GELOTOPHOBIA : 019

765 111 15
                                    

Aku pernah terluka, kau pun pernah terluka, kita sama-sama tau rasanya disepelekan. Jadi, marilah saling mengobati hati yang pernah terabaikan.

-Elmira Ardilla

***

ISTIRAHAT sudah terdengar lima menit lalu, tapi Elmira masih berdiam diri di kelas bersama Gio. Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa tidak enak kepada Gio karena masalah tadi pagi.

Dengan tekad bulat, Elmira mencoba mencairkan suasana.
"Gio, ke kantin yuk!" ajak Elmira.

Gio menggangguk cepat, berdiri dari tempat duduknya lalu menggenggam tangan Elmira erat.

"Gio, soal tadi pagi lo nggak marah?" tanya Elmira.

Gio menatap Elmira, menggeleng pelan.
"Buat apa marah? Gue sahabatan sama lo bukan sehari dua hari, tapi udah bertahun-tahun. Jadi gue paham sifat lo," jelas Gio.

"Apa di hati lo, gue cuma dianggap sahabat, Yo?" ucap batin Elmira, sebenarnya Elmira ingin menanyakan secara langsung. Tapi gengsinya terlalu tinggi.

Sesampainya di kantin sekolah, Gio dan Elmira saling pandang, tidak ada bangku kosong untuk mereka. Tentu saja Gio bukan lelaki most wanted seperti di novel, yang dengan gampangnya menggebrak meja seseorang untuk menyuruh mereka pergi. Gio lelaki biasa.

"Gimana, Yo? Penuh," Sesal Elmira.

Gio mengedarkan pandangan lalu menemukan Ishita dan Alfi di salah satu meja.
"Bagaimana kalau di sana?" tunjuk Gio pada meja Ishita.

"Gio, lo tau 'kan kalau hubungan gue sama Ishita itu nggak baik," jawab Elmira.

"Justru gue pengin lo sama Ishita baikan, El."

Gio menarik paksa tangan Elmira, lalu mendekati Alfi dan Ishita yang tengah memakan bakso.

"Alfi, gue dan Elmira apa boleh ikut duduk di sini?" tanya Gio.

"Gimana, Ta?" Alfi menatap kekasihnya.

"Boleh, tapi gue pergi," ucap Ishita sambil terus mengunyah baksonya.

"Ta, dia kakak lo!" Gio mulai tegas.

Ishita berdecih.
"Kakak? Dia bukan kakak gue."

"Bukan kakak lo?"

"Kita pergi aja yuk," ajak Elmira menggandeng lengan Gio.

"Bentar, El. Gue masih belum paham dengan ucapan Ishita."

Ishita mengelap mulutnya dengan tisu, lalu berdiri di depan Gio.
"Asal lo tau, dia ...," tunjuk Ishita pada wajah Elmira, "dia cuma anak pungut."

Gio dan Alfi spontan menatap Elmira yang kini tertunduk.

Alfi sebenernya sudah tahu tentang kenyataan itu, namun ia tetap saja merasa kaget mendengarnya.

Elmira tidak menyangka jika kalimat itu bisa meluncur begitu saja dari mulut Ishita, padahal Elmira menganggap Ishita adik kandungnya, meskipun nyatanya bukan.

Hati Elmira teriris, Elmira ingin menangis tapi rasanya tidak mungkin, Elmira pasti akan ditertawakan teman-temanya jika menangis. Tentu saja itu berpotensi membuat fobianya kambuh. Dengan kekuatan maksimal, Elmira menahan air matanya.

"Kita pergi, El." Gio menarik tangan Elmira untuk pergi dari area kantin. Gio tidak ingin melihat Elmiranya sedih.

Tunggu.
Elmiranya?

***

Tepat di bawah pohon mangga mereka berada sekarang. Elmira masih menundukkan kepalanya membuat Gio merasa prihatin.

"El, jangan sedih," bujuk Gio.

Gio menyentuh dagu Elmira, agar mau menatapnya.

"Gue anak pungut, Yo. Lo pasti nggak mau lagi sahabatan sama gue," ucap Elmira.

Gio menatap mata Elmira dalam-dalam.
"Apapun yang terjadi, lo tetap sahabat gue, El."

"Sungguh?" tanya Elmira tidak percaya.

"Tentu saja, El. Lo masih ingat pertama kali kita ketemu? Lo nampar gue," ucap Gio.

"Maaf," sesal Elmira, "gue kira lo cowok brengsek yang tiba-tiba mutusin cewek tanpa alasan. Ternyata pacar lo selingkuh, itu sebabnya lo minta maaf."

"Bukan pacar, El. Tapi mantan," koreksi Gio.

"Iya deh iya, mantan."

Hening.

Tidak ada percakapan diantara keduanya, hanya terdengar suara burung bersiul ditemani hembusan angin.

"Elmira," panggil Gio.

Elmira hanya berdehem pelan, matanya masih fokus menatap deburan debu yang berterbangan di area lapangan sepak bola.

"Lo pernah jatuh cinta?" tanya Gio, membuat Elmira hampir tersedak salivanya sendiri.

Elmira melirik Gio, tapi wajah lelaki itu lurus ke depan, sama sekali tidak memandang Elmira.

"Pernah," jawab Elmira akhirnya.

"Oh, ya? Siapa lelaki itu, El? Apa gue kenal?"

Elmira mengambil air mineral yang ia beli di warung setelah keluar dari kantin, lalu meneguk itu sampai tiga tegukan.

"Ikan lohan," sindir Gio melihat Elmira yang kuat sekali minum.

Elmira memukul lengan Gio keras, membuat Gio memekik kencang.
"Sakit, El."

"Mampus!"

Kembali Elmira meneguk air mineralnya, sampai habis setengah botol.

"El, lo belum jawab pertanyaan gue," ujar Gio mulai kesal.

"Pertanyaan yang mana?" Elmira pura-pura lupa.

"Siapa lelaki yang lo cinta, El. Apa gue kenal?" Gio mengulangi pertanyaannya.

Elmira menghembuskan napas, apa saat ini ia harus jujur dengan perasaannya? Lagipula Gio sudah tidak ada hubungan dengan Caira 'kan? Jadi mungkin ini kesempatan baik untuknya.

"Lo sangat mengenalnya dengan baik, Yo."

"Siapa dia, El?"

Elmira memandang wajah Gio, ini kesempatannya untuk mengatakan apa isi hatinya, suatu rasa yang membuat dada Elmira sesak jika tidak bertemu dengan Gio.

"laki-laki yang gue cintai yaitu lo, Gio Alvin Wijaya."

***

Gelotophobia update lagi nih.

Kira-kira gimana reaksi Gio, setelah Elmira mengungkapkan isi hatinya?

Jangan lupa Vote dan komentar kalian.

Salam sayang

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang