Ditulis oleh: finicute488
.
.
Terkadang aku hanya butuh pelukan hangat untuk membuatku merasa kembali tenang.
-Elmira Ardilla.
***ELMIRA menoleh ke belakang saat suara laki-laki yang sangat ia kenal memanggil namanya dengan suara terengah-engah seperti habis lari maraton.
"Elmira ... nga ... ngapain lo ... ngapain lo di sini?" tanya lelaki itu sambil mengontrol napasnya.
Elmira mengernyitkan keningnya, bukankah harusnya dia yang bertanya seperti itu?
"Harusnya gue yang tanya ngapain lo di sini? Terus ngos-ngosan begitu, lo habis ngejar maling?"
"Lo kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan Elmira, Anand malah balik tanya ke Elmira.
Anand mendekati Elmira lalu duduk di sampingnya sambil membuka jaket dan ia pakaikan ke tubuh Elmira. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya."Biar lo nggak kedinginan, pakai jaket gue," kata Anand saat Elmira tanya kenapa ia membuka jaketnya. "El, lo habis nangis?"
Gadis itu langsung mengusap air matanya yang memang sudah meluncur dari matanya. Padahal, Elmira sudah berusaha agar bendungan pertahanan air matanya tidak jebol tapi ternyata gagal.
"Siapa juga yang nangis?" dusta Elmira, padahal Anand juga melihat dengan jelas jika gadis yang biasanya galak kepadanya tengah menangis.
"Ternyata cewek galak kayak lo bisa nangis juga ya, gue kira lo itu benar-benar siluman harimau yang selalu menampilkan wajah sangar," Anand mengembungkan pipinya menahan tawa, karena kalau ia tertawa sama saja membuat fobia Elmira kambuh, dan Anand tidak ingin itu terjadi.
"Jadi kenapa lo nangis?" tanya Anand, berharap Elmira mau menceritakan segala keresahan yang ada pada dirinya. Jadi Anand lebih mudah membantu Elmira mengatasi penyakit yang ia punya.
"Gue cewek tegar, gue nggak mungkin nangis."
Anand mengacak rambut Elmira, kenapa perempuan itu mempunyai sifat gengsi yang sangat tinggi? Kenapa mereka tidak langsung berterus terang kalau sedang butuh teman untuk berbagi?
"El, gue tahu lo cewek yang tegar. Terkadang seseorang itu menangis bukan karena dia lemah, tapi karena air mata itu baik untuk kesehatan."
Elmira menatap Anand, mulai terpancing dengan ucapan Anand.
"Jadi begini, El," Anand berdehem sebelum melanjutkan ucapannya "selain olahraga dan tertawa, hormon bahagia endorfin juga bisa keluar saat sedang menangis. Endorfin bersifat analgesik atau menghilangkan nyeri. Ketika menangis, endorfin yang keluar bisa mengurangi rasa sakit fisik." Anand mengatakan dengan sekali tarikan napas.
"Itu beneran? Apa cuma hoaks?" Elmira ragu dengan ucapan Anand.
Anand kembali mengacak rambut Elmira. Gemas. Apakah Elmira tidak melihat wajahnya yang seratus persen serius, tidak ada niat bercanda sama sekali.
"Gue serius El. Lo kenapa?"
Elmira menggeleng, ia sebenarnya ingin mengatakan semuanya kepada Anand, tapi entah kenapa mulutnya tiba-tiba bungkam. Ia bingung harus memulai dari mana.
"El ...," panggil Anand.
Anand terpaku sejenak saat Elmira memeluknya erat, bahkan ia sampai berpikir jika Elmira pingsan, tapi sepertinya tidak, karena detik selanjutnya Anand mendengar dengan jelas isak tangis Elmira.
"El, are you okay?" tanya Anand khawatir.
Elmira mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Anand. Tangan Anand terangkat lalu mengusap punggung Elmira pelan dengan gerakan naik-turun. Semoga pelukannya mampu membuat Elmira sedikit lebih tenang. Isakkan tangis Elmira masih terdengar jelas, sebenarnya Anand paling tidak tega melihat perempuan menangis.
"El, lo beneran nggak mau cerita?"
Anand merasakan gadis yang ada di pelukannya menggeleng pelan. Jadi ada apa sebenarnya? Awalnya Anand hanya melihat Elmira keluar rumah sambil mengusap wajahnya, karena Anand memiliki sifat ke'kepoan tinggi ia pun mengikuti Elmira. Namun, sialnya ia malah dikejar anjing entah milik siapa yang lepas, jadilah ia berlari cepat seperti sedang maraton dan menemukan Elmira di taman.
"El, kalau lo udah siap cerita. Gue mau kok jadi teman berbagi. Lagian ya El, gue itu ...,"
"Berisik! Bisa diam nggak sih?!"
Anand menarik napas lega, jika Elmira sudah berubah menjadi gadis galak kembali itu tandanya perasaan dia sudah mulai membaik.
"El, gue boleh tanya?"
Elmira berdehem pelan.
"Sampai kapan lo mau peluk gue? Gue tahu kalau tubuh gue itu nyaman banget buat dipeluk. Tapi, jangan lupakan ingus lo yang udah melebar ke mana-mana bahkan ke baju gue."
Elmira menarik tubuhnya menjauh dari Anand. Wajahnya pasti sangat berantakan saat ini.
"Pulang yuk, El. Udah malam, nanti Tante Ranum nunggu."
Elmira hanya diam, apa dia juga harus memanggil Ranum dengan sebutan Tante seperti Anand?"El, ayo!" tangan Anand terulur di depan wajah Elmira. Elmira menyambut uluran tangan Anand.
Benar kata Anand, ia harus pulang. Elmira harus berterima kasih pada Ranum karena sudah mau merawatnya selama ini.
***
"El, ini tugas Kimia gue." Gio menyodorkan buku Kimia miliknya. Namun, Elmira tampak tidak tertarik untuk mengambil buku dari tangan Gio. Padahal Elmira biasanya antusias sekali.
"El, ini." Tangan Gio mulai pegal.
Elmira tidak melirik buku Gio sama sekali, malah ia sedang asyik bermain game di ponselnya.
"Elmira, lo kenapa sih?" Gio mulai kesal, lalu mengambil buku Kimia Elmira yang tergeletak di meja. Menyalin tugasnya ke buku Elmira.
Elmira menarik buku tugas Kimianya.
"Biar gue yang menyalin, El." Bujuk Gio.
"Enggak usah," kuekeh Elmira.
Bahkan Alfi hanya geleng-geleng kepala melihat Elmira dan Gio, ia baru melihat orang yang malah ingin tugasnya disalin oleh temannya sendiri. Padahal biasanya Elmira yang memohon-mohon kepada Gio supaya dapat contekan. Tapi, hari ini Gio malah memaksa Elmira untuk menyalin bukunya.
Benar-benar pemandangan yang unik dan sangat langka.
"El, lo kenapa sih? Soal semalam gue minta maaf. Gue udah janji sama Caira buat nonton. Jadi gue nggak bisa nemenin lo!"
Elmira menatap Gio, ada rasa kecewa di hatinya saat tahu Gio lebih memilih bersama orang lain dan bukan memilih dirinya. Mungkin ini yang Alfi maksud kemarin, bagaimana jika Gio menemukan orang yang bikin dia nyaman, pasti Cairalah orang itu.
"Oh," jawab singkat Elmira.
Gio mengusap wajahnya frustrasi. Jujur, Gio lebih memilih dihajar Elmira daripada mendadak sahabatnya itu jadi pendiam.
"El, jangan diemin gue kayak gini, gue lebih pilih dibogem seratus kali deh, daripada lo diemin gue."
"Oh,"
Gio mengelus dadanya. Sabar. Orang sabar pacarnya Lisa Blackpink. Eh, salah. Orang sabar nilai Kimianya bagus.
"El, lo maunya apa sih?!" Gio mulai jengah.
"Gue mau jadi bumi dan lo jadi matahari, bagaimana?" tanya Elmira.
Gio melebarkan pupil matanya, apa ia tidak salah dengar? Elmira merayunya. Biasanya Giolah yang sering menggombal.
Gio dengan cepat mengangguk."Maksudnya, lo pengin gue terus menyinari kehidupan lo 'kan?"
Elmira menggeleng."Bukan, gue pengin lo menjauh 149,6 juta km dari gue."
Hah?***
Makasih yang udah terus baca cerita dari saya.
Terus vote dan comment ya.
Salam dari Istrinya Mario Maurer.
Fini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gelotophobia
RomanceTertawa adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seseorang. Entah karena ada hal lucu atau karena sedang bahagia. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang takut dengan suara tawa? Elmira Ardilla seorang gadis berwajah cantik pengidap Gelotophobia, suat...