[2] Pertemuan

5K 607 14
                                    

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al-Hadid: 20)

***

Itte telah mengatur rencana untuk menemui Jill dan memberi pelajaran pada perempuan itu. Namun, Illyana menolak usulan sahabatnya itu. Ia tidak ingin mencari keributan, Illyana malas jika harus berurusan dengan seseorang hanya karena masalah laki-laki.

"Yaudah deh terserah lo," ujar Itte, ia menghargai keputusan yang Illyana ambil. "Oh iya, Malam ini lo ikut 'kan?"

Illyana menghela napas. "Kayaknya nggak deh."

"Kenapa?" Itte menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga.

"Keadaan gue kayak gini, males."

"Justru keadaan lo kayak gini lo harus ikut, buat hibur diri," ujar Itte diiringi senyuman. "Kalau lo cuma di rumah yang ada makin sumpek, ntar Arga mulu yang lo pikirin."

"Liat nanti deh."

"Oh iya, gue mau balik." Itte melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sudah satu jam ia menemani Illyana.

"Yaudah hati-hati."

"Lo nggak anterin gue ke depan?"

"Gue anterin sampai depan pintu kamar aja ya." Illyana tersenyum lebar hingga mata sembabnya terlihat semakin menyipit.

"Iya deh iya." Itte melangkah ke arah pintu diikuti Illyana di belakangnya.

"Semoga nanti malam lo bisa datang," ujar Itte.

"Gue usahain."

"Jangan nangis lagi, air mata lo terlalu berharga buat nangisin cowok yang enggak peduli sama lo." Itte berpesan sebelum Illyana menutup pintu kamar.

"Hmm." Illyana membalas ucapan Itte dengan gumaman.

***

"Illyana, kamu mau kemana?"

Illyana menghentikan langkah ketika mendengar suara seseorang. "Bukan urusan lo," jawabnya tanpa menoleh pada Aisya, Ibu tirinya.

"Papa enggak bolehin kamu pergi ke mana-mana." Aisya mendekati Illyana membuat perempuan itu berbalik menatap datar pada sang ibu.

"Kapan papa bilang gitu?" Illyana menaikkan sebelah alisnya.

"Tadi pagi sebelum dia berangkat kerja."

"Gue enggak peduli." Illyana berbalik ingin melanjutkan langkahnya.

"Kamu enggak mau nurutin apa kata papa?" tanya Aisya hati-hati.

"Gue bakalan nurutin apa kata dia, kalau dia ngomong langsung sama gue."

"Ly tunggu dulu." Aisya mencekal tangan Illyana namun, dengan kasar perempuan itu mengentaknya hingga cekalan tangan Aisya padanya terlepas.

"Apa!" Bentakan Illyana membuat Aisya beristigfar, ia mengelus dadanya yang tertutup kerudung panjang.

"Emang gue setan apa pakai istigfar segala." Illyana menggerutu kesal.

"Mama izinin kamu pergi, tapi baju kamu ganti dulu ya," pinta Aisya lembut.

Illyana menatap baju yang ia kenakan. "Kenapa harus ganti baju?"

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang