Semakin aku menyayangimu, semakin kuat, semakin dalam, maka semakin menyakitkan.
-Elmira Ardilla
***
SIANG ini hujan mengguyur bumi, matahari yang biasanya menyinari dengan cahaya panas, kali ini tidak nampak sama sekali.
Elmira mengulurkan kedua tangannya menyentuh rintik air hujan, lalu memejamkan matanya sejenak. Entah kenapa, Elmira sangat menyukai hujan.
"Belum pulang, El?"
Elmira membuka mata ketika mendengar panggilan dari Gio. Sebenarnya bel pulang memang sudah berbunyi setengah jam yang lalu, tapi Elmira mengerjakan tugas kelompok dulu di kelas, jadi dia terlambat pulang.
"Belum, lo juga kenapa belum pulang?" tanya Elmira balik.
Gio menghela napas sejenak.
"Gue habis diputusin Caira."Elmira menatap wajah Gio lekat-lekat.
"Serius? Lo diputusin? Bukan lo yang mutusin?"Gio melangkah, berdiri di samping Elmira, menyentuh rintik air hujan seperti yang tadi dilakukan Elmira.
"Iya, mungkin ini karma dari Tuhan buat gue.""Alasan Caira mutusin lo apa?" tanya Elmira lagi, masih penasaran.
"Karena kadar ketampanan gue udah melebihi batas wajar, dia nggak suka gue terlalu tampan, karena pesona gue bisa melebar kemana-mana," jawab Gio sekenannya.
Elmira langsung menampar pelan wajah Gio.
"Kok lo nampar gue?""Biar lo nggak kebanyakan halu."
Gio mengendikkan bahunya. Berjalan pelan, menjauh dari Elmira sambil tangan kanannya mengambil kunci motor dari saku celana abu-abu.
"Gio, mau ke mana?!" teriak Elmira, karena hujan semakin deras, mungkin suaranya akan kalah dengan suara hujan.
"Pulang lah, masa nginep."
Jawaban Gio membuat Elmira mendengus kesal.
"Nggak ada niatan buat anterin gue pulang apa? Dasar cowok nggak peka!" sindir Elmira lirih.Gio tidak mendengar ucapan Elmira, lelaki itu terus saja berjalan lurus tanpa menoleh sedikitpun ke Elmira.
Elmira kembali menatap hujan yang semakin lebat, kalau saja Mamanya tidak ada masalah di kantor, pasti saat ini Elmira sudah duduk bersantai di kamarnya sambil membaca buku pelajaran.
Gadis itu menghela napas, sepertinya Elmira harus nekat hujan-hujanan, tangannya terangkat untuk menutupi kepala dari derasnya hujan. Belum sempat ia berlari, teriakan Gio membuatnya mendongak.
"Elmira, ayo pulang bareng gue!" ajak Gio.
Gio turun dari motor, menyerahkan mantel hujannya kepada Elmira, juga helm yang tengah ia kenakan. Ternyata lelaki ini peka juga.
"Lo gimana?" tanya Elmira.
"Gimana apanya?"
"Nanti lo dingin." Tentu saja Elmira khawatir jika Gio bakal basah kuyup karena mantelnya ia pakai
"Gue baik-baik aja El. Gio Alvin Wijaya bukan hanya tampan, tapi juga kuat dan perkasa. Lagian, gue nggak bakal kedinginan, 'kan dipeluk sama lo, El." Gio menaik turunkan alisnya, menggoda.
"Lo mau gue bogem!" Elmira mengepalkan tangan kanannya, namun Gio tidak peduli.
"Ayo, Tuan Putri." Gio mengulurkan tangannya pada Elmira. Dengan senang hati Elmira menerima uluran tangan Gio.
Jika ada hari indah dalam hidup Elmira, inilah hari terindah bagi gadis itu.
***
"Anand, apa lo bener-bener seorang psikolog?" Gadis itu melotot tajam ke arah Anand.
Tubuh Anand menegang. Lelaki berkacamata itu merasa jiwanya mulai terancam, penyamarannya akan segera terbongkar hari ini.
"Ma ... maksud lo?"
Ishita kembali mendelik, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa lo gugup?""Gue ... gue nggak gugup, gue cuma ...,"
"Cuma apa?" potong Ishita cepat.
"Cuma kaget aja, tiba-tiba lo nanya gitu."
"Jujur aja, dari awal lo masuk ke rumah gue, dan Mama gue ngenalin lo sebagai seorang psikolog buat nyembuhin Elmira, gue raguin lo," ujar Ishita.
"Kenapa lo raguin gue?"
"Entahlah," jawab Ishita datar.
Ishita bangkit dari tempat duduknya, melangkah pergi, menaiki tangga, lalu berucap tegas. "Anand, kalau lo bukan seorang psikolog, mending berhenti dan pergi dari rumah gue sekarang! Sebelum Mama gue yang nyeret lo ke polisi karena modus penipuan!"
Anand terpaku. Ia tidak ingin di penjara.
***
"Mau langsung pulang apa beli makan dulu, El?" tanya Gio, sambil matanya masih fokus mengarah ke depan.
"Apa?" tanya Elmira, mendekatkan wajahnya ke kepala Gio.
"Mau langsung pulang apa beli makan dulu?" ulang Gio, lebih keras.
"Oh, langsung pulang aja," jawab Elmira tidak kalah keras.
Gio mengangguk melajukan motornya pelan, agar Elmira nyaman saat bersamanya. Mata elang Gio menatap ke kaca spion, terlihat wajah Elmira yang mulai pucat, bibirnya menggigil mulai membiru.
"Lo baik-baik aja, El?"
Elmira tidak menjawab, gadis itu malah semakin mengeratkan tangannya pada pinggang Gio, membuat Gio berhenti bertanya.
Tidak berapa lama mereka sampai di rumah dengan nuansa dominan putih, Elmira dengan cepat turun dari motor, menyerahkan helm ke Gio.
"Makasih," ucap Elmira.
"Iya, sama-sama. Oh ... iya, lo langsung mandi pakai air hangat ya El, terus jangan telat makan, nanti lo sakit."
Elmira mengerjapkan matanya beberapa kali. "Tumben lo perhatian ke gue," cibir Elmira.
"Sebagai sahabat yang baik hati dan tidak sombong, gue 'kan emang selalu perhatian sama lo."
"Iya, Gio. Kita cuma sebatas sahabat," batin Elmira.
"Gue masuk ke dalam, lo mau mampir dulu?"
Gio menggeleng.
"Oh iya, El. Gue suka pas lo meluk erat pinggang gue," jujur Gio.
"GIO!!!"
Lelaki itu segera menaiki motor kesayangannya, menyalakan mesin, lalu melaju cepat menembus hujan, sebelum Elmira meninjunya.
Elmira mendesah pelan.
"Sampai kapan gue harus menahan sesak di hati, ketika lo nggak pernah anggap gue spesial. Sampai kapan gue berpura-pura tidak mencintai lo, padahal gue sangat mencintai lo, Gio."***
Gelotophobia Update.
Jangan lupa Vote dan Komentarnya, biar aku makin semangat ngetiknya.
Salam manis
-Fini
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelotophobia
RomanceTertawa adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seseorang. Entah karena ada hal lucu atau karena sedang bahagia. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang takut dengan suara tawa? Elmira Ardilla seorang gadis berwajah cantik pengidap Gelotophobia, suat...