bogishipeoyo ... Hiks," isak Junhyo seraya memeluk bingkai tersebut dalam dekapannya.
Pandangan Yeonu mulai memburam, dia susah payah menahan diri agar tidak menangis.
"Ah nde, eomma ... Juga pasti sangat merindukan kalian ... Kalian tahu? Saat kita terpisah, appa dan eomma sangat sedih karena kita berpisah ... Namun ... Hyung, eomma merahasiakan satu hal pada kita," ucap Junhyo. Dia tertunduk karena tidak bisa menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERSHIP [Book 1]✔
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Judul : BROTHERSHIP Jeon Junhyo seorang remaja berusia 17 tahun, menetapkan diri nya menjadi seorang idol dalam sebuah grup boyband korea. Dengan harapan dapat bertemu keluarganya. Namun, sesuatu yang membuatnya terluka...