“Aku masih sedang dalam perjalanan menuju kesana, ya tunggu sebentar lagi—”
Jang Gyuri berbicara melalui ponselnya, satu tangannya sibuk memegangi ponsel sedangkan tangan satunya sedang memegang sisi kemudi.
Malam ini ia memiliki janji dengan Park Jiwon untuk menonton pertanding SE UFC di stadion il–san yang letaknya lumayan dekat dengan kediaman Jisun, kekasihnya. Gyuri dengan sangat santai mengendarai mobil barunya, melintasi jalanan yang lumayan sepi pada malam itu.
“Nanti ku hubungi lagi, oke—” ia mematikan ponselnya.
Ketika Gyuri hendak meletakkan ponselnya di dashboard mobil, ponsel Gyuri terjatuh pada kolong mobil. Membuatnya harus menunduk mengambil ponsel sambil mengemudi– yang tanpa ia sadari, saat itu seseorang sedang menyebrang. Begitu Gyuri berhasil meraih ponselnya, semua terjadi begitu saja.
“Ya Tuhan!!!” pekik Gyuri panik.
Mobilnya menghantam tubuh seseorang yang sedang menyebrang jalan. Gyuri dapat melihat semuanya, ketika tubuh seseorang yang ia lihat– terpental cukup jauh. Gyuri gemetar ketakutan, ia baru saja menabrak seseorang tanpa di sengaja.
Gyuri sempat menghentikan mobil, sesaat ia menengok pada kaca spion mobilnya untuk melihat si penyebrang jalan yang ia tabrak. Tubuhnya berlumur darah, ia tergeletak di sisi jalan. Pandangan mata Gyuri terperangah terkejut begitu menyadari, siapa orang yang tergeletak disana. Gyuri tahu persis siapa.
“Ji– Jiheon—” bibirnya berucap gemetar ketakutan. “T–tidak.” ucapnya sekali lagi. “T–tidak mungkin—”
Flashback end .
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PROMISE
Ingatan tentang peristiwa kecelakaan itu seolah menguap kembali dalam benak Gyuri. Jennie yang masih berada di hadapannya– masih diam menunggu jawaban sesungguhnya dari mulut Gyuri.
Gyuri mengusap wajahnya yang pucat, menangkup wajahnya– seluruh perasaan bersalah itu kembali muncul dalam dirinya.
“Ya, akulah orang yang menabrak Jiheon pada malam itu.” ucap Gyuri pelan, tanpa memandang Jennie.
Jennie terperanjat untuk beberapa saat seolah bingung harus mengatakan apa. Ada rasa kecewa yang mendalam begitu ia mendengar jawaban dari adik iparnya itu.