[17] Keraguan

3.6K 487 30
                                    

Lenna
Geas malam ini tempat biasa yok😃

Debby
Oke aja gue mah

Gio
Berangkat

David
Illyana ikut enggak? @Illyana

Itte
Cp aja Dav

Illyana mengambil ponselnya di atas nakas ketika benda itu bergetar beberapa kali lalu mendapati banyak pesan dari room chat grup yang di beri nama Club gesrek. Perempuan itu membacanya lalu ikut nimbrung di sana.

Gue nggak bisa ikutan deh ya

Debby
Sekarang lo udah jarang ngumpul Ly sama kita"

Lenna
Tau nih nggak seru lo Ly

Gio
Ngumpul lah Ly. Udah lama kita nggak mabok bareng.

David
Sembarangan lo Yo

Gio
Kenyataan wk

Illyana menghela napas setelah itu ia kembali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya

Bukannya apa-apa gue lagi nggak enak badan aja.

Illyana menonaktifkan data selulernya lantas merebahkan dirinya di kasur. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya.

Terdengar suara pintu diketuk beberapa kali membuat Illyana beranjak untuk membukanya.

"Kenapa Ma?" tanya Illyana.

"Temenin Mama ke mal yuk."

"Illyana ganti baju dulu."

Aisya mengangguk. "Mama tunggu di bawah," ujar Aisya yang diangguki oleh Illyana.

***

Tidak perlu waktu lama Aisya dan Illyana sudah sampai disalah satu pusat perbelanjaan.

Illyana hanya mengikuti kemana Aisya pergi. Dan sekarang mereka sedang berada di toko baju muslimah.

"Coba ini Sayang," pinta Aisya, perempuan itu menyodorkan gamis berwarna biru dongker sepasang dengan jilbabnya.

"Enggak mau ah." Illyana menggeleng tetapi tangannya tetap meraih pakain itu.

"Langsung bungkus aja." Ucapan Illyana membuat Aisya tersenyum.

Bukan hanya satu baju, Aisya membeli beberapa baju sekaligus. Illyana hanya menurut dengan ibu tirinya itu. Pelan-pelan ia berusaha untuk menerima Aisya sebagai ibunya.

Keluar dari toko baju Aisya dan Illyana berniat untuk pulang namun tiba-tiba batal ketika mereka bertemu dengan Itte.

"Halo Tente," Itte menyalami Aisya dengan sopan.

"Mama pulang duluan aja, aku mau main sama Itte dulu," ujar Illyana. "Boleh 'kan Ma?"

"Jangan macem-macem ya," pesan Aisya.

"Boleh Ma?" Illyana bertanya lagi.

Aisya mengangguk setalah itu berlalu meninggalkan Illyana.

Karena tidak ada lagi keperluan. Illyana dan Itte memilih untuk pulang. Lebih tepatnya pulang ke rumah Lenna.

***

"Bagus ya kalian, setelah enggak kumpul sekarang malah datang berengan!" Gio berujar heboh.

"Berisik banget sih lo!" Debby melempar bantal ke arah Gio.

"Enggak usah ngegas gitu," kesal Lenna.

"Titisannya Tarzan dasar." Itte berdecak kesal.

Jadi belakangan ini Itte juga enggak ngumpul? Illyana bertanya dalam hati. Melirik ke arah Itte yang hanya diam.

"Lo juga enggak ngumpul Te?" tanya Illyana.

Itte mengangguk. "Males gue. Lo sih enggak ikut ngumpul."

"Malam ini kalian ikut enggak?" tanya Devan.

"Gue ikut," jawab Itte.

"Belum tahu gue. Liat nanti malam aja," ujar Illyana.

"Kalau enggak enak badan, enggak usah ikut," ujar David yang baru saja keluar dari kamar.

Illyana tersenyum. "Apa kabar Bang?"

"Cie panggilnya Abang," ledek Lenna.

"Lo juga mau gue panggil Abang?" tanya Illyana.

"Jijik." Lenna bergidik.

***

Setelah berkumpul cukup lama, Illyana memutuskan untuk pulang, tidak ingin ikut ke tempat hiburan malam yang biasa ia datangi bersama teman-temannya.

Usai membersihkan diri Illyana membuka lemari pakaian. Perempuan itu terkejut ketika melihat beberapa gamis menggantung di sana. Ternyata Aisya membelikan gamis-gamis itu untuknya.

Illyana mengambil salah satu gamis berwarna biru dongker yang ia minta langsung dibungkus sewaktu di mal tadi. Illyana menggunakan gamis itu, mematut dirinya di depan cermin.

"Cantik," gumamnya pelan.

"MasyaAllah, kamu cantik Sayang." Aisya tiba-tiba muncul di depan pintu.

"Mama kok masuk enggak ketuk pintu dulu?" tanya Illyana.

"Tadi udah Mama ketuk. Tapi enggak dibuka-buka, yaudah masuk aja karena pintunya enggak dikunci." Aisya berjalan mendekati Illyana.

Aisya ikut menatap pantulan dirinya dan Illyana di depan cermin. "Yakin kan hatimu Sayang, dengarkan kata hatimu. Apa yang membuat kamu nyaman, lakukan. Dan apa yang membuat kamu resah, tinggalkan." Aisya berujar pelan.

Illyana hanya diam, matanya menatap lurus ke arah cermin. Perempuan itu meresapi ucapan yang barusan dikatakan Aisya.

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang