#8 - siapa gadis itu?

830 122 13
                                    

Author: Idew Hwang
Instagram: idewsmile


.

.

.


“Selamat Pagi, Jiheon!”

Suara Jiwon terdengar ketika ia memasuki kamar rawat Jiheon. Jisun yang sedang menyuapi adiknya untuk sarapan pagi itu terlonjak kaget dan menoleh ke arah si pemilik suara. “Jiwon?”

“Pagi Jisun!” sapa Jiwon, ia memamerkan senyum di bibirnya sambil membawa sebuah tas plastik berisi beberapa komik edisi terbaru. “Aku ingat dengan janjiku pada Jiheon. Jadi kemarin malam, saat pulang dari sini aku mampir ke toko buku di Jamshil. Lalu aku pikir sebaiknya aku cepat–cepat memberikan ini semua pada Jiheon.” ia meletakkan tas plastik itu diatas meja.

“Terimakasih, kakak—” kata Jiheon tersenyum pada Jiwon.

“Kau bisa membacanya nanti, Jiheon.” kata Jiwon mengusap rambut Jiheon sekilas.

Sementara Jisun hanya memandang Jiwon heran, seolah tidak percaya karena kata suster yang berjaga, Jiwon pulang dari rumah sakit semalam sekitar pukul 10 malam. Dan pagi ini, ia datang lagi ke rumah sakit menjenguk Jiheon jam 6 pagi.

Apa dia tidak lelah?

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Ada yang aneh?” tanya Jiwon bingung.

“Kau tidak lelah?” Jisun balik bertanya.

“Lelah apa?” Jiwon mengernyit tidak mengerti.

Jisun menghela napas, “Astaga Jiwon, kau pulang dari sini cukup larut semalam dan kau datang lagi pagi ini— oh ya ampun, maksudku kau bisa memberikan komik itu nanti, tidak perlu repot untuk meng—”

“Hey hey itu tidak masalah, lagipula jarak rumah sakit ini tidak terlalu jauh dari apartmenku,” Jiwon mengibaskan tangannya, memotong ucapan Jisun.

Jisun menghela napas. Gadis di hadapannya ini benar–benar keras kepala.

“Cepatlah bersiap, kau berangkat ke kantor denganku—” instruksi Jiwon menunjuk pada tas Jisun.

“Hah?”

.

.

.

PROMISE

Nakyung dengan rajin menulis beberapa kata dan angka pada buku tulisnya. Dia membuat catatan untuk ujian matematika mendatang. Ujian tengah semester akan segera dimulai dalam waktu dekat, dan itu berarti mimpi buruk bagi Nakyung.

Nakyung itu pintar. Dia adalah ketua OSIS, sekaligus ketua kelas di kelasnya. Ini adalah tahun terakhirnya di SMA. Dia tidak boleh gagal atau mendapatkan nilai rendah. Dia harus masuk perguruan tinggi musik yang bagus, karena itu ia membutuhkan nilai bagus.

Itulah mengapa ia menulis catatan untuk ujian matematikanya yang akan di adakan minggu depan. Dia sangat lemah dalam pelajaran ini sehingga ia menempatkan sebagian besar perhatiannya untuk pelajaran tersebut.

Dan ternyata, ketika Nakyung mengatakan ia ingin fokus pada pelajaran matematika, itu tidak hanya berarti bahwa ia akan meninggalkan mata pelajaran lain, tetapi juga aspek-aspek lain, termasuk kehidupan asmaranya.

Dengan kata lain, Lee Chaeyoung.

“Chae, hentikan. Aku sedang mencoba untuk belajar di sini.”

“Kau tak punya perasaan, kau tahu. Kau mengabaikan aku selama sepuluh menit,” Chaeyoung merengek.

Nakyung menghela napas dan kembali ke buku catatannya. Dia berada di kelas sendiri. Ini istirahat makan siang dan karena Chaeyoung tidak pergi ke kantin, ia datang ke kelas Nakyung sebagai gantinya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang