GELOTOPHOBIA : 014

926 108 22
                                    

Tidak masalah aku terus disakiti, setidaknya aku tidak pernah menjadi yang menyakiti.

-Elmira Ardilla

***

GIO masuk ke dalam kelas setelah mengantar Caira ke kelasnya, ia mengedarkan pandangan mencari sosok Elmira, sahabatnya dari awal masuk SMA. Lelaki itu berjalan pelan menuju tempat duduk Elmira, sementara gadis itu tengah fokus membaca novel favorit nya.

Dengan perlahan Gio mendekat, mencoba untuk membuat Elmira kaget.

"Nggak usah ngendap-ngendap kayak maling gitu, Gio! Gue tahu lo mau ngagetin gue." Elmira membalik kertas ke halaman berikutnya.

"Lo tahu, El?"

Elmira mengangguk, "gue hapal dengan tingkah aneh lo."

Gio meletakkan tas di atas meja, lalu duduk di depan Elmira.
"Alfi mana?"

Elmira menatap Gio, menutup novel yang tengah ia baca, "kenapa?"

"Gue mau ngucapin selamat dan minta pajak jadian."

"Lo lihat waktu Alfi nem--"

"Gue lihat, El." Potong Gio cepat.

Gio mengeluarkan sebatang coklat dari dalam tas lalu menyerahkan ke Elmira.
"Gue dikasih coklat sama Caira. Lo tahu sendiri 'kan kalau gue anti sama coklat. Jadi daripada dibuang, mending buat lo aja."

"Makasih."

Gio menatap serius wajah Elmira, jika dilihat dari dekat, Elmira terlihat sangat cantik, bahkan Gio akui bila Caira kalah cantik dibanding Elmira. Tapi sayangnya Elmira tidak pernah merawat wajahnya sehingga kelihatan lebih kusam.

"Apa lo bahagia, El?" pertanyaan itu terucap begitu saja dari mulut Gio.

Elmira yang tengah menikmati coklat hampir saja menelan coklat itu tanpa dikunyah.
"Maksud lo?"

"Apa lo bahagia dengan keadaan lo, sekarang?" tanya Gio serius.

Mata Gio terus menatap manik mata Elmira membuat gadis itu sedikit gugup, baru kali ini Gio melontarkan pertanyaan seserius ini.

"Gue bahagia, Gio."

Gio ingin tertawa, tapi ia urungkan.
"Kok gue ngerasa kalo lo nggak bahagia ya?"

Elmira memandang Gio. Lalu menyentuh kening Gio, entah kenapa Gio sangat berbeda hari ini.
"Nggak panas, tapi kok ucapan lo sedikit ngawur yah."

"Gue baik-baik aja, El. Oh iya, gimana dengan terapi yang lo lakuin, apa udah ada kemajuan?"

Gio memang tahu dengan phobia yang diidap oleh Elmira, awalnya Gio kira Elmira mengatakan itu untuk becanda. Tapi setelah ia lihat sendiri bagaimana Elmira pingsan setelah Gio tertawa, ia baru sadar jika Elmira memang mengidap gelotophobia.

"Belum ada, gue baru cerita masa lalu gue yang nyakitin itu."

Gio tahu jika ini berat bagi Elmira, tapi Gio juga yakin kalau Elmira bisa melewati keadaan ini.

"Gio, lo kaget nggak. Saat Alfi nembak Ishita?"

Gio mengangguk.

"Tentu aja gue kaget, El. Gue kira Alfi suka sama lo. Ternyata dia dekati lo karena dia suka sama Ishita. Pinter juga tuh anak, mau jadian sama adiknya, deketin kakaknya dulu."

Elmira juga sebenarnya tidak menyangka Jika Alfi menyukai Ishita, seperti Gio, Elmira juga menyangka kalau Alfi menyukainya, apalagi Alfi pernah bilang bila Elmira tidak pantas dengan Gio. Elmira kira, itu tanda Alfi cemburu. Tapi ternyata Elmira keliru.

***

Netha mengarahkan bola matanya ke Ishita, sementara Ishita sedang menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.

"Jadi lo nerima kak Alfi tanpa cinta?"

Ishita menatap wajah Netha sekilas, mengangguk pelan, lalu kembali menundukan wajah.

"Ini salah, Ta. Lo mempermainkan perasaan Kak Alfi. Kalau dia tahu lo sebenarnya nggak cinta sama dia gimana?"

Ishita mengangkat bahu, ia juga tidak tahu bagaimana bencinya Alfi kepada Ishita, jika Alfi tahu. Tapi jika tadi Ishita menolak, pasti Alfi akan merasa malu, terlebih banyak siswa-siswi yang menonton.

"Gue bakal berusaha cinta sama dia, Neth."

Netha menghela napas panjang. Ia sangat paham bagaimana keras kepalanya Ishita, Netha tidak bisa berbuat banyak, jika Ishita sudah memutuskan, ucapan Netha tidak akan terdengar lagi.

Ishita mengambil ponselnya yang bergetar, ternyata Alfi mengiriminya pesan.

Kak Alfi : Mau ke kantin bareng?

Ishita menodongkan ponselnya ke depan wajah Netha, supaya Netha membaca pesan yang Alfi kirim.

"Gue harus balas apa, Neth?"

Netha gantian mengendikan bahu, percuma juga jika dia memberi solusi, pasti Ishita tetap dengan pikirannya sendiri, tanpa memperdulikan dirinya.

"Terserah lo mau balas apa!" ucap Netha, tidak peduli.

Ishita mengetik sesuatu pada handphone miliknya. Kembali memeperlihatkan ke Netha.

Ishita : Aku lagi ngerjain tugas.

Netha terkejut dengan jawaban tak terduga dari Ishita, kemudian gadis itu mengacungkan ibu jarinya kepada Ishita, dan dibalas senyuman oleh Ishita.

Ishita mengambil novel yang kemarin ia pinjam di perpustakaan, Ishita baru menyelesaikan membaca seperempatnya saja karena semalam ia keasyikan nonton drama korea di televisi.

Ishita mulai melanjutkan membaca. Jujur saja Ishita sangat penasaran dengan ending buku itu, ia ingin segera menyelesaikan bacaannya, sebenarnya Ishita bisa saja langsung membaca bagian akhirnya. Tapi, bukankah lebih seru jika tahu prosesnya?

"Ehem ... ehem." Deheman seorang lelaki membuat Ishita segera menutup buku, gadis itu hapal dengan suara berat lelaki itu.

Alfi menatap wajah kekasihnya yang tersenyum ke arahnya.
"Katanya ngerjain tugas, kok malah baca novel?"

Skakmat.

"Ah iya, gue ... maksudnya aku, aku nggak bisa ngerjain soal-soalnya," gugup Ishita.

"Emang tugasnya mapel apa? Sini aku bantu."

Alfi yang notabennya cowok paling genius di kelas tentu saja dengan senang hati mengajari kekasihnya.

"Eh, nggak usah." Ishita menolak dengan halus.

"Kenapa?"

"Nggak mau ngrepotin kamu," ucap Ishita.

Alfi menggenggam tangan Ishita lembut, "setelah pacaran sama aku, kamu mulai berubah ya, Ta. Biasanya kamu galak banget sama aku, tapi sekarang, ucapan kamu lebih halus."

Ishita tersenyum.
"semua ini gue lakuin, dengan terpaksa, Fi. Supaya lo nggak tahu tentang kepura-puraan gue," batin Ishita.

***

Terimakasih buat kalian yang masih setia nunggu Gelotophobia update
Aku minta maaf karena ngaret banget.

Jangan lupa Vote & Comment

Salam manis.

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang