[8] Meminta Kembali

3.6K 490 29
                                    

"Illyana."

Illyana menoleh saat seseorang memanggil namanya, perempuan itu bersedekap dada saat tahu bahwa Arga lah orangnya. "Kenapa?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Ngomong aja." Illyana menyelipkan helain rambutnya ke belakang telinga.

"Tapi enggak di sini." Arga menatap sekitar. Suasana cukup ramai.

"Terus di mana?"

"Kita ngobrol di Rooftop ya," pinta Arga.

"Maaf, gue enggak ada waktu. Lagian kalau gue ngombrol sama lo berduaan, takutnya disangka pencokor." Illyana menekan kata terakhir yang ia ucapkan.

"Bentar aja Ly." Arga memohon dengan wajah mamelas, ia menghiraukan penolakan Illyana.

Illyana menghela napas lalu mengangguk pelan. Ia luluh dengan wajah memohon lelaki yang sudah menyakitinya itu. Sontak saja hal itu membuat Arga tersenyum, ia dan Illyana berjalan beriringan menuju Rooftop sekolah, tempat yang selalu mereka datangi ketika sedang malas mengikuti pelajaran di kelas.

Dari jarak yang tidak jauh. Ali, sedari tadi memperhatikan Illyana dan Arga. Mereka mau kemana? Lelaki itu bertanya dalam hati.

"Ngapain gue pikirin." Ali menggumm setelah itu memasuki kelas.

***

"Mau ngomong apa?" Illyana langsung to the poin, ia tidak ingin berlama-lama dengan Arga.

"Santai dulu Ly, baru juga sampai." Arga  tersenyum, sebuah senyuman yang sebenarnya dirindukan oleh Illyana tetapi perempuan itu berusaha keras menampik rasa cinta yang masih tersisa di hatinya.

"Jangan buang-buang waktu gue!"

Arga menghela napas lalu meraih tangan Illyana. Tetapi perempuan itu menepisnya dengan kasar.

"Kenapa enggak mau gue pegang?"

"Setelah megang tangan cewe lain, lo mau megang tangan gue?" Illyana menaikkan sebelah alisnya, perempuan itu tertawa mengejek. "Lo gila," tudingnya.

"Maafin gue Ly," ujar Arga merasa bersalah, lelaki itu menunduk. "Gue udah putus sama Jill."

"Lo laporan sama gue? Lo pikir gue peduli? Enggak sama sekali Ga. Kalau cuma ini yang mau lo bilang, gue pergi."

Arga menghadang langkah Illyana ketika perempuan itu ingin menjauh. "Gue belum selesai ngomong."

Illyana berdecak, ia memutar malas bola mata. "Apapun yang keluar dari mulut lo, itu semua udah enggak penting buat gue. Sekali berengsek tetap berengsek, pandangan gue enggak akan pernah berubah sekalipun lo bertekuk lutut di depan gue!"

"Gue nyesel karena udah nyakitin cewek sebaik lo, gue minta maaf Ly." Tatapan Arga meredup, ia masih mencoba meluluhkan hati Illyana.

"Ada lagi?" Illyana bersedekap dada.

"Gue emang salah karena udah ninggalin lo waktu itu."

"Gue juga salah karena pernah percaya penuh sama lo, bahkan gue nyesal pernah jadian sama lo," balas Illyana dengan nada penuh penekanan.

"Gue minta maaf Ly."

Illyana terkekeh hambar. "Gue udah maafin lo."

"Lo mau enggak balik lagi sama gue?" Arga menatap penuh harap ke arah Illyana. "Kita udah pacaran satu tahun Ly, gue rasa semuanya masih bisa diperbaiki."

"Kalau itu gue enggak bisa."

"Kenapa?"

"Lo punya otak 'kan? Pikir aja sendiri." Setelah mengucapkan kalimat itu Illyana berlalu begitu saja meninggalkan Arga.

Arga mengepalkan tangannya, tatapan lelaki itu menyorot tajam ke arah perginya Illyana. "Lo akan terima akibatnya Ly."

***

Illyana menghantikan langkahnya ketika berada di depan kelas. Dalam hati ia bertanya, siapa yang membaca Al-Quran pada jam istirahat begini? Sebelumnya belum pernah ada yang membaca Al-Quran di kelas ini kecuali kalau sedang ada pelajaran pendidikan agama islam.

Illyana menikmati suara merdu yang menyapa indra pendengarannya. Matanya terpejam mendengar indahnya lantunan ayat suci itu. "Kek suara Ali," Illyana menggumam, ia memasuki kelas dengan langkah pelan. Dan benar saja, orang yang melantunkan ayat suci itu adalah Ali.

Ali membuka matanya, spontan ia menghentikan bacaannya ketika melihat Illyana berdiri di hadapannya.

"Kenapa berhenti?" tanya Illyana.

"Enggak apa-apa." Ali menggeleng pelan.

"Lanjut aja, maaf kalau gue ganggu." Illyana melangkah ke arah kursinya lalu duduk di sana. Perempuan itu menoleh "Ali," panggilnya ketika lelaki itu tidak lagi melantunkan ayat suci.

"Iya?"

"Enggak jadi deh."

Ali mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa enggak jadi?"

Illyana berdehem canggung. "Bunda lo ada di rumah enggak nanti sore?"

"Ada kok, kenapa?"

"Gue pengen main ke rumah lo, mau ketemu Bunda lo."

"Boleh kok dateng aja nanti," balas Ali lalu mengambil ponselnya di dalam saku lantas sibuk dengan benda pipih itu.

Illyana menatap Ali yang sedang asyik dengan ponselnya, perempuan itu baru menyadari kalau Ali memiki wajah yang cukup menarik perhatiannya. "Lumayan lah," ujar Illyana pada dirinya sendiri.

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang