GELOTOPHOBIA : 025

761 97 5
                                    

Seperti trombosit, aku pun berharap kau mampu mengobati lukaku agar menyempit. Namun, ternyata aku salah, ternyata kau itu belati penambah luka di hati.

-Elmira Ardilla

***

GIO menatap wajah Elmira yang tampak berbeda dadi biasanya, Elmira memang tidak pernah tertawa, tapi hari ini Elmira tampak lesu, apa mungkin gadis itu lelah?

"El, ada masalah apa?" tanya Gio.

Elmira menoleh lalu menggeleng.

"Ada masalah apa?" ulang Gio.

"Nggak ada."

"Jangan bohong! Gue tahu lo ada masalah. Semalam lo habis nangis 'kan? Mata lo bengkak."

Elmira menghela napas, sepertinya dia harus bercerita kepada Gio tentang Anand.

"Elmira," panggil Gio.

"Anand ... Yo."

"Anand kenapa?" potong Gio.

"Nembak gue semalam."

Gio yang tadi sedang minum langsung menghentikkan aktifitasnya. Lelaki itu menutup minumannya, mendadak hatinya merasa sedih.

"Oh," jawab Gio.

"Menurut lo, gue harus gimana?"

"Gue nggak tau!" ketus Gio.

Gio melempar botol minumannya ke arah tong sampah yang berjarak hanya dua meter dari kursi yang sedang ia duduki bersama Elmira. Tapi meleset, biasanya jarak sedekat itu dengan mudahnya ditaklukan oleh Gio, mengingat dia pernah jadi pemain basket terbaik saat SMP.

"Payah," sindir Elmira, "katanya pemain basket terbaik, masa jarak segitu aja nggak masuk."

Elmira melempar botol minumannya seperti yang dilakukan oleh Gio, dan masuk.

"Hebat kan gue," ucap Elmira.

"Hmm."

Gio mengambil botol minumannya yang jatuh di samping tempat sampah lalu memasukannya ke tempat sampah.

"Jadi gimana, El?" tanya Gio begitu duduk di samping Elmira.

"Apanya yang gimana?" tanya Elmira bingung.

"Hubungan lo sama Anand?"

"Oh, itu. Gue bingung."

"Bingung kenapa? Lo cinta dia apa enggak?"

"Ini bukan masalah cinta atau nggak cinta Gio! Ini masalahnya dia itu penjahat!"

"Maksud lo Anand?"

"Iyalah, siapa lagi."

"Penjahat gimana sih, El?" Gio kini yang bingung.

"Anand bohongin keluarga gue, Yo. Dia bukan psikiater," ucap Elmira sambil mendengus kesal.

"Sudah gue duga."

"Lo udah punya firasat itu juga?"

Gio mengangguk.
"Firasat orang baik itu pasti benar."

Hening.

"Gue rasa Anand itu punya gangguan kejiwaan deh," ucap Gio.

"Kenapa?"

"Dia baru aja nglakuin kesalahan tapi dengan mudahnya dia bilang sayang sama lo. Bukannya itu aneh?"

Elmira mengangguk.
"Mungkin dia mau nipu gue lagi, lebih tepatnya menipu hati gue."

Tidak ada jawaban dari Gio.

Gio memandang Elmira, tersenyum samar,  ketika gadis itu sedang membenarkan ikatan rambutnya.

"Cantik," puji Gio.

Elmira menoleh, Gio menggaruk kepalanya pura-pura menatap tukang balon.

"Nggak usah pura-pura liatin tukang balon, Yo. Gue tau kok, dari tadi lo liatin gue. Naksir ya sama gue?" tebak Elmira.

Gio mengetuk kepala Elmira.
"Kepedan! Sampai kapan pun gue nggak bakal naksir sama lo, El."

Tanpa Gio sadari, ucapannya sudah menyakiti perasaan gadis itu.
"Apa gue seburuk itu di mata lo, Yo?" batin Elmira.

***

"Kau membenci Elmira?" tanya Kevin sambil membawa secangkir teh hangat yang ia letakkan di meja.

Ishita memandang Kevin dengan tatapan tidak suka.
"Iya, memang kenapa?"

"Kenapa kamu membenci Elmira? Apa dia punya salah sama kamu?"

Ishita mengangguk yakin.
"Banyak."

Kevin tertawa, membuat Ishita bingung.
"Apa ada yang lucu Om?"

"Kau yang lucu," ujar Kevin.

Ishita tidak berkomentar.

"Ishita, kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi lima tahun lalu, karena waktu itu kau masih berumur sembilan tahun. Tentu saja kau hanya mengambil kesimpulan apa yang kau lihat, dan apa yang terlihat belum tentu sesuatu yang benar-benar terjadi."

"Maksud Om apa? Ishita benar-benar tidak paham."

"Kau pasti sudah tahu jika Elmira bukan anak Ranum 'kan?" tanya Kevin.

Ishita langsung mengangguk. Sebenarnya Martin lah yang mengatakan itu pada Ishita, tapi awalnya Ishita tidak percaya karena Ranum sangat menyayangi Elmira, dan setelah mengetahui kebenaran itu, mendadak Ishita membenci Elmira.

Ishita selalu bertanya dalam hati, kenapa dia yang anak kandung Ranum, tidak mendapatkan kasih sayang seperti Elmira?

"Tapi apa kau tahu siapa Ayah Elmira?"

Ishita menggeleng.

Mata Ishita lalu memandang Kevin serius.
"Apa Om Kevin itu, Ayah Elmira?"

Kevin tersenyum mengusap puncak kepala Ishita.
"Kau akan tahu kebenaranya sebentar lagi."

***

Gelotophobia update lagi, setelah beberapa hari menghilang.

Jangan lupa Vote nya teman-teman.

Salam.

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang