#6 - Cemburu?

966 132 32
                                    

Author: Idew Hwang
Instagram: idewsmile

.

.

.

“Selamat Pagi, Eommonim–”

Lee Chaeyoung sedikit membungkuk ketika pintu rumah keluarga Nakyung terbuka, Kim Chungha ibu Nakyung– membukakan pintu untuknya. “Selamat Pagi, Chaeyounga–” balas ibu Nakyung.

“Eommoni, apa Nakyung belum bangun? Biasanya dia sudah menungguku di dekat gerbang rumah,” tanya Chaeyoung mengusap tengkuknya bingung. “Sejak tadi malam, ponsel Nakyung tidak aktif.”

“Omo, ku kira Nakyung sudah memberitahumu. Nakyung sudah berangkat ke sekolah, dia meminta ayahnya untuk mengantarnya sekitar sepuluh menit yang lalu.” kata ibu Nakyung pelan.

Chaeyoung sedikit terkejut mendengar ucapan ibu Nakyung. Aneh, kenapa Nakyung tidak memberitahunya kalau pagi ini ia diantar sang ayah? Apa Nakyung sedang marah padanya?

“Ah– aku tidak tahu sama sekali. Kalau begitu aku langsung berangkat ke sekolah saja sekarang, aku permisi eommonim–” Chaeyoung tersenyum, berpamitan pada ibu Nakyung.

“Nde, hati–hati di jalan Chaeyoung—”

.

.

.

PROMISE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROMISE

“Roh Jisun!”

Langkah Jisun seketika terhenti ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya. Jisun barusaja memasuki loby utama lantai dasar gedung perusahaan Lee Enterprise. Pagi ini ia berangkat lebih awal untuk menyerahkan beberapa berkas penting yang harus ditandatangani Lee Saerom, jadi Jisun menyiapkan semuanya terlebih dahulu.

“Jiwon?” alis Jisun bertaut ketika si pemilik nama Park Jiwon berjalan menghampirinya.

“Kau datang sangat pagi, Jisun.” kata Jiwon tersenyum.

“Pekerjaanku cukup banyak hari ini, jadi aku datang lebih awal.” jawab Jisun yang hendak menekan tombol pintu lift, namun Jiwon mendahuluinya.

Pintu lift terbuka, Jisun masuk ke dalam lift disusul Jiwon dibelakangnya. Pintu lift menutup perlahan usai Jiwon menekan tombol 11.

“Bagaimana, kau sudah mulai nyaman dengan pekerjaanmu?” tanya Jiwon, melipat kedua tangannya di dada. Menatap Jisun yang berada di sampingnya.

Jisun mengangkat bahu, “Bisa di bilang– iya, aku merasa nyaman. Tetapi aku masih harus banyak belajar,” ucapnya.

“Kau pekerja keras, kau mudah memahami apa yang sedang kau pelajari, jadi ini akan mudah untukmu.” sahut Jiwon.

“Untuk Jiheon, aku melakukannya.” timpal Jisun.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang