Arga membawa Illyana memasuki hotel, lelaki itu merasa beruntung karena di sepanjang perjalanan perempuan itu hanya memejamkan mata bahkan sampai Arga membawanya keluar dari mobil pun Illyana sama sekali tidak membuka mata. Kesadaran Illyana tidak hilang tapi matanya terasa berat untuk dibuka. Perempuan itu tahu saat Arga membawanya keluar dari mobil tapi Illyana sama sekali tak tau Arga membawanya kemana.
Mudah bagi Arga untuk membawa Illyana ke tempat ini belum lagi hotel ini adalah milik keluarganya.
Setelah pintu kamar hotel itu terbuka Arga langsung merebahkan tubuh Illyana di kasur.
"Gue di mana?" Illyana bertanya tanpa membuka mata.
"Lo di rumah gue Ly, gue takut anterin lo ke rumah dengan keadaan lo yang kayak gini," jelas Arga. Lelaki itu tersenyum ketika tak ada respon apa-apa dari Illyana. Ia sudah tidak sabar untuk memberi perhitungan pada perempuan cantik ini.
Arga merangkak naik ke atas kasur, ditatapnya wajah Illyana yang terlihat sangat cantik. Bibir tipisnya terlihat merona, sangat menggoda. Tangannya bergerak menyentuh pipi Illyana lalu meraba bibir mungil itu cukup lama.
Illyana menepis tangan Arga yang berada di wajahnya, ia merasa risih. Matanya terbuka perlahan menatap Arga yang juga kini menatapnya.
"Lo ngapain?" tanya Illyana, kening perempuan itu berkerut menahan rasa pusing.
"Gue cuma ngelap keringat lo kok, enggak apa-apa. Kalau pusing lo tidur lagi aja."
Illyana kembali memejamkan mata membuat senyuman kembali terukir di wajah Arga. "Polos apa bego sih lo Ly? Ini nih nakal, mainnya ke club tapi main sama cowok enggak pernah." Arga menggelangkan kepalanya pelan menyadari kebodohan Illyana. "Ini kesempatan gue buat nikmatin lo, selama kita pacaran gue enggak pernah dapat apa-apa dari lo," ujar Arga diiringi kekehan.
Tangan Arga bergerak membuka satu persatu kancing kemeja yang Illyana kenakan hingga menyisakan tank top hitam ketat yang membalut tubuh mungilnya. Arga melepas kaos yang ia kenakan hingga kini ia bertelajang dada, tanpa aba-aba ia menindih tubuh mungil Illyana.
Bola mata Illyana membulat sempurna saat mendapati Arga berada di atasnya. "Lo mau apa?" Illyana mendorong dada Arga. Namun, tenaganya kalah kuat dengan lelaki itu. Ia berontak sekuat tenaga ketika Arga mulai meraih tank topnya. Sekarang Illyana tau apa yang ingin Arga lakukan.
"Lepasin gue!" teriak Illyana.
"Enggak akan sebelum lo jadi milik gue." Bani berbisik tepat di telinga Illyana.
"Tolong lepasin gue berengsek!" Illyana semakin berontak, tetapi Arga menindihnya semakin kuat.
"Diam!" Lelaki itu membentak, ia mengunci pergerakan Illyana. Arga membungkam mulut perempuan itu dengan ciuman penuh nafsu, Ia tidak peduli dengan rintihan Illyana yang meminta itu semua untuk dihentikan.
Bugh
Illyana berteriak bersaman dengan jatuhnya Arga dari atas ranjang.
Ali memberikan pukulan bertubi-tubi pada Arga sampai-sampai lelaki itu tidak dapat menghindar. Sedangkan Illyana langsung duduk sambil memeluk lututnya ketakutan. Bahunya bergetar, ia menangis hebat.
"Bawa dia Pak," titah Ali pada satpam yang datang bersamanya.
"AWAS LO!" Arga menunjuk Ali ketika satpam itu mulai menyeret dirinya.
"Lo enggak sempet diapa-apain 'kan sama Arga?" tanya Ali, ia menatap khawatir pada Illyana.
Illyana tidak mampu berkata apa-apa. Dengan gerakan cepat ia turun dari kasur, memeluk Ali erat hingga membuat lelaki itu diam membeku dengan jantung yang berdetak kencang.
"Gue takut." Illyana terisak dalam pelukan Ali.
Ali tersadar dari keterkejutannya dengan ragu ia membalas pelukan Illyana. "Tenang, ada gue." Ucapan itu meluncur mulus dari bibir Ali.
Cukup lama Illyana meluapkan tangisnya di dada Ali hingga membuat kaus hitam yang Ali kenakan basah karena air matanya.
Ali tahu ini salah seharusnya ia tak membiarkan Illyana memeluknya, seharusnya ia tak membalas pelukan Illyana. Tapi, hati Ali tak bisa menolak kalau ia ingin mendekap perempuan itu untuk memberikan ketenangan.
Illyana mengurai pelukannya, ia masih menangis sesegukan.
Tangan Ali bergerak merapikan anak rambut yang membingkai wajah cantik Illyana. "Enggak sempet diapa-apain 'kan?" Ali mengulang pertanyaan yang sebelumnya belum mendapat jawaban dari Illyana.
Illyana menatap Ali, air mata mengalir di pipinya. "Arga berhasil cium gue di sini," ujarnya seraya menyentuh bibir dengan tangan bergetar. "Gue gagal menjaga diri," lanjutnya.
"Ini bukan salah lo, yang penting sekarang lo enggak apa-apa." Ali melepas jaket yang ia kenakan lalu menyerahkannya pada Illyana. "Pake!" titahnya.
Illyana menuruti perintah Ali dengan memakai jaket itu.
"Gue antar pulang." Ucapan Ali diangguki oleh Illyana.
Illyana memegang erat pergelangan tangan Ali. Ia masih merasa takut akan kejadian yang menimpanya.
"Lepas Ly." Ali melepas lembut tangan Illyana pada pergelangan tangannya.
"Kenapa?"
"Kita bukan mahrom."
"Tapi tadi kita pelukan, lo enggak nolak."
Ucapan Illyana mampu membuat Ali mati kutu. Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal untuk menghilangkan rasa canggung yang kini ia rasakan. "Enggak usah dibahas lagi," ujar Ali lalu berjalan mendahului Illyana.
Setelah sampai ke parkiran, Illyana enggak memasuki mobil.
Ali menautkan kedua alisnya, heran. "Kenapa?"
"Gue ikut ke rumah lo, boleh?" Bukannya menjawab, Illyana malah balik tanya.
"Boleh sih, tapi kalau orang tua lo nyariin gimana?"
"Itu enggak usah dipikirin."
"Mama lo pasti khawatir Ly."
"Bawel! nanti juga gue kasih tau kok." Illyana tampak kesal.
"Yaudah, kalau gitu kita pulang ke rumah gue."
Illyana mengangguk, ia merapatkan jaketnya sebelum memasuki mobil bersama Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajadah Cinta Illyana | Sudah Terbit
Spiritual[Follow akun Author terlebih dahulu sebelum membaca] Sajadah Cinta Illyana, Ketika aku bersujud karna cinta-Nya. Genre : Spiritual - teenfiction