[23] Marah Dan Kecewa

3.7K 488 29
                                    

Hari ini Illyana menggunakan gamis berwarna merah bata berpadu dengan jilbab berwarna putih gading. Perempuan itu menatap dirinya di cermin, lalu mengoles lipbalm ke bibirnya. Tak lupa ia mengambil ponsel dan memasukkan benda itu ke dalam tas.

"Mah, Pah, Illyana berangkat dulu ya," ujar Illyana seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati," pesan Aisya.

"Loh, kamu mau kemana pagi-pagi udah rapi begini?" tanya Hendra.

"Mau ke rumah Tente Rissa, Pah. Zahwa minta temenin ke toko buku hari ini," jawab Illy.

"Yaudah, hati-hati," ujar Hendra yang diangguki oleh Illyana.

***

Mobil Illyan berhenti di depan sebuah rumah yang sudah sering ia datangi, rumah Ali.

"Assalamualaikum." Illyana mengucap salam ketika pintu terbuka menampilkan sosok Rissa yang tersenyum hangat padanya.

"Wa'alaikumsalam," balas Rissa. "Masuk dulu Ly, Zahwa masih siap-siap."

"Iya Tante."

Di ruang keluarga ada Ali dan Ibrahim yang sedang menonton televisi. Ayah dan anak itu terlihat sangat akrab.

"Assalamualaikum," ujar Illyana.

"Wa'alaikumsalam." Ali dan Ibrahim menjawab serempak.

"Duduk dulu Ly," titah Rissa. Illyana pun menurut.

Zahwa keluar dari kamar dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya.

"Kok belum siap-siap? Kak Illyana udah nunggu loh." Rissa menatap Zahwa.

"Zahwa enggak enak badan Bunda," jawab Zahwa. "Maaf ya Kak, kita enggak jadi pergi." Zahwa merasa tidak enak dengan Illyana yang sudah datang menjemputnya.

"Enggak apa-apa." Illyana tersenyum tipis.

"Yaudah, kalau gitu kamu minum obat terus istirahat!" Perintah Rissa diangguki oleh Zahwa. Perempuan itu kembali ke kamarnya.

"Kalau gitu Illyana pamit pulang aja Tante."

"Eh, jangan. Enggak usah buru-buru. Temenin Tante bikin kue mau?"

"Boleh."

"Calon istri idaman enggak?" tanya Ibrahim setelah Illyana dan Rissa menghilang di belokan menuju dapur.

"Apa sih Yah?" Ali menatap ibrahim yang kini tersenyum menggoda.

Ibrahim terkekeh. "Calon istri idaman sih menurut Ayah. Udah cantik, bisa masak, insyaAllah shalilah udah gitu orangnya cepet akrab."

"Illyana?"

"Siapa lagi."

"Ingat loh Ayah udah punya Bunda."

Kali ini Ibrahim tertawa sambil menepuk pundak Ali beberapa kali. "Buat kamu lah bukan buat Ayah."

"Kalau jodoh enggak kemana Yah," balas Ali.

"Semoga kamu mendapat pendamping hidup yang baik, siapapun orangnya." Ucapan Ibrahim diamini oleh Ali.

Sementara di dapur, Rissa dan Illyana mulai berkutat dengan bahan dan alat untuk membuat kue. Mereka berdua ingin membuat cup cake.

Rissa menyiapkan alat seperti mixer, loyang, kertas cup cake dan yang lainnya. Sedangkan Illyana menyiapkan bahan seperti telur, gula, garam dan berbagai bahan untuk membuat cup cake.

"Tante enggak nyangka loh sahabat kamu yang namanya Itte itu udah pergi." Rissa memulai obrolan, tangannya sibuk melap loyang yang sudah cukup lama tidak di gunakan.

"Iya Tante, Illyana juga enggak nyangka. Rasanya cepet banget." Illyana mengambil beberapa telur dari dalam kulkas.

"Padahal belum lama, Tante ketemu sama dia. Waktu itu Ali bawa dia ke sini dalam keadaan pingsan."

Illyana kaget  mendengar ucapan Rissa. Kapan itu terjadi? Illyana sama sekali tidak tahu.

"Kapan Tante?"

"Kira-kira dua bulan yang lalu."

Dua bulan yang lalu? Itte sama sekali tidak pernah bercerita apapun padanya, begitu pula dengan Ali. Apa ada sesuatu yang disembuyikan dari dirinya?

"Kok Itte bisa pingsan sih Tente?" Illyana mendekat ke arah Rissa, ingin mengorek informasi lebih jauh.

"Tante juga enggak tahu. Tente lihat sih dia enggak baik-baik aja waktu itu. Bajunya basah kuyup, dia sempet nangis waktu Tante minta dia cerita. Tapi dia enggak mau cerita, yaudah Tante enggak maksa." Illyana merasa tidak tenang mendengar cerita dari Rissa, ia harus menanyakan hal ini pada Ali.

***

Selesai membuat cup cake. Illyana meminta Ali untuk mengobrol dengannya di halaman belakang, tepatnya di gazebo dekat kolam renang.

"Ada apa Ly?" Ali mendudukkan dirinya di gazebo.

"Ada yang pengen lo ceritain enggak sama gue?" Illyana balik tanya, perempuan itu berdiri membelakangi Ali.

Ali mengerutkan kening. Enggak ada deh kayaknya."

"Yakin? Atau ada sesuatu yang lo sembunyiian dari gue?"

"Langsung aja Ly, intinya lo mau ngomong apa?" Ali tidak ingin main tebak-tebakan.

"Kenapa lo bisa tau, Itte dalam keadaan pingsan dua bulan yang lalu? Sebenernya apa yang terjadi? Apa yang enggak gue tau?" Illyana menghadap Ali, tatapannya menyiratkan hal tak biasa.

Ali cukup terkejut mendengar pertanyaan yang di lontarkan Illyana, pasalnya tidak ada yang tahu akan hal itu. Selain dirinya dan Itte, dan orang rumah Zahwa dan Rissa.

"Zahwa atau Bunda yang cerita?" tanya Ali.

"Bunda lo yang ngomong."

Ali menghela napas dan menceritakan semuanya pada Illyana. Tidak ada pilihan lain.

"Kayaknya hari itu semuanya terjadi, soalnya gue ngeliat Arga keluar dari hotel yang sama." Ali mengakhiri ceritanya.

"Bisa-bisanya lo enggak cerita sama sekali ke gue." Illyana mulai menangis.

"Maafin gue Ly, ini semua Itte yang minta," jelas Ali.

"Seharusnya lo tau mana yang harus di ceritain mana yang enggak Li!"

"Maaf, Ly. Itte ngepercayain itu sama gue. Dan gue ngerasa enggak berhak ngasih tau itu sama lo."

"Lo enggak bisa bertindak apa-apa 'kan? Padahal lo tau kalau Itte punya masalah."

"Dia enggak cerita sama gue Ly, gue enggak tahu apa-apa. Gue cuma nolongin dia."

"Seengganya kalau gue tahu. Semuanya enggak akan jadi kayak gini Li, gue enggak akan ngerasa bersalah kayak gini." Illyana semakin menangis. Dan Ali tidak suka melihat hal itu.

"Lo enggak boleh ngomong kayak gitu Ly, semuanya sudah kehendak Allah."

"Intinya lo tetep salah di sini," ujar Illyana di sela tangisnya.

"Ly, gue--

"Gue benci sama lo." Illyana langsung pergi begitu saja meninggalkan Ali.

Ali menghela napas kasar, membiarkan Illyana pergi. Tidak akan ada gunanya jika ia mengerjar. Percuma, perempuan itu sedang dikuasi amarah.

"Illyana pamit. Om, Tante." Illyana bergegas pergi setelah berpamitan.

"Loh kok?" Rissa mengerutkan keningnya, bingung.

"Ada apa Li?" tanya Ibrahim pada Ali yang baru saja muncul.

"Illyana marah sama Ali," jawab Ali.

"Ada masalah apa kalian?" tanya Rissa.

Ali menggeleng pelan. "Ali mau ke kamar," ujarnya lantas berlalu pergi.



Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang