#24 - suatu hari di flover

922 114 22
                                    

Author: Idew Hwang
Instagram: idewsmile

.

.

.

*silahkan play pemutar media diatas, klik dua kali untuk mendengarkan musiknya sambil membaca.

.

.

.



“Bagaimana ujian hari ini? Bukankah hari ini adalah hari terakhir ujian semester dua mu?”

Lengkingan suara Lee Saerom terdengar nyaring di speaker ponsel Chaeyoung. Gadis berperawakan tinggi itu tersenyum, sambil mengaduk pelan caramel macchiato yang barusaja ia pesan. Lee Chaeyoung tengah menikmati waktu senggangnya sepulang sekolah, hari ini adalah hari terakhirnya melaksanakan ujian terakhir semester dua, di sekolahnya. Chaeyoung menyempatkan diri mampir ke salah satu cafe yang letaknya cukup dekat dengan gedung sekolah, Promise Cafe adalah cafe tempat ia biasa berkunjung kemari berdua bersama Nakyung

“Semuanya baik-baik saja, mmh sedikit sulit pada pelajaran matematika. Kau tahu kan unnie, aku ini payah dalam pelajaran itu?” jawab Chaeyoung setengah tertawa.

“Kenapa merasa kesulitan, hm? Ada Nakyung yang selalu membantumu belajar. Jangan khawatir Chaeyounga, ini hanya ujian akhir semester dua. Kau masih punya cukup banyak waktu untuk belajar lebih giat, mempersiapkan diri menjelang ujian nasional. Oh, jangan lupa untuk mengundang Nakyung menginap ke rumah kita ketika libur sekolahmu minggu depan. Unnie sangat ingin bertemu dengannya—”

Chaeyoung menarik senyuman tipis, berusaha tersenyum atas ucapan kakaknya. “Mianhae, unnie. Tapi sepertinya aku tidak bisa.”

“Wae? Yakh Lee Chaeyoung, apa kau tidak mau menurut ucapan kakakmu? Ah, atau Nakyung sudah memiliki rencana liburan bersama keluarganya?”

“Bukan begitu— hanya saja–”

“Hm? Memangnya kenapa?”

Chaeyoung membasahi bibirnya, sebelum menjawab pertanyaan kakaknya dengan ragu–ragu. “Unnie, aku dan Nakyung sudah putus.” jawabnya mengucapkan kalimat itu dengan nada suara senormal mungkin.

“M– mwo? Putus?” seru Saerom yang justru malah tertawa mendengar penuturan Chaeyoung. “Aish kalian putus, tapi aku yakin beberapa jam lagi juga sudah kembali berkencan lagi. Putusmu dan Nakyung itu tidak pernah awet, paling lama juga cuma sehari. Sejak SMP, kalian selalu seperti itu kan? aku juga percaya kau dan Nakyung pasti ak—”

Chaeyoung menghela napas, namun ia masih tersenyum. “Kami sudah putus sejak satu bulan yang lalu, unnie. Nakyung yang meminta mengakhiri hubungan kami, tepat sehari sebelum aku berangkat ke turnamen basket di Busan sebulan yang lalu.”

“A–apa— sudah sebulan lalu? Tapi kenapa? Kalian ada masalah?”

“Maaf tidak sempat memberitahumu unnie. Ada sesuatu yang membuat kami harus berpisah– dan juga aku harus menghargai keinginan Nakyung.” ucap Chaeyoung memberi sedikit penjelasan pada sang kakak. Chaeyoung melirik jam dinding cafe yang menunjuk pada angka lima. “Unnie, aku tutup dulu teleponnya. Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku akan menghubungimu lagi, nanti. Sampai bertemu di rumah, aku menyayangimu unnie.”

PIP

“T–tunggu dulu, Chaeyounga— halo?”

Lee Saerom menjauhkan ponsel dari telinganya begitu sambungan telepon terputus. “Ck– kenapa dia mematikan telepon begitu saja sih—” Ia menggigit bibir cemas, sementara jemarinya mulai sibuk buru–buru mengetik pesan singkat untuk adiknya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang