Bahagiaku sederhana. Ketika kau memelukku dan mengatakan kalau aku adalah anakmu, darah dagingmu.
-Elmira Ardilla.
***
"Martin! Untuk apa kau ke sini lagi!" teriak Ranum ketika suaminya sudah berdiri di depannya.
"Di mana bajingan itu!" Martin murka, ia langsung memukul keras-keras tembok di sampingnya.
"Siapa maksudmu!"
"Kevin! Keluar kau! Aku tau kau di sini sekarang! Jangan seperti pengecut! Ayo keluar!"
Martin menggeledah kamar tamu, kosong, kamar mandi, kosong.
"Kevin!"Kevin turun ke bawah, menapaki tangga satu per satu dengan wajah tenang. Di belakangnya ada Ishita dan Elmira seolah mengekor.
"Kenapa teriak-teriak? Tidak bisa bersabarkah kau! Apa kau merindukanku? Padahal kita baru bertemu kemarin ...."
"Tutup mulut hinamu itu Kevin! Untuk apa kau ke sini? Untuk merebut Ranum dariku? Setelah dulu kau merebut Sinta dariku, hah!"
Kevin menatap Martin tidak suka.
"Sudah aku ucapkan berapa kali, kalau aku tidak pernah merebut Sinta dari kamu. Sinta sangat mencintai kamu, Martin! Kenapa kau selalu beranggapan seperti itu!""Sinta mencintaiku? Omong kosong! Lihat perempuan tidak tau diri ini!" Martin menarik paksa tangan Elmira.
"Lihat dia! Bukannya dia anak kamu dan Sinta!" tunjuk Martin ke arah Elmira.
"Elmira anak kamu, Darah daging kamu," ucap Kevin.
"Pembohong! Kalian berdua pasti sekongkol 'kan!"
Ranum menggeleng.
"Martin, Elmira memang benar-benar anak kamu.""Bagaimana bisa Elmira anakku kalau aku dan Sinta ...." ucapan Martin terputus.
Kevin mengangguk.
"Saat Sinta hamil, dia hamil anak kamu. Kenapa kamu selalu berpikiran bahwa janin di rahim Sinta adalah anakku? Sedangkan kau sendiri tahu, sejak dulu aku sangat mencintai Ranum."Ranum hampir saja tersedak oleh ludahnya sendiri dengan ucapan Kevin. Apa dia tidak salah dengar?
"Tunggu ... terus kenapa Papa sama Mama bisa menikah?" tanya Ishita mulai bingung dengan masalah yang ada di keluarganya.
"Dijodohkan," jawab Ranum cepat.
Martin menatap Ranum dalam-dalam, orang yang selalu mendapat amukan darinya karena mengadopsi Elmira, ternyata orang yang sangat mulia hatinya.
Siapa yang sanggup jika anak dari hasil hubungan suami dan mantannya, ia adopsi dengan penuh kasih sayang. Bahkan Ranum selalu membela Elmira mati-matian di saat Martin mulai memojokkan Elmira.
Ranum mengadopsi Elmira bukan tanpa alasan, Sinta-lah yang menyuruh Ranum untuk mengadopsinya agar Elmira bisa selalu dekat dengan Martin, ayahnya. Setelah Ranum dan Martin menikah, dua hari setelah itu Sinta meninggal.
Martin mendekati Ranum, menyeka air mata Istrinya lembut.
"Aku gagal jadi suami sekaligus jadi ayah. Aku minta maaf, aku minta maaf."Ranum menatap Martin.
"Ini belum berakhir, ayo mulai kehidupan kita lagi dari awal."Martin tersenyum lalu mengangguk.
Kini mata Martin mengarah ke Elmira, sudah banyak kesalahan yang ia lakukan ke Elmira. Bahkan Elmira sampai takut suara orang tertawa karen dirinya.
"Elmira," panggil Martin.
Elmira mendongakkan wajahnya menatap lelaki yang selalu membuatnya ketakutan di setiap malam, bahkan di saat tertidur, laki-laki ini juga yang selalu hadir di mimpinya.
"Maaf," ucap Martin tulus.
"Maafin Papa, Nak."
Elmira menjatuhkan air matanya, untuk pertama kalinya, Martin menyebut 'Nak' kepada Elmira.
"Kamu mau 'kan maafin Papa?" tanya Martin.
Elmira mengusap air matanya dengan telapak tangan.
"Berlutut di depanku kalau kau mau aku maafkan!""Elmira ...." Ranum tidak percaya dengan apa yang diucapkan Elmira, setahu Ranum, Elmira tidak pernah memiliki dendam apapun kepada Martin.
Martin menggeleng kepada Ranum, menurutnya, berlutut tidak masalah, bahkan kesalahannya kepada Elmira lebih berat daripada jika harus berlutut.
Martin berlutut di depan Elmira, disaksikan oleh Ranum, Kevin dan Ishita.
Elmira mendekati Martin, mensejajarkan tingginya dengan lelaki itu. Membuat Martin mengernyit heran.
"Peluk Elmira, Pa. Elmira tidak pernah merasakan pelukan Papa."
Dengan cepat Martin menarik Elmira ke dalam pelukannya. Martin memeluk Elmira erat, seolah tidak ingin berpisah lagi.
"Kamu anak Papa, darah daging Papa."Ucapan Martin membuat tangis Elmira pecah, Elmira tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. Akhirnya ia bisa memanggil Martin dengan sebutan 'Papa' seperti Ishita.
Ishita menatap Elmira, terharu. Rasa benci yang ada di dalam diri Ishita kepada Elmira mendadak hilang, yang ada hanya penyesalan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelotophobia
RomanceTertawa adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seseorang. Entah karena ada hal lucu atau karena sedang bahagia. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang takut dengan suara tawa? Elmira Ardilla seorang gadis berwajah cantik pengidap Gelotophobia, suat...