[21] Kepergian Itte

3.5K 459 11
                                    

Kehilangan sosok sahabat itu menyakitkan. Selagi masih diberi kesempatan maka manfaatkan waktu bersama sahabat kalian. Karena disaat raganya sudah tak lagi ada, disaat dia lebih dulu dipanggil sang maha pencipta tidak ada yang mampu dilakukan selain memanjatkan doa ketika rindu sudah tak mungkin bisa ditebus dengan temu.

***

Tubuh Illyana merosot, perempuan itu terduduk di lantai rumah sakit yang  dingin. Beberapa saat yang lalu dokter telah memberitahukan bahwa nyawa Itte tidak dapat diselamatkan. Hal itu membuat dunia Illyana seakan runtuh. Itte adalah sahabatnya, seseorang yang selalu bersedia menampung keluh kesahnya. Canda tawa telah mereka lewati, ribuan kisah telah mereka jalani bersama. Dibanding yang lain, Itte sahabat yang paling dekat dengan Illyana.

Illyana mematung di depan ruangan yang ditempati Itte. Setelah berusaha berdiri dibantu David, perempuan itu ingin menemui Itte untuk yang terakhir kalinya.

Di rumah sakit sudah ada Gio dan Lenna. Sedangkan yang lain masih dalam perjalanan. begitu pula dengan orang tua Itte. Beliau baru terbang dari Jepang beberapa saat yang lalu.

Dengan langkah pelan Illyana memasuki ruangan. Kakinya terasa lemas. David dan Ali mengikuti Illyana dari belakang. Sedangkan Bi Ranti tidak sanggup untuk melihat keadaan Itte yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Lenna menangis dipelukan Gio. Sedangkan Gio hanya diam sedari tadi. Mereka memutuskan untuk bergantian memasuki ruangan.

Tepat di hadapan brangkar, dengan tangan bergetar Illyana membuka kain putih yang menutupi wajah dan seluruh tubuh Itte. Tangisnya pecah ketika kain itu berhasil ia buka.

Mata Ali berkaca-kaca. Sedangkan David menutup wajahnya dengan tangan, bahu lelaki itu berguncang.

"Te, bangun." Illyana memeluk Itte. "Kalau lo pergi, siapa yang bakal temenin gue di sekolah? Siapa yang nemenin gue ke  kantin?" Illyana semakin terisak.

"Gue sayang sama lo Te, jangan tinggalin gue! Bangun!" Illyana mengguncang tubuh Itte yang sudah terbujur kaku.

David menarik Illyana, menghentikan aksi perempuan itu.

"Ikhlas Ly." David memeluk Illyana, membiarkan perempuan itu meluapkan tangisnya. "Kalau lo kayak gini, Itte pasti sedih," lanjutnya.

Ali menatap iba ke arah jasad Itte. Mengingat perempuan itu memilih mengakhiri hidup sebagai jalan keluar atas segala permasalahan. Keputusan Itte Benar-benar mambuat Ali merasa miris akan nasib perempuan itu. Permasalahan di dunia memang selesai tetapi bagaimana dengan permasalahan di akhirat? Bahkan Ali tidak sanggup untuk membayangkannya.

Ali mendekati Illyana dan David. "Bersedih ketika ditinggalkan oleh orang yang kita sayang itu wajar. Tapi ingat, jangan berlebihan karena itu jadinya tidak baik. Karena pada hakikatnya setiap yang bernyawa pasti merasakan yang namanya kematian. Hanya tinggal menunggu waktunya saja, untuk hari ini Itte lah yang mendapat giliran di mana dirinya harus pergi dari dunia yang fana ini, kita yang masih diberi kesempatan untuk hidup lebih baik memperbaiki diri, banyak-banyak meyediakan bekal untuk di akhirat nanti. Jangan larut dalam kesediahan. Karena sesungguhnya yang paling dekat dengan manusia adalah kematian," jelas Ali, ia hanya berusaha menenangkan.

Illyana semakin terisak di pelukan David. Kata-kata yang Ali ucapkan membuatnya sadar akan satu hal, bahwa suatu saat nanti dirinya juga akan merasakan yang namanya kematian. Tapi, apa bekalnya sudah cukup untuk menghadapi hari itu?

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang