[10] Salat Bersama

3.9K 508 14
                                    

Rasulullah saw bersabda, "Jika hamba muslim atau mukmin berwudu, maka ketika ia membasuh wajahnya, keluarlah segala kesalahan karena pandangan kedua matanya, sirna bersama air hingga tetesan yang terakhir. Apabila ia mencuci tangannya, maka hilang pulalah segala dosa yang diperbuat oleh tangannya, larut bersama air, hingga tetes air yang terakhir. Apabila ia mencuci kaki, terhapus pulalah dosa-dosa yang diperbuat oleh kakinya, larut bersama air, hingga tetesan air yang terakhir. Sehingga pada akhirnya, ia bersih dari segala dosa dan kesalahan" (HR. Muslim).

***

Langit sore mulai berubah warna menjadi jingga, terlihat indah berpadu dengan awan yang terlihat menggumpal. Lukisan tanpa tinta itu mampu menciptakan decak kagum bagi setiap mata yang memandang.

Illyana menengadahkan kepala, menarik napas dalam menghirup udara segar di sini. Gaungan adzan terdengar nyaring memanggil seluruh umat muslim untuk menunaikan salat magrib.

"Udah adzan kita salat dulu yuk." Ucapan Ali membuat Illyana menoleh ke arah lelaki itu.

"Kita salat bareng yuk Kak." Zahwa berdiri dari duduknya lalu meraih pergelangan tangan Illyana.

Illyana menarik tangannya yang di genggam oleh Zahwa. "Kalian aja, gue enggak."

"Kenapa? Kak Illyana lagi halangan?" tanya Zahwa yang mendapat gelengan dari Illyana.

"Terus?"

"Gue males aja." Illyana menjawab santai.

"Salat itu hukumnya wajib Ly, tidak ada alasan untuk meningggalkannya," jelas Ali.

"Iya Kak, kita salat sama-sama. Salat itu tiang agama kalau kita enggak salat itu berarti kita telah meruntuhkan tiang agama sendiri," sambung Zahwa.

Illyana berdiri dari duduknya. "Gue jarang salat bahkan gue lupa kapan terakhir gue salat." Illyana menundukkan kepala, ada gejolak aneh dalam dirinya ketika mengucapkan kalimat itu.

"Tapi Kak Illyana masih ingatkan bacaan salat?"

Illyana mengangguk ragu. "Mungkin, gue juga enggak tau."

"Lo maukan salat bareng kita?" tanya Ali.

Illyana menatap Ali, tatapan mata lelaki itu mampu membuat Illyana merasa tenang.

Ali memalingkan wajahnya ketika beberapa detik beradu pandang dengan  Illyana. Lelaki itu beristigfar, menatap wajah cantik Illyana mampu menciptakan detak yang berbeda pada jantungnya.

"Mau ya Ka." Zahwa memohon, perempuan itu sungguh-sungguh meminta.

Illyana mengangguk pelan membuat Zahwa dan Ali tersenyum.

"Kita ambil wudu dulu ya Ka," ujar Zahwa ia mengajak Illyana mengambil wudu di halaman belakang yang sudah tersedia kran air di sana.

"Abang ambil wudu di dalam." Ali  meninggalkan Zahwa dan Illyana.

"Aku duluan ya Kak." Illyana mengangguk, mempersilakan Zahwa lebih dulu.

Zahwa melepas hijab yang membungkus kepalanya ketika ingin mengambil wudu.
Sementara Illyana memperhatikan setiap gerakan wudu yang dilakukakan oleh Zahwa. Setelah Zahwa selesai, perempuan itu mempersilakan Illyana.

Dengan perlahan Illyana mulai membasuh kedua telapak tangannya pada air mengalir. walaupun sudah lama tidak salat tetapi Illyana masih mengingat niat wudu. Rasa segar langsung terasa ketika Illyana membasuh wajahnya, perasaan perempuan itu berkecamuk sampai ia selesai membasuh kakinya lalu membaca doa setelah selesai berwudu.

"Ayo," ajak Zahwa. Mereka berdua memasuki rumah untuk melaksanakan salat berjamaah.

"Sayang," panggil Aisya ketika melihat wajah Illyana basah bahkan lengan kemeja yang Illyana kenakan tergulung sampai siku.

"Zahwa sama Kak Illyana udah wudu, Bunda. Bunda sama Tante udah wudu belum?" tanya Zahwa.

"Ini baru mau wudu." Rissa berdiri dari duduknya.

Aisya merasa tak percaya dengan ucapan Zahwa barusan. Illyana berwudu? Benar-benar suatu kejadian yang luar biasa. Selama tiga tahun menikah dengan Hendra, Aisya hanya beberapa kali melihat Illyana salat dan sekarang perempuan itu akan melakukannya lagi. Aisya hanya bisa tersenyum, dalam hati ia mengucap syukur karena perlahan Illyana mulai berubah. mengenal Tente Rissa, Ali juga Zahwa mampu membawa pengaruh baik untuk putrinya itu.

"Ayo Aisya," ajak Rissa.

Aisya tersadar dari lamunannya. "Ayo."

Sementara Aisya dan Rissa mengambil wudu, Illyana dan Zahwa menuju ruangan khusus untuk salat. Ketika Zahwa membuka pintu berwarna putih di hadapannya pemandangan pertama yang Illyana lihat adalah Ali yang sudah berdiri di atas sajadah.

"Kita tunggu Bunda sama Tente Aisya dulu." Ali menoleh ke belakang sebentar. Karena Ibrahim belum pulang jadi Ali lah yang menjadi imam salat kali ini.

"Nih mukena buat Kakak." Zahwa menyerahkan mukena beserta sajadah untuk Illyana.

"Makasih Wa."

Illyana dan Zahwa menggelar sajadah masing-masing ketika Aisya dan Rissa datang dan ikut menggelar sajadah bersama mereka.

"Kamu cantik pakai mukena ini." Aisya tersenyum ketika melihat betapa cantiknya Illyana memakai mukena putih bermotif bunga milik Zahwa.

Illyana hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Aisya.

"Allahu akbar." Ali mengucap takbir lalu diikuti oleh makmun yang berdiri di belakangnya termasuk Illyana.

Ada perasaan aneh yang menyusup di hati Illyana ketika ia mengikuti gerakan yang Ali lakukan. Ketika mulutnya kembali melantunkan ayat suci Al-Quran, ketika dahinya kembali menyentuh tempat sujud. setalah sekian lama ia tidak pernah lagi merendah di hadapan sang pencipta. Hatinya tersentuh bahkan bibirnya bergetar ketika lantunan ayat suci itu kembali terucap.

Pada situasi apapun, Allah telah persiapkan tempat untuk bersujud. Bahwa pada dasarnya Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi kita lah yang sering meninggalkan bahkan melupakan-Nya.

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang