[25] Ke Mal

3.6K 503 28
                                    

Bel berbunyi nyaring pertanda ujian hari ini sudah berakhir. Para murid keluar ruangan dengan wajah lega, beban pikiran mereka seakan melayang begitu saja. Hari ini Illyana dan Ali berada disesi yang sama yaitu sesi pertama.

"Tinggal tunggu hasilnya," ujar Illyana.

"Bismillah aja, yang penting kita udah berusaha semaksimal mungkin," sahut Ali.

"Soalnya tadi susah banget loh Li. Menurut lo gimana?" tanya Illyana.

"Ada yang susah ada yang gampang."

"Menurut gue susah semua."

"Terus jawabnya gimana kalau soalnya susah semua?"

"Feeling aja." Illyana tersenyum lebar.

Ali menggelengkan kepalanya. Mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya termasuk kejadian yang menimpa Illyana tempo hari, karena kejadian itu hubungannya dengan Ali kembali membaik.

"Langsung pulang?" tanya Ali.

"Jalan-jalan dulu gimana? Kemana kek."

"Boleh, tapi kemana?"

"Ke mal yuk, temenin gue beli buku."

Ali menggangguk. "Lo duluan, gue ngikut."

Illyana memasuki mobil dan Ali menaiki motor. Mereka berdua menggunakan kendaraan masing-masing menuju mal.

Tak perlu waktu lama keduanya sudah sampai di mal. Illyana langsung mengajak Ali ke toko buku.

Illyana tersenyum cerah. Toko buku selalu membuatnya merasa senang.

"Judul novel yang mau dibeli apa?" tanya Ali. Matanya menjelajahi jajaran buku disekitarnya.

"Assalamualaikum calon imam." Illyana menyebutkan judul novel yang ingin ia beli.

"Wa'alaikumsalam pelengkap iman."

"Hah?" Illyana mengerutkan kening. "Itu judul novel, kok lo nyaut." Perempuan itu mengibaskan tangannya di depan wajah, menghalau rasa panas yang tiba-tiba mendera.

"Itu juga judul novel kok." Ali menahan senyum melihat Illyana yang terlihat salah tingkah.

"Udah ah, gue mau cari dulu." Sepasang kaki Illyana melangkah menjauhi Ali.

Ali menyusul langkah Illyana. "Abis ini kemana?"

"Kemana hati senang aja." Illyana mulai meneliti barisan buku di hadapannya. "Dapet." Perempuan itu tersenyum lebar ketika menemukan novel incarannya. Illyana menunjukkan novel itu pada Ali.

"Ada lagi enggak?" Pertanyaan Ali dibalas gelengan oleh Illyana.

Ali mengambil salah satu novel lalu ikut menyusul Illyana.

Dengan mata berbinar Illyana menatap novel di tanganya. Ia baru saja membayar novel itu.

"Beli novel juga?" Illyana bertanya pada Ali yang baru datang dengan satu novel di tangannya.

"Nih." Ali menyodorkan novel itu pada Illyana setalah selasai melakukan pembayaran.

Wa'alaikumsalam pelengkap iman. Illyana membaca judul novel itu dalam hati. "Buat gue?"

Ali mengangguk. "Iya. Biar lengkap."

"Makasih loh, baik banget deh." Illyana meraih novel itu dengan senang hati.

"Kemana lagi?" tanya Ali ketika keluar dari toko buku.

"Timezone yuk," ajak Illyana antusias.

"Oke," balas Ali. Mereka pun menuju Timezone sesuai keinginan Illyana.

"Main apa?"

"Nanya mulu deh perasaan." Illyana menggerutu.

Ali terkekeh. "Ya maaf."

"Main itu." Illyana menunjuk mesin pencapit boneka. Dengan semangat perempuan itu berlari kecil menghampiri permainan yang ia inginkan.

"Emangnya bisa dapat?"

"Coba dulu aja." Illyana menggesekkan kartu yang sudah diisi saldo sebelumnya. Perempuan itu mulai beraksi menggerakkan mesin dengan joystick. Mata hezel-nya terus mengikuti arah pencapit yang bergerak mengambil boneka yang ia incar. Sebuah boneka beruang berukuran kecil yang terlihat sangat lucu di mata Illyana.

"Ish gagal." Illyana berdecak, lalu kembali mencoba untuk yang kesekian kalinya. Perempuan itu menghela napas kasar, percobaan kelima sudah dilakukan tetapi ia sama sekali tidak berhasil.

"Sini gue coba." Ali menggantikan peran Illyana. Sedari tadi ia hanya memperhatikan perempuan itu, sesekali ia terkikik geli ketika melihat Illyana yang terlihat kesal.

"Udah, ah. Enggak usah."

"Kok enggak usah sih? Kenapa?" Ali menolah ke arah Illyana yang berdiri di sampingnya.

"Enggak dapet juga. Bikin kesel, cape."

"Enggak mau berjuang?"

Illyana menggeleng.

"Lo mau boneka itu 'kan?" Ali menunjuk boneka yang sedari tadi tak lepas dari pandangan Illyana.

"Mau sih, beli aja lah biar gampang."

"Enggak ada perjuanganya dong kalau gitu. Kalau lo mau sesuatu perjuangin dulu, jangan nyerah gitu aja." Ali tersenyum tipis diakhir kalimat.

"Yaudah sini gue main lagi."

"Enggak usah, Biar gue yang berjuang buat lo sampe dapet." Ucapan Ali yang entah sebab apa membuat hati Illyana terasa berbunga-bunga.

"Makasih." Senyuman Illyana terbit dengan sendirinya.

Ali mulai bermain. Lelaki itu melakukan apa yang sebelumnya Illyana lakukan. Ali terlihat semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkan Illyana. Alat pencapit terus bergerak ke kiri dan ke kanan lalu mulai mencapit boneka beruang berwarna cokelat itu. Hap! Boneka berhasil diambil, mulai terangkat perlahan dan... jatuh lagi. Kalau dihitung mungkin sudah puluhan kali Ali gagal. Lelaki itu menarik napas dalam, tidak ingin menyerah.

"Udah deh, Li. Enggak usah." Ucapan Illyana mendapat gelengan dari Ali.

"Sampe dapet Ly," balas Ali, ia masih ingin mencoba.

Illyana menghela napas pasrah. "Ini percobaan terkahir, ya. Kalau enggak dapat kita pulang aja, gue enggak terlalu kepengin juga kok bonekanya. Udah hampir dua jam loh kita di sini," jelas Illy.

"Kesempatan terakhir? Semoga kali ini bisa." Ali kembali memulai permainan.

"Semangat," ujar Illyana diiringi senyuman.

Ali kembali bermain. Bertekat kuat untuk mendapatkan boneka itu. Mata elangnya fokus menatap pencapit, jemarinya menggerakkan joystick. Lelaki itu menahan napas ketika pencapit berhasil meraih kepala boneka mungil itu. Boneka terangkat terayun perlahan ke kiri dan ke kanan. Illyana yang menyaksikan itu pun merasa tegang. Semoga kali ini berhasil. Dan.... hap! Berhasil.

Illyana memasang senyum bahagia. Sementara Ali melompat dengan tangan yang meninju udara.

"Enggak sia-sia." Ali mengulurkan boneka yang ia dapat ke arah Illyana.

"Segitunya buat dapetin boneka ini, makasih." Illyana mengambil boneka itu dengan kekehan pelan.

"Kalau gue bisa. InsyaAllah apapun bakalan gue lakuin buat lo." Ali berucap pelan sambil menunduk, tidak berani menatap mata indah itu berlama-lama.

Illyana menahan senyum, perasaan bahagia membuncah di dada. Ali memang tidak pernah menyatakan cinta kepada Illyana. Tetapi ucapan dan tindakan yang Ali lakukan mengisyaratkan kalau lelaki itu mencintai dirinya.

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang