Pagi hari sekitar pukul 05:00 a.m.
Junhyo terbangun dari tidur karena kepalanya terasa pusing, sehingga hal tersebut membuatnya gelisah. Ia keluar kamarnya dan pergi mencari kotak obat di sekeliling dorm. Sampai di dapur Junhyo melihat sosok pria paruh baya mengenakan pakaian serba putih.Junhyo seketika mematung melihat sosok yang tengah berdiri menatapnya dari samping meja dapur.
Teess
Tesss
Junhyo terus menatap pria itu, bahkan ia tidak sadar bahwa liquid bening hasil produksi matanya kini telah membasahi pipi chubby-nya yang sekarang terlihat sedikit tirus.
Pria itu tersenyum pada Junhyo. Senyum yang menghangatkan hati lelaki tampan ini.
"Appa," panggil Junhyo. Terlihat sosok itu merentangkan kedua tangannya, seakan ingin membiarkan Junhyo berlari memeluknya. Dengan air mata yang terus menetes, Junhyo berjalan menghampiri ayahnya dan memeluknya erat.
"Appa ... Bogoshipeo," ucap Junhyo di sela-sela pelukannya.
Sungguh, Junhyo sangat merindukan sosok ayah yang sangat ia sayangi sampai sekarang. Sosok ayah yang juga sudah seperti ibu baginya.
Pelukan itu berlangsung lumayan lama, Junhyo memejamkan mata seraya terus memeluk ayahnya dan saat Junhyo membuka matanya. Ia melihat ada banyak rumput ilalang yang menari dengan indah karena tertiup angin. Tempat yang sunyi dan sepi.
Ayah Junhyo tersenyum dan berkata "Juni-ah ... Jinjja bogoshipeo," ucap sang ayah. Ia memegang bahu putranya. Junhyo menatap mata sang ayah yang sangat ia rindukan itu.
"Kau sudah besar ... Kau anak appa ... Anak terakhir di keluarga kita kan?" tanya ayah. Junhyo hanya bisa mengangguk.
"Tetap lah bertahan ... Jangan mengecewakan appa," ucap ayahnya seraya mengelus lembut surai hitam milik Junhyo dengan penuh ketulusan. Junhyo tersenyum, tetapi air matanya tidak bisa ditahan untuk tidak keluar.
"Appa ... Aku ingin bersama mu," ucap Junhyo sambil menggenggam erat tangan sang ayah.
"Dan ingin meninggalkan ke-6 kakak mu? Apa kau tega melakukan itu?" tanya sang ayah pada Junhyo. Lelaki bergigi kelinci itu terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa, ini sangat sulit.
"Tetaplah bertahan, kau akan mengetahui semuanya nanti," ucap sang ayah. Junhyo menggangguk meski hatinya masih terasa ingin ikut dengan ayahnya.
Ayahnya berbalik badan dan berjalan menjauh dari Junhyo dengan senyuman. Ingin rasanya lelaki bergigi kelinci itu berlari untuk menahan sang ayah, tetapi kaki nya seperti terkunci, tidak bisa digerakkan sama sekali.
Dia menangis dan saat itu ayahnya menghilang. Lalu suasana tempat kembali di dapur. Junhyo menghapus air matanya, seakan kejadian barusan adalah nyata. Pusing di kepalanya sedikit menghilang. Junhyo tersenyum.
Junhyo segera mengambil obat sakit kepala dan meminumnya, ia kembali ke kamarnya untuk kembali melanjutkan tidurnya. Agar sakit di kepalanya benar-benar menghilang.
~]][[~
PUKUL 07.00 AM
Semua member sudah terbangun, terkecuali Junhyo yang masih terlelap, mungkin karena efek obat sakit kepala yang ia minum."Seokmin-hyung, Junhyo di mana? Dia masih tertidur?" tanya Taemin.
"Biarkan saja anak itu tertidur sampai puas, tidak ada jatah makan untuknya lagi," jawab Seokmin tidak perduli sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERSHIP [Book 1]✔
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Judul : BROTHERSHIP Jeon Junhyo seorang remaja berusia 17 tahun, menetapkan diri nya menjadi seorang idol dalam sebuah grup boyband korea. Dengan harapan dapat bertemu keluarganya. Namun, sesuatu yang membuatnya terluka...