[7] Merindukan Mama

3.8K 482 12
                                    

"Gue balik ya." IIlyana pamit pada temen-temannya.

"Baru juga jam segini Ly." Lenna menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu berganti menatap Illyana.

"Tau nih enggak seru lo," Debby menimpali.

"Mabok juga belum." Ucapan Gio mendapat pelototan dari Debby.

"Baik-baik Deb mata lu copot kaga ada yang mungutin," ledek Gio.

"Bodo."

"Len kamar yu," ajak Devan pada Lenna.

"Ayo." Lenna berdiri dari duduknya membuat Devan tersenyum lebar.

"Jangan macam-macam di kamar gue!" Teriakan Debby mendapat acungan jempol dari Devan.

"Gue anter ya Ly." David menatap Illyana.

Illyana menggeleng. "Gue bawa mobil Dav."

"Oh, yaudah hati-hati." David tersenyum manis seraya mengacak gemas puncak kepala Illyana

"Hobby banget lo ngacak rambut gue berantakan nih jadinya," kesal Illyana.

"Maaf maaf." David merapikan rambut Illyana yang berantakan akibat ulahnya.

"Oh sosweet ya yang katanya adek kakakan," sindir Itte.

"Illyana emang udah gue anggap adek sendiri," ujar David.

"Jangan sampai jatuh cinta lo, Illyana 'kan udah ada Arga." Ucapan Gio membuat ekspresi wajah Illyana berubah seketika.

"Kenapa jadi kusut gitu mukanya?" David menatap Illyana.

"Gue udah putus sama dia."

"What!" teriak Debby.

"Yee oncom biasa aja kali," ujar Gio seraya melempar bantal ke arah perempuan berambut pirang itu. "Baik-baik Deb mulut lo mangap gitu ntar dimasukin lalat," lanjutnya.

"Bacot lo," balas Debby. Ia memusatkan perhatian pada Illyana. "Kenapa bisa putus?"

"Namanya juga hubungan, sama kayak tali kapan aja bisa putus." Bukan Illyana yang menjawab melainkan David, jawaban lelaki itu mendapat decakan dari Debby.

"Arga tergoda orang ketiga. Sehari setelah putus dari Illyana, dia pacaran dah tuh sama si pencokor." Kali ini Itte yang bersuara.

"Wah parah dasar lelaki lemah!" Gio ikut berkomentar.

"Udah ah enggak usah dibahas. Gue mau balik." Illyana pamit, ia malas jika harus membahas Arga yang sudah tampak bahagia bersama pacar barunya. Iya, lelaki itu telah resmi menjalin hubungun dengan Jill. Usut punya usut Arga telah mengkhianati Illyana, lelaki itu diam-diam mendua. Bermain dengan Jill di belakang Illyana.

***

Illyana memutuskan untuk mengantar ponsel milik Zahwa yang tertinggal di mobilnya. Dan di sinilah Illyana sekarang, di depan sebuah rumah bergaya minimalis yang sudah dua kali ia datangi. Perempuan itu menekan bel yang berada di sisi kanan tembok, tak lama setelah itu pintu terbuka menampilkan sosok Rissa.

"Wah Illyana, ada apa? Yuk masuk." Rissa tampak antusias saat mendapati Illyana bertamu ke rumahnya.

"Illyana mau nganterin hp Zahwa yang ketinggalan di mobil Illyana Tente." Illyana menyodorkan benda pipih itu pada Rissa.

"Pantesan dicari-cari enggak nemu, ternyata ketinggalan di mobil kamu. Makasih ya udah dianterin," ujar Rissa diiringi senyuman, ia mengambil benda itu dari Illyana.

"Sama-sama Tan."

"Mampir dulu Ly, jangan nolak!"

"Karena Tante maksa yaudah Illyana mampir," ujar Illyana diiringi kekehan.

Saat memasuki rumah, Illyana menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seseorang di salah satu ruangan yang ia lewati. Perempuan itu memejamkan mata, entah mengapa lantunan ayat suci Al-quran yang terdengar merdu itu serasa menggetarkan hatinya.

"Ayo Ly!" Suara Rissa membuat Illyana tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya Tante." Illyana menyusul langkah Rissa yang berjalan lebih dulu.

"Hai Kak Illyana," sapa Zahwa yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama Ibrahim.

"Hai." Illyana membalas seadanya.

"Nih hp kamu." Rissa menyodorkan benda pipih itu pada Zahwa membuat perempuan itu tersenyum lebar.

"Nemu di mana Bun?"

"Ketinggalan di mobil Kak Illyana."

"Makasih ya Kak udah dianterin," ujar Zahwa.

"Sama-sama, lain kali jangan ceroboh." Ucapan Illyana membuat Zahwa tersenyum kikuk, walaupun begitu ia tetap mengangguk.

"Ayo duduk." Rissa menepuk bagian kursi kosong di sampingnya.

Illyana menurut, ia duduk di samping kanan Rissa bersama Zahwa sedangkan Ibrahim duduk di samping kiri Rissa.

"Ish Ayah, jangan di pindah channel tvnya!" Zahwa kesal ketika Ibrahim memindah channel televisi yang sebelumnya menayangkan kartun Upin dan Ipin berpindah ke acara berita.

"Kamu udah gede masa masih nonton Upin Ipin," ujar Ali yang baru saja bergabung.

"Yee kayak Abang enggak aja," balas Zahwa.

"Kapan coba Abang nonton Upin dan Ipin?"

"Abang emang enggak nonton Upin dan Ipin tapi Abang nontonnya Spongebob." Ali terdiam mendengar ucapan Zahwa, lelaki itu menggaruk kepalanya.

"Kenapa diam? Zahwa Bener 'kan? wuuu," ledek Zahwa.

"Sama-sama nonton kartun enggak usah berdebat," ujar Ibrahim diiringi tawa, hal itu membuat Ali dan Zahwa ikut tertawa.

"Udah-udah." Rissa menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua anaknya.

Illyana tersenyum kecil ia seperti merasakan kehangatan keluarga ketika berada di tengah-tengah keluarga Tente Rissa. Andai saja mamanya masih ada Illyana yakin pasti sekarang ini ia juga sedang bercanda tawa bersama kedua orang tuanya. Tak terasa air mata Illyana menetes membasahi pipi chubby miliknya.

"Illyana kenapa?" tanya Rissa ketika menyadari Illyana menangis.

Illyana menggeleng seraya menghapus air matanya.

"Kamu bisa cerita sama Tante," ujar Rissa membuat Illyana menatap perempuan itu yang kini juga menatapnya.

"Illyana kangen Mama." Suara Illyana bergetar menahan tangis.

Rissa tersenyum lembut. Ia merengkuh Illyana, membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.

Illyana menangis di pelukan Rissa, menumpahkan air mata yang sedari tadi ia tahan. Illyana merasa nyaman bahkan sejak pertama kali bertemu dengan Rissa ia seperti menemukan sosok almarhumah mamanya pada diri wanita berusia 45 tahun itu. Sikap lemah lembut dan perhatian Rissa membuat Illyana ingat dengan perempuan yang sangat ia rindukan kehadirannya.

Sajadah Cinta Illyana | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang